LANGKAT (Waspada) : Proyek pembangunan jalur kereta api Besitang-Langsa dan proyek pengerjaan pengadaan barang dan jasa di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Jawa Bagian Tengah bernilai triliunan rupiah jadi ajang korupsi.
Kasus korupsi proyek pembangunan jalur KA Besitang-Langkat ditangani oleh Jampidsus Kejaksaan Agung, sementara kasus korupsi pengadaan barang dan jasa di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Jawa Bagian Tengah ditangani KPK.
Dalam proyek pembangunan jalur kereta api (KA) Besitang-Langsa, PN Tipikor, Jakarta, pada November 2024 telah menjatukan vonis terhadap empat terdakwa, yakni Kepala Balai Teknik Perkeretaapian periode 2016-2017 dan Kepala Balai Teknik Perkeretaapian periode 207-2018.
Kemudian, PN Tipikor juga menjatuhkan vonis kepada Team Leader Tenaga Ahli PT Dardella Yasa Guna, Arista Gunawan dan Beneficial Owner dari PT Tiga Putra Mandiri Jaya dan PT Mitra Kerja Prasarana, Freddy Gondowardojo.
Dampak dari korupsi ini berjamaah ini, proyek pembangunan jalur KA yang menghubungi dua provinsi, yakni Sumatera Utara-Aceh menjadi mangkrak. Dalam tiga tahun terakhir aktivitas proyek tampak stagnan.
Bahkan, berdasarkan pengamatan Waspada, baru-baru ini, retainning wall atau tembok penahan tanah di lokasi BSL-10 di Kel. Pekan Besitang yang kondisinya sudah bergeser dan terancam rubuh hingga kini belum diperbaiki.
Jembatan layang yang telah selesai dibangun di BSL-10 kawasan Lingk Simpang V juga belum terkoneksi karena proses penimbunan jalur terhenti. Bahkan, bekas kerukan tanah di sisi kiri-kanan ujung jembatan belum ditimbun.
Pemandangan miris juga terdapat di jalur KA Desa Halaban, Kec. Besitang. Sebagian jalur rel tertimbun material tanah akibat longsoran pada tebing perbukitan yang berada di sisi jalur.
Kemudian, karena mega proyek ini sudah lama mangkrak, warga memanfaatkan area jalur KA dengan tanaman pohon kelapa sawit. Pohon sejenis palm ini tampak berbaris di pinggiran jalur.
Begitu juga proyek reaktivasi jalur KA Binjai-Besitang yang menelan anggaran triliunan rupiah. Proyek ambisius masa Presiden Joko Widodo ini sudah lama mangkrak, terbukti sudah hampir delapan tahun berjalan, tapi ‘kuda besi’ belum juga kunjung beroperasi.
Mangkraknya pembangunan jalur reaktivasi membuat kawanan maling leluasa menyatroni material rail fastening atau komponen yang berfungsi untuk mengamankan rel kereta api yang sudah terpasang. Besi pengikat rel atau rail fixings ini dicongkel maling.
Pantauan Waspada beberapa hari yang lalu, diperkirakan ribuan pcs besi rail fastening dicuri maling di jalur KA kawasan Kel. Bukit Kubu. Tidak hanya di wilayah Besitang, tapi aksi pencurian nyaris terjadi di sejumlah lintasan.
Bebasnya kawanan maling melancarkan aksi diduga akibat proyek reaktivasi sudah lama tak difungsikan. Faktor lain maraknya aksi pencurian akibat lemahnya pengawasan dari pihak terkait. Jika mega proyek ini terus stagnan, tak menutup kemungkinan rel dan besi jembatan juga menjadi sasaran maling.
Menurut catatan Waspada, aksi pencurian material besi jembatan pernah terjadi semasa proyek pembangunan jalur KA Besitang-Aceh pada era tahun 2000-an. Aksi kejahatan ini terjadi karena jembatan tak berfungsi akibat proyek mangkrak.
Ketika itu, dua jembatan KA yang berlokasi di Dusun Seusriah, Desa Bukit Selamat, Kec. Besitang, hanya menyisakan pondasi beton, karena seluruh material besi jembatan telah raib disatroni kawanan maling.
Tidak sedikit uang negara yang digelontorkan untuk pembangunan jalur, namun hasilnya bak seperti membuang garam ke laut. Proyek ini gagal total. Kemudian, memasuki tahun 2017, pembangunan jalur KA Besitang-Langsa kembali digarap, tapi bukannya selesai, malah sejumlah pejabatnya terjerat korupsi. (a10)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.