TELUKDALAM, Nisel (Waspada): Tembok penahan tanah di Jembatan Sungai Idano Saua yang terletak pada ruas jalan nasional Gunungsitoli – Telukdalam Km 101 kembali ambruk diterjang derasnya arus sungai.
Tingginya curah hujan yang terjadi beberapa hari terakhir di wilayah Kepulauan Nias menyebabkan sejumlah kawasan terendam banjir, termasuk Sungai Idano Saua meluap sehingga mengakibatkan tembok penahan pada ujung jembatan tersebut ambruk lagi, Kamis (6/3)
Pada tahun 2024 lalu tembok penahan diujung Jembatan Sungai Saua pernah rubuh akibat terjangan banjir dannkemudian dibangun kembali oleh Balai Besar Wilayah Sungai. Namun walau baru 1 tahun selesai dikerjakan, tembok penahan tersebut kembali ambruk.

Jika hal ini dibiarkan dan tidak segera ditangani akan mengancam abutment jembatan akan tergerus arus air dan dapat mengakibatkan Jembatan Sungai Saua ambruk.
Rasuti Gaurifa, 60,warga Desa Bawozaua pemilik rumah dekat daerah aliran sungai Idano Saua kepada Waspada Kamis(6/3) mengaku dirinya melihat secara langsung saat tembok penahan pada ujung jembatan yang baru saja dibangun tahun lalu ambruk.
“Pada Kamis dinihari sekira pukul 00.30 Wib tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan sontak saya terbangun untuk melihat apa yang terjadi di luar. Terlihat tembok penahan ambruk lagi, bahkan sampai dihalaman termasuk disamping rumah kami,” ujar Rasuti
Penuturan Rasuti saat kejadian dia melihat air Sungai Idano Saua sudah meluap dan mengalir deras. Batang kayu yang terbawa arus menghantam tembok penahan persis di ujung jembatan tersebut. Tiba-tiba tembok dan tanah turun ambles ke dasar sungai.
Akibat kejadian tersebut Rasuti bersama keluarganya serta warga lainnya yang rumahnya dekat bantaran sungai was-was, mengingat curah hujan masih tinggi.
Rasuti juga membeberkan bahwa kejadian serupa pernah terjadi pada bulan September 2023 setahun yang lalu, kejadian pada saat itu dapur bagian belakang rumah ambles, dan sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah dan pihak terkait.
Dia menambahkan pekerjaan tembok penahan oleh rekanan pada tahun lalu, dikerjakan asal jadi. Hanya menggunakan batu gunung dan semen tanpa menggunakan besi ulir dan tiang penahan tembok.
Senada juga disampaikan Budi Gaurifa, 60, warga Desa Bawozaua kepada Waspada Kamis (6/3) sebagai penerima borongan upah kerja.
“Kalau tidak salah sebulan lebih tembok itu kami kerjakan, mulai Januari sampai pertengahan Maret 2024. Tembok penahan yang kami kerjakan dengan panjang 12 meter dan tingginya 4 meter,” ungkap Budi Gaurifa.

Disinggung mengenai material yang digunakan, Budi mengatakan sejak mulai pengerjaan balok sloof atau pondasi sampai pemasangan tembok, materialnya hanya menggunakan batu kapur gunung dan pasir.
Dia juga menyebutkan orang yang memberi kerja atau upah borongan pada pengerjaan tembok penahan tersebut bermarga Zendrato alias ama Dian dari Bawolato.
Secara detail dia tidak mengetahui siapa rekanan dan berapa pagu anggaran pada proyek tersebut, “Mulai kami kerjakan tidak pernah terpasang papan pemberitahuan atau papan proyek,” tandas Budi.
Terkait hal tersebut, Waspada mencoba meminta tanggapan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Toto Erwin Simatupang melalui telepon selulernya hanya menjawab “ijin pak saya sudah pindah tugas. Saat dimnta nomor kontak pejabat yang bisa dikonfirmasi tidak berhasil. (a26/chbg).