STONE Walas tengah melakukan pemadatan pengaspalan hotmix pada proyek preservasi jalan nasional Doloksanggul-Siborongborong, Humbang Hasundutan. Waspada/Andi Siregar
DOLOKSANGGUL (Waspada): Proyek Preservasi Jalan Nasional Doloksanggul-Siborongborong TA 2024, kualitasnya diragukan. Pasalnya di sejumlah titik, tepatnya di perlintasan Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, ditemukan pekerjaan pengaspalan hotmix diduga asal jadi yang kualitas diragukan.
Informasi didapat Waspada, proyek Kementerian dari PUPR melalui BBPJN (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional) Sumut ini dikerjakan awal September 2024 oleh PT. SI pada dua ruas jalan nasional yakni Ruas Jalan Dairi dan Ruas Jalan Nagasaribu. Tak tanggung-tanggung, dana yang dikucurkan negara untuk dua ruas jalan nasional ini sekitar sebesar Rp80 miliar lebih. Ruas Jalan Dairi sekitar Rp38 miliar lebih, dan Ruas Jalan Nagasaribu sekitar Rp40 miliar lebih. Preservasi jalan nasional untuk ruas Dairi dan ruas Nagasaribu meliputi pengaspalan hotmix, pembangunan TPT (tembok penahan tanah) dan saluran drainase.
“Kontrak Proyek Preservasi Jalan Nasional untuk dua titik ruas jalan, ditangani langsung oleh PT. SI. Sementara untuk pembangunan TPT dan saluran drainase disub-kon kepada kontraktor lokal,” kata salahsatu rekanan yang menjadi subkon pada pekerjaan TPT.
Sub-kon yang mengaku marga Purba itu menjelaskan, bahwa sistem pembayaran atas pembangunan TPT dan drainase Jalan Nasional itu melalui satuan volume. “Untuk satu meter kubik pembangunan TPT dan Drainase, SI membayar Rp500 ribu. Pembayaran dilakukan sesuai kemajuan volume kerja,” pungkasnya.
Warga setempat, Tohap Sihombing mengaku prihatin cara kerja pihak PT. SI yang mengabaikan dampak lingkungan pada pada Mega Proyek jalan nasional. Pada penggalian base pengaspalan hotmix, PT SI terkesan mengabaikan keselamatan pengguna jalan selanjutnya pada pemadatan base PT. SI tidak secara rutin melakan penyiraman ruas jalan yang dikerjakan, sehingga debu berdampak buruk pada kesehatan lingkungan.
“Saat proses penggalian dan pemadatan base pengaspalan hotmix, saya kira tidak sedikit yang menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan) khususnya warga di sepanjang proyek. Apalagi antara September sampai dengan Desember intensitas hujan sangat rendah sehingga proyek PT. SI menimbulkan debu,” kata Tohap.
Selain dampak lingkungan, Tohap juga mengakui rendahnya pengawasan dari pihak BBPJN yang berujung rendahnya kualitas pengerjaan pengaspalan, pembangunan TPT dan saluran drainase pada proyek yang menelan dana puluhan miliar itu.
Katanya, di sejumlah titik pengaspalan hotmix sudah ditemukan retakan di badan jalan. Hal itu kuat dugaan ketebalan pengaspalan hotmix sangat tipis dan tidak sesuai spesifikasi. “Proyek preservasi Jalan Nasional Doloksanggul-Siborongborong (ruas Nagasaribu) baru selesai dikerjakan akhir tahun lalu, namun awal Januari, di beberapa titik sudah dilakukan tambal-sulam. Hal ini diduga untuk menutupi kualitas proyek yang asal jadi dan rendah kualitas,” pungkasnya.
Terkait proyek preservasi jalan nasional itu, pihak PT. SI belum bersedia memberikan keterangan resmi. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BBPJN, Heppy Pasaribu saat dikonfirmasi Waspada melalui aplikasi WhatsApp, justru enggan berkomentar.
Ditanya nilai kontrak dan masa kontrak proyek jalan nasional itu, Heppy malah mengatakan bahwa waktu pengerjaan, papan informasi sudah dipajang di Ruas Nagasaribu.
Dia juga menjelaskan bahwa pengerjaan proyek preservasi jalan nasional ruas Dairi dan Nagasaribu itu bukan dua kontrak yang berbeda namun tercatat dalam satu kontrak. Disinggung kembali nilai pagu (kontrak) proyek tersebut, Heppy malah membisu tanpa menjawab pertanyaan wartawan. (cas)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.