PANGKALANSUSU (Waspada): Manajemen PT Indonesia Power Pangkalansusu PGU jalin silaturahmi dengan stakeholder dan sekaligus memberi santunan kepada anak yatim. Acara berlangsung di aula Lubukkertang Gedung Administrasi PLTU, Selasa (9/5).
Hadir dalan acara ini antaralain, Danyonif 8 Marinir Letkol Mar Agus Wahyudi, Camat Pangkalansusu T. Syafrie Elza Hadi Prawira S.STP, M.AP, Manager UP3 Binjai Arif Rahman Hakim, Manager Bahtera Adhiguna Widiyanto, Manajer ULP Erwinsyah, KSOP, Kades/lurah, KNPI, Kacabjari P. Brandan, pimpinan Ormas, TNI/Polri, dan sejumlah awak media.
Senior Manager PT Indonesia Power PGU, Trisno Widayat, mengawali sambutannya mengatakan, salah satu simbol kehadiran negara, yakni penerangan listrik masuk ke rumah-rumah masyarakat di penjuru negeri.
Widayat pada kesempatan itu memaparkan, kontribusi PLTU di wilayah Pangkalansusu untuk menyuplai kebutuhan energi listrik di wilayah Sumatera Utara sebesar 30 persen. “Kontribusi PLTU cukup besar,” ujarnya seraya berharap dukungan dari segenap stakeholder.
Tak hanya menyedikan kebutuhan listrik, tapi perusahaan, katanya, juga memberi kontribusi kepada masyarakat, terutama dalam kegiatan rutin program corporate social responsibility (CSR) dengan tujuan untuk meningkatan perekonomian warga.
Tidak hanya perusahan, lanjutnya, tapi para pegawai juga menyisihkan dari sebagian penghasilannya buat disumbangkan kepada lembaga amil zakat, infaq dan sedekah. Dari dana yang terkumpul, dialokasikan buat pendidikan, membantu warga yang terkena musibah dan membangun rumah kurang layak huni.
“Kami konsern memberikan kontribusi yang maksimal. Kami punya anak-anak muda yang siap bergotong royong untuk membantu kepentingan masyarakat, termasuk partisipasi dalam bidang seni, budaya dan olah raga,” kata Widayat.
Sebagai operator, kejadlhitan PLTU harus bisa mengangkat perekonomian masyarakat. Selain menghasilan energi listriik, PLTU juga menghasilkan limbah sisa pembakaran batu bara fly ask dan bottom ask (FABA) yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi.
Limbah batu bara, lanjutnya, bisa diproduksi sebagai material bangunan, seperti untuk pembuatan vaping block. “Limbah yang dulunya dianggap bahan berbahaya dan beracun (B3), tapi kini dapat dimanfaatkan untuk pengecoran jalan dan FABA dibagikan ke masyarakat secara gratis,” tukasnya. (a10)