MEDAN (Waspada): PLN bekerjasama dengan Fakultas Pertanian USU, berdayakan hutan sosial di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Kondisi wilayah desa ini berbatasan dengan hutan lindung yang ada di area tersebut. Masyarakat Desa Salaon Dolok dapat dikategorikan sebagai masyarakat desa hutan karena banyak menggantungkan kehidupannya pada sumber daya hutan yang ada di sekitar mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Kondisi saat ini, sebagian dari masyarakat desa hutan di Indonesia masih belum bisa mengelola hutan di sekitar mereka dengan baik.
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) hadir dalam memperkenalkan dan membantu masyarakat Desa Salon Dolok dengan adanya Program Perhutanan Sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosial PLN kepada masyarakat.
Perhutanan sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Program ini bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui mekanisme pemberdayaan dan tetap berpedoman pada aspek kelestarian hutan. Disamping itu, hutan sosial diharapkan mampu mengatasi dampak negatif dari aktivitas masyarakat lokal di hutan.
Pelaksanaan program Perhutanaan Sosial oleh PLN ini juga mengikutsertakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU). Kegiatan ini telah berlangsung sejak 15 Oktober 2023 – 9 September 2024.
Tahapan pelaksanaan kegiatan dari Program Pemberdayaan Perhutanan Sosial ini terdiri 4 rangkaian kegiatan, antara lain: survei dan focus group discussion, sosialisasi dan pelatihan, pemantauan dan pendampingan, serta penilaian dampak dan analisis social return on investment bantuan yang diberikan.
Masyarakat Desa Salaon Dolok telah memiliki pengalaman terkait budidaya tanaman kopi arabika. Namun, pada saat survei awal dilakukan terdapat banyak tanaman kopi yang sudah tidak produktif serta terserang penyakit dan hama terutama hama penggerek buah dan batang.
Masyarakat Desa Salaon Dolok juga ternyata telah melakukan pengolahan kopi khas daerah mereka dengan cara tradisional/manual dan memasarkannya ke luar daerah.
Berdasarkan kondisi ini, masyarakat Desa Salaon Dolok mengajukan permohonan bantuan kepada PLN berupa bibit petai, jengkol dan durian untuk dijadikan sebagai tanaman pelindung tanaman kopi.
Selain itu, Masyarkat Desa Salaon Dolok juga memohon bantuan terkait peralatan dan mesin pengolahan kopi seperti alat pengupas kulit buah, huller, dan alat roasting kopi untuk mempermudah mereka dalam memproduksi kopi khas Desa Salaon Dolok.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan di Desa Salaon Dolok dilakukan dengan tema/materi budidaya tanaman petai, jengkol dan durian.
Materi tersebut dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. yang merupakan ahli konservasi tanah dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hal yang juga dibahas dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan yaitu pemilihan tanaman optimal sebagai tanaman pelindung kopi yang produktif di Desa Salaon Dolok.
Hasil diskusi disimpulkan bahwa “Tanaman yang paling cocok sebagai tanaman pelindung kopi produktif yakni alpukat, petai, dan jengkol”, jelas Prof. Abdul Rauf.
Pembahasan juga berlanjut pada pemanfaatan tanaman sekitar untuk menambah NPK pada pupuk organik yang sudah dibuat oleh masyarkat Desa Salaon Dolok.
Selama ini masyarakat Desa Salaon Dolok hanya menggunakan komposisi kotoran ternak dan kapur pertanian untuk membuat pupuk organik.
“Untuk memperkaya dan mengatasi permasalahan tanah dan pertumbuhan tanaman kopi di desa Salaon Dolok maka perlu dicampur dengan cacahan hijauan tanaman seperti kaliandra, titonia, kulit kopi dan bonggol pisang”, jelas Prof. Abdul Rauf.
Pemberian bantuan oleh PLN yang bekerjasama dengan Fakultas Pertanian USU kepada Desa Salon Dolok disalurkan pada saat pelakasanaan kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan pada Senin (22/1). Bantuan yang disalurkan antara lain: bibit petai 2200 batang, bibit jengkol 2200 batang, bibit durian 1000 batang, mesin pengupas kulit luar kopi basah, mesin pengupas kulit luar kopi kering, dan mesin sangrai biji.
Tahapan kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan pemantauan dan pendampingan (30/6) dan selanjutnya penilaian dampak dan analisis social return on investment bantuan yang diberikan (8/9).
Berdasarkan informasi dari Ketua Kelompok Tani Hutan Desa Salaon Dolok, Jairing Samosir, bahwa kelompok tani sudah memproduksi kopi dalam bentuk biji kopi yang telah disangrai dan bubuk kopi.
“Kelompok tani juga merasa sangat terbantu dengan adanya mesin penyangrai yang yang mempercepat proses sangrai dari manual dilakukan selama 3 jam dan menggunakan mesin menjadi hanya 30 menit,”sebutnya.
Masyarakat Desa Salaon Dolok juga berharap kegiatan dari PLN ini akan berlanjut hingga ke proses pemasaran produk kopi.(m22)
Waspada/ist
Kegiatan penilaian dampak dan analisis social return on investment bantuan yang diberikan oleh PLN yang disalurkan dengan kerjasama Fakultas Pertanian USU.