BESITANG (Waspada): Para pedagang lontong sayur dan para penjual kolak mengeluhkan karena harga buah kelapa dalam beberapa bulan terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Harga buah kelapa yang sebelumnya Rp5.000 per butir di pasaran, kini naik menjadi Rp8.000-Rp10.000. Mahalnya harga buah penghasil santan ini tentu berdampak bagi para pedagang kecil, seperti penjual makanan.
Milah, 57, salah seorang penjual lontong dan nasi uduk di Besitang saat ditemui Waspada, Minggu (9/12), mengeluhkan mahalnya harga kelapa di pasaran dalam dua bulan terakhir ini.
Meskipun harga kelapa tinggi, tapi penjual sarapan pagi ini terpaksa harus membelinya karena santan dari kelapa adalah kebutuhan sebagai bahan utama untuk campuran sayur buat kuah lontong.
Ia menuturkan, mengurangi porsi santan untuk kuah lontong tentu tidak mungkin, karena dapat menurunkan cita rasa pada masakan. “Kalau kuahnya encer, tentu rasa lontong juga kurang nikmat di lidah para pembeli,” ujarnya.
Dengan kenaikan harga buah kelapa, termasuk bahan pokok beras, keuntungan yang didapat penjual sarapan pagi makin tipis, karena para pedagang umunya tidak menaikan harga jual.
“Harga penjualan lontong tanpa telur masih tetap Rp5.000 per porsi, sementara pakai telur Rp8.000. Harga tidak saya naikkan, hanya saja, porsinya agak dikurangi,” imbuh perempuan paruh baya yanga sudah belasan tahun jualan lontong.
Kalau penjual lontong mengeluh, tapi petani kelapa tersenyum dengan kenaikan harga buah penghasil santan yang begitu tinggi. “Alhamdulilah, baru kali ini saya merasakan tingginya harga jual kelapa,” kata Wati, salah seorang pemilik kebun kelapa. (a10)