TANJUNGBALAI (Waspada) : Program “Langit Biru” yang digadang pemerintah dengan mengganti BBM jenis Premium ke Pertalite Khusus menuai tanda tanya di tengah masyarakat, Selasa (4/1).
Pasalnya, pasca diresmikan sebagai pengganti premium 2 November 2021 lalu, Pertalite Khusus yang disingkat PLK itu hanya bisa dirasakan selama satu bulan. Setelah itu, menghilang dari pasaran, padahal PLK ini solusi atas dihapusnya premium meski harganya jauh lebih mahal.
Pengawas SPBU 14213232 Sijambi, Ary Setiawan menjelasan, saat ini pihaknya tidak lagi menjual PLK karena tidak ada pasokan dari Pertamina. Dia mengatakan, PLK sudah lama tidak masuk, terhitung sekitar satu bulan paska dihapuskannya BBM jenis premium.
“Seingat saya, PLK hanya berlangsung sebulan, saat ini kita hanya menyediakan pertalite dan pertamax,” ungkap Ari.
Ari menyebutkan, saat premium dihapus, harga perliternya Rp 6.400, lalu ‘diganti’ menjadi pertalite khusus yang harganya lebih tinggi yakni Rp 7.250. Sementara harga Pertalite biasa masih tetap Rp 7.850 namun selisihnya jauh lebih mahal dibanding premium.
Pengendara becak bermotor, Ruslan L, 50, mengaku terpukul akibat dihapuskannya premium. Meski demikian, warga Kel Sirantau Kec Datukbandar ini mengaku masih bisa bernafas dengan adanya PLK walau harganya lebih tinggi.
Dan ternyata, PLK yang dinilai bisa menjadi solusi untuk pekerjaan sehari-harinya, juga turut dihapuskan. Dia merasa dipermainkan, ditipu, dan diperas oleh pemerintah dengan mencabut subsidi BBM sampai menghilangkan BBM murah.
“Kita rakyat Indonesia saat ini kenak prank, dijadikan lelucon, diakal-akalin, awalnya premium dikurangi jatahnya hanya di SPBU tertentu saja yang ada, hanya plat tertentu saja boleh mengkonsumsi, lalu premium dihapuskan, dikasih PLK biar rakyat tidak protes, eh diam-diam PLK juga dihapuskan, udah puaslah kita kena ‘kadalin’,” ucap Ruslan geram.
Nelayan kecil pengguna premium juga menjerit atas hilangnya BBM murah. Ongkos mencari ikan pun bertambah seiring dihapuskannya premium dan pertalite khusus.
“Situasi Covid-19 begini mbok ya janganlah rakyat dipermainkan, menghapus premium ke PLK, lalu menghilang dari pasaran itu maksudnya apa, sudah cukuplah air mata ini, sudah hampir kering, tapi tetap saja dibuat susah,” ucap Surya Darmansyah, 45.
Surya menilai momen penghapusan Premium dan PLK belum tepat karena saat ini masih dalam situasi Pandemi Covid, sementara rakyat masih berjuang memulihkan ekonomi yang selama hampir dua tahun babak belur dan terseok-seok. Pemerintah dan Pertamina katanya harus peka dengan penderitaan rakyat.
“Kami sudah hancur dihantam pandemi, cuaca di perairan juga lebih sering tak bersahabat, yang semakin banyak, penderitaan ini ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM jenis pertalite, ke mana kami harus mengadukan nasib,” ujar Surya. (a21/a22)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.