SIMALUNGUN (Waspada): Puluhan warga tergabung dalam Aliansi Gerakan Masyarakat Sidamanik, melakukan aksi damai menolak penanaman kelapa sawit yang dilakukan pihak PTPN 4 di Kebun Yeh Bah Butong, Kecamatan Sidamanik, Kabpaten Simalungun, Jumat (16/9).
Massa Aliansi Gerakan Masyarakat Sidamanik yang dikordinir Sukendro Sidabutar sebagai ketua dan Nakkok M Sidauruk sebagai sekretaris menggelar aksi langsung di lahan yang sudah ditraktor di Afdeling III Kebun Bah Butong. Aksi tersebut juga didukung para tokoh masyarakat dan pemuda setempat, diantaranya St.Sahat Hutagaol, O.Simbolon dan Ucu Sihaloho.

Di lokasi lahan juga terlihat Kapolsek Sidamanik, AKP Eli Nababan, Babinsa, Satpam perkebunan, Rapi sebagai staf bagian SDM dan Dikky Purba Asisten Tanaman Kebun Bah Butong.
Dalam kesempatan aksi tersebut, warga menyampaikan aspirasi dan meminta pihak PTPN 4 Kebun Bah Butong tidak melanjutkan penanaman kelapa sawit di lokasi itu. Menurut warga, selain belum memiliki kajian dampak lingkungan, perusahaan perkebunan juga belum mendapat izin atau rekomendasi dari bupati untuk konversi teh ke kelapa sawit.
” Warga jangan dibohongi. Pihak PTPN 4 belum melakukan kajian dampak lingkungan dan sosialisasi kepada masyarakat. Apalagi izin penanaman kelapa sawitnya, belum ada,” ujar O.Simbolon.
Menurutnya, sebagaimana pertemuan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi B DPRD Sumatera Utara bersama masyarakat Sidamanik termasuk dengan pihak manajemen PTPN 4 pada 29 Juli 2022 lalu di gedung DPRD Sumut, ada hal-hal yang harus dipatuhi oleh pihak manajemen PTPN 4 jika ingin mengganti tanaman teh ke kelapa sawit.
Dalam RDP bersama Komisi B DPRD Sumut tersebut dalam notulen disepakati antara lain memberi waktu kepada PTPN 4 untuk melakukan komunikasi kepada elemen masyarakat yang melakukan penolakan terhadap optimalisasi lahan seluas 257 hektar. Kemudian memberi kesempatan PTPN 4 untuk melengkapi kajian dampak lingkungan konversi lahan tersebut kepada pihak terkait terutama Pemkab Simalungun. Selanjutnya memberi waktu 14 hari kepada pihak terkait untuk menindak lanjuti hasil pertemuan dimaksud.
Pihak PTPN 4 dinilai telah mencederai hasil notulen RDP. Hasil notulen itu merupakan kesepakatan bersama antara Komisi B DPRD Sumateta Utara bersama Dinas Perkebunan, PTPN 4, Pemkab Simalungun, Pemuda Batak Bersatu (PBB), Pangulu Bahal Gajah, Pangulu Tiga Bolon, perwakilan masyarakat Sidamanik, Sahabat Lingkungan dan Himapsi.
” Kami menilai pihak PTPN 4 sudah tidak punya hati lagi, mereka sudah bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat. Belum ada izin, belum ada kajian mereka sudah menanaminya dengan kelapa sawit. Karenanya kami sebagai warga, tetap menolak konversi teh ke tanaman kelapa sawit,” kata Simbolon.
Sementara tokoh masyarakat lainnya, Ucu Sihaloho, menyampaikan bahwa rakyat akan tetap pada pendiriannya menolak konversi teh ke kelapa sawit tanpa syarat. Dikatakan, baru beberapa bulan setelah adanya rencana pihak PTPN 4 melakukan konversi ke tanan sawit seiring dengan pembiatan paret di sekeliling perkebunan, dampaknya sudah kelihatan.
” Kalau bapak-bapak tidak percaya, ayo mari kita lihat ke kampung kami, sekarang hujan sedikit saja kondisinya sudah banjir. Bagaimana pula kalau kelapa sawit jadi ditanam, mungkin kampung kami disebelah kebun ini akan tenggelam,” teriak Sihaloho.

Dia meminta pihak PTPN 4 membatalkan rencana konversi tanaman teh ke sawit, tetap mempertahankan tanaman teh. Dikhawatirkan, jika pihak perkebunan memaksakan tetap menanam kelapa sawit, maka akan terjadi benturan antara masyarakat dengan perkebunan
” Kami tidak mau terjadi benturan. Selama ini tanaman teh sudah menjadi ikon Sidamanik. Hubungan warga dengan pihak perkebunan adem ayem, tidak ada masalah. Ini yang diinginkan, bagi masyarakat teh merupakan harga mati,” cetus Sihaloho.
Disisi lain, St.Sahat Hutagaol, yang dimintai tanggapannya sangat menyayangkan sikap pihak PTPN 4 yang terkesan tidak peduli atas keluhan masyarakat disekelilingnya terkait dengan rencana penanaman kelapa sawit sebagai pengganti tanaman teh.
Menurut tokoh agama dan masyarakat Sidamanik itu, pihak PTPN terkesan memaksakan kehendak. Kenapa demikian, karena belum melakukan kajian tentang dampak lingkungan, belum melakukan sosialisasi dan belum mengantongi izin, pihak PTPN 4 sudah melakukan konversi dengan penanaman kelapa sawit. ” Ini yang membuat kita ‘marah’. Seharusnya sesuai undang-undang dan peraturan yang ada di negeri kita ini, sebelum ada izin resmi belum boleh dilakukan penanaman ” ujar Hutagaol.
” Lebih kesal lagi terhadap bupati. Warga dan pihak PTPN 4 sudah nyaris bentrok di lapangan, tetapi bupati masih tenang-tenang. Apakah harus ada korban, bupati baru sibuk?,” cetusnya lagi.
Memang, lanjut Hutagaol, bupati sudah membuat arahan dalam pertemuan warga dengan pihak PTPN 4 di rumah dinas beberapa waktu lalu. Intinya arahan bupati ketika itu, sebelum melakukan konversi agar pihak perkebunan melakukan kajian dampak lingkungan dan sosialisasi kepada masyarakat.
” Arahan itu jelas disiarkan lewat media dan diketahui oleh banyak orang. Tetapi justru inilah yang kita sesalkan, jelas-jelas arahan bupati itu tidak digubris sama sekali oleh pihak PTPN 4, tetapi bupati tetap diam. Perlu dipertanyakan ini, kemana arahnya,” tandas Hutagaol.
Dia berharap, aksi damai yang dilakukan tetap dalam koridor, tidak ada anarkis. Warga tetap bersatu menolak konversi teh ke kelapa sawit.

Sementara, pihak PTPN 4 diwakili Rafi staf bagian SDM didampingi Dikky Purba, Asisten Tanaman di Kebun Bah Butong, tidak dapat menjawab harapan yang disampaikan warga. Keduanya hanya diam seribu bahasa saat warga menyampaikan aspirasinya. ” Kami tidak dapat menjawab pertanyaan yang bapak-bapak sampaikan, karena itu wewenang pihak kantor direksi,” ucap Rafi.
Begitupun saat menjawab wartawan, Rafi tetap buang badan, menyarankan wartawan untuk pergi ke kantor pusat di Medan. ” Itu bukan wewenang kami,” tukas Rafi berkali-kali.
Setelah beberapa saat melakukan aksi damai di lapangan, puluhan massa tarik diri meninggalkan lokasi dengan tertib. (a27)
Foto utama: Warga diwakili U.Sihaloho (jaket hijau loreng) menyampaikan aspirasi kepada pihak PTPN 4 dalam aksi damai bersama Aliansi Gerakan Masyarakat Sidamanik di Afd III Kebun Bah Butong, Jumat (16/9).(Waspada/Hasuna Damanik).