Rektor IAIN Padangsidimpuan Dikecam, Terkait Pernyataan Menteri Agama

  • Bagikan
Rektor IAIN Padangsidimpuan Dikecam, Terkait Pernyataan Menteri Agama
Rektor IAIN Padangsidimpuan Dikecam, Terkait Pernyataan Menteri Agama

P.SIDIMPUAN (Waspada): Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padangsidimpuan Dr. Darwis Dasopang dikecam, karena meminta masyarakat cerdas menyikapi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terkait volume pengeras suara azan dan gongongan anjing.

“Mari lebih cerdas memahami masalah ini, sehingga tidak terprovokasi pemahaman keliru dan kurang tepat,” kata Darwis dalam berita website yang diunggah di Facebook IAIN Padangsidimpuan, Jum’at (25/2/2002).

Menurut Rektor IAIN Padangsidimpuan yang baru dilantik itu, pihaknya sangat prihatin melihat polemik yang terjadi di masyarakat terkait adanya surat edaran dan pernyataan Menteri Agama tersebut.

“Sebagai institus pendidikan Islam, kami merasa perlu memberikan pencerahan dan penegasan sebagai bentuk rasa tanggungjawab sosial.” katanya.

Darwis dalam kapasitas sebagai Rektor menjelaskan bahwa tujuan aturan pengeras suara ini adalah dalam rangka menciptakan harmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk.

“Setelah kami baca dan telaah lebih lanjut, kami berkesimpulan, secara tegas menyatakan bahwa surat edaran tersebut bertujuan menciptakan harmonisasi kehidupan beragama, berbangsa yang lebih damai, tenang dan tenteram,” ujar Darwis.

Nilai-nilai seperti ini, menurut pria bergelar Doktor tersebut, adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama. Pihaknya melihat ini sebagai sebuah konsep kebhinekaan dalam berbangsa dan harus dirawat dengan sebaik-baiknya.

“Kami yakin jika dimaknai sebagai bentuk toleransi, maka Insya Allah rahmat Tuhan Yang Maha Esa akan semakin melimpah bagi bangsa besar ini.” ujarnya.

Terkait video yang beredar luas, dia menyebut apa yang diucapkan Menteri Agama bukan sebuah perbandingan. Tetapi satu contoh problem yang terjadi di masyarakat, dan pentingnya aturan untuk memberi kedamaian serta ketenangan bersama.

“Itu hanya contoh dari bentuk perilaku toleransi dalam masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan. Sayang, sebagian masyarakat kita tidak mengerti degan narasi penjelasan pak Menteri, sehingga menjadi polemik, pro dan kontra,” kata Darwis.

Karena itu, Rektor IAIN menghimbau para stake holder, institusi, perusahaan, ulama, dan muballigh memberi edukasi kepada masyarakat. Dengan cara menggiring opini publik ini ke arah yang lebih substantif dan positif.

Kecam

Unggahan Facebook IAIN Padangsidimpuan terkait hal ini langsung mendapat kecaman. Warganet menilai Darwis lebih mengedepankan kepentingan jabatan daripada umat Islam.

“Kami tahu itu komandan bapak, makanya bapak kurang berani dan tegas memberikan statemen yang terjadi saat ini. Komandan bapak bukan orang bodoh soal agama. Apalagi agamanya Islam, titel atau embel-embelnya sudah gak diragukan lagi,” kata Ibnu Ibrahim Nasution.

Kemudian ia menyebut kurang apalagi solidaritas umat Islam terhadap agama yang lain. Tanpa ada perselisihan dan masalah agama Islam dengan agama lain. “Awalnya mengurangi volume azan, besok bisa jadi pelarangan azan dan baru pelarangan ke masjid,” tambahnya.

Kemudian pemilik akun RM Naufal bertanya sebodoh apa rupanya ummat ini sekarang, sehingga Rektor IAIN Padangsidimpuan menyatakan perlu diedukasi terkait pernyataan Menteri Agama tersebut.

“Kurang toleransi apa lagi umat mayoriti ini ? Kalimat padanan azan yang ramai itu jelas dibandingkan dengan suara gonggongan anjing. Jangan lenyap keberanian intelektualitas akademis. Apa harus jadi perpanjangan lidah sumbang kegaduhan umat?” ujarnya.

Sementara Aidul Adha mengatakan, masyarakat sudah pintar dan tahu arah mana yang harus dituju. Logikanya, fungsi toa masjid itu memanggil orang untuk sholat. Bilal bin Rabah dipilih menjadi tukang adzan karena suaranya kuat, keras dan lantang.

Sedangkan Mhd. Fadililah Sitorus menyebut mahasiswa dan masyarakat lebih menunggu-nunggu berita IAIN bertransformasi menjadi UIN, daripada tanggapan Rektor terkait video pernyataan Menteri Agama tersebut.

“Bagaimana jika suara bapak disamakan dengan suara gonggongan anjing, bapak terima ?” tanya Ramadan Syaputra Dalimunthe.

MUI

Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Padangsidimpuan Zulfan Efendi Hasibuan menyesalkan pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, yang membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing

“Kita sangat menyesalkan adanya pernyataan tersebut. Apalagi yang mengeluarkan kalimat itu adalah seorang Menteri Agama,” kata Zulfan kepada wartawan

Dosen IAIN Padangsidimpuan ini menyebut ayat-ayat dalam azan itu adalah kalimat suci. Sangat tidak layak dibandingkan dengan suara gonggongan anjing. (a05)

  • Bagikan