BESITANG (Waspada): Ratusan rumah warga, termasuk bebererapa bangunan sekolah dan rumah ibadah di Kec. Besitang rusak akibat diterjang angin puting beliung yang terjadi, Minggu (20/3) petang sekira pukul 16:30.
Jumlah korban terbanyak terdapat di wilayah Kel. Pekan Besitang. Di daerah ini, cukup banyak rumah warga yang rusak, baik akibat tertimpa pohon yang tumbang, mau pun atap seng yang berterbangan disapu angin.
Lurah Pekan Besitang, Sabariah, ditemui Waspada di kantornya, Senin (21/3), mengatakan, menurut data sementara yang berhasil dihimpun dari para Kepling, jumlah rumah warga yang rusak tercatat sebanyak 105 rumah.
“Ini baru data sementara dan saat ini kita masih menunggu data susualan,” katanya sembari menjeleskan, ada tiga klasifikasi rumah warga yang rusak, yakni rusak berat, sedang dan ringan, namun ia belum dapat merinci jumlah rumah yang rusak berat.
Dampak dari angin puting beliung ini juga dirasakan warga Kel. Bukit Kubu. Di daerah Lingk IX, ada terdapat satu unit rumah semi permanen milik warga yang saat ini masih dalam proses pembangunan rubuh.
Tidak hanya itu, pagar seng dengan konstruksi rangka baja yang dijadikan gudang sementara untuk penyimpanan material rel dan bantalan beton milik PT Kereta Api Indonesia (Persro) tumbang sepanjang ratusan meter akibat diterjang angin.

Sementara, di Kel. Kampunglama, terdapat belasan rumah terkena dampak puting beling. Menurut Lurah, Jamaludin, rumah rusak ringan sebanyak 5 rumah, level rusak sedang dan berat ada 8 rumah, termasuk SMP Negeri 1 dan Masjid yang juga dilaporkan rusak.
Pantauan Waspada di lapangan, rumah semi permanen milik Zaharah, S.Pd berlokasi di Lingk VI, Kel. Pekan Besitang, terbelah dua akibat tertimpa batang pohon kelapa yang tumbang.
Rumah semi permanen yang berada di bawah bukit tersebut kondisinya tampak rusak parah. Namun, beruntung, saat fenomena alam ini terjadi, seluruh penghuni rumah selamat, tidak ada yang cedera tertimpa material bangunan.
Di lokasi bencana, terlihat sejumlah warga bergotong royong membantu para korban memotong batang dan dahan kayu yang tumbang menimpa rumah. Warga memotong kayu mengguna kapak, parang dan cahinsaw.
Sementara, petugas BPBD dan TAGANA yang turun ke lapangan tidak ada terlihat membawa peralatan chainsaw. Mereka turun ke lokasi bencana sudah menjelang sore dan itu pun hanya sekedar meninjau dan mendata korban.
Wawan, personil BPBD saat ditemui Waspada mengakui bahwa mereka tidak ada membawa chainsaw. “Kami hanya dua orang yang turun untuk mendata,” ujarnya yang saat itu turun meninjau ke lokasi bersama Camat Besitang Irhan Efendi.
Ketidak sigapan BPBD dan TAGANA membuat warga kecewa. “Kalau hanya turun mendata, tanpa mau berkeringat membantu masyarakat buat apa,” kata Imam Wibowo dengan nada kesal karena menganggap rasa empati badan ini rendah. (a10)