P.SIDIMPUAN (Waspada): Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syahada Padangsidimpuan Dr.Anhar MA meminta guru dan pemangku kepentingan untuk berperan aktif menangkal pertumbuhan paham agnotisisme dan ateisme di kalangan remaja.
“Jumlah siswa yang skeptis terhadap pelibatan Tuhan dan fungsi agama dalam kehidupan sangat mungkin bertambah. Pemerintah, MUI dan pihak sekolah penting memperkuat sinergi dalam pembinaan iman dan taqwa generasi muda,” kata Dr.Anhar MA dalam Seminar Hasil Penelitian Komisi Penelitian, Pengkajian Sumber Daya Alam, MUI Kota P.Sidimpuan, Sabtu (14/10).
Seminar hasil penelitian mengenai persepsi siswa tentang pelibatan Tuhan dan fungsi agama dalam aktivitas dirinya sebagai pemelajar yang digelar di Aula Kantor MUI, Jl.HT.Rizal Nudin, Palampat, Padangsidimpuan dibuka Ketua Umum DP MUI Padangsidimpuan Ustadz Drs.H.Zulfan Efendi Hasibuan MA.
Dr.Anhar MA sebagai nara sumber pertama dengan moderator Romi Iskandar Rambe SH dalam seminar tersebut menjelaskan peneletian dengan cara survei terhadap siswa kelas XI Siwa SLTA sederajat berawal dari informasi bahwa di kota besar ada peningkatan agnotisisme dan ateisme sehingga perlu memotret kondisi di Kota Padangsidimpuan.
“Sidimpuan perlu kita potret melalui penelitian survei yang melibatkan siswa kelas XI SLTA sederajat dan sampelnya 551 orang. Ini baru angket, belum pernah dilakukan wawancara,” ujar Dr. Anhar yang juga menjabat sebagai Komisi Penelitian, Pengkajian Sumber Daya Alam, MUI Kota P.Sidimpuan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ucap Dr. Anhar, siswa yang skeptis terhadap pelibatan Tuhan sekira12 ℅ dan 4,6 ℅ berpendapat tidak perlu melibatkan Tuhan, edangkan 83 ℅ siswa memandang penting melibatkan Tuhan dalam aktivitas belajar dan positif fungsi agama dan tokohnya.
“Lebih mengkhawatirkan lagi, ada minoritas kecil siswa yang berpendangan bahwa pelibatan Tuhan tidak urgen dalam hidup mereka yang sedang menimba ilmu pengetahuan. Mereka juga berpandangan bahwa agama tidak relevan diposisikan sebagai faktor memajukan masyarakat dan bangsa,” ungkapnya.
Jika dikalkulasikan dengan jumlah responden 551 orang, lanjut Dr.Anhar, dalam setiap 120 orang terdapat 1 orang siswa yang menganggap keberadaan Tuhan dan agama tidak penting dalam hidup pelajar. “Jika rasio ini diterapkan kepada siswa SLTA di Kota Padangsidimpuan yang berjumlah sekira 16.000, maka ada 133 orang yang benar-benar tidak peduli dengan pelibatan Tuhan dan pemungsian agama dalam kehidupan,” paparnya.
Menurutnya, orang yang tidak peduli dengan pelibatan Tuhan dan pemungsian agama dalam kehidupan sangat mungkin sudah terpapar paham agnotisisme dan ateisme atau paham-paham lain yangenafikan Tuhan dan agama dalam kehidupan.
Untuk itu Dr.Ahar yang juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Dearah Muhammadiyah Kota Padangsidimpuan berpendapat bahwa salah satu penyebabnya adalah perkembangan saluran bebas informasi di era perkembangan IT yang tidak terkontrol dan tidak terfilter.
Ketua MUI Padangsidimpuan ustadz Drs.H.Zulfan Efendi Hasibuan MA yang juga sebagai pemberi dalam seminar itu menjelaskan sangat prihatin dengan indikasi pelajar berpaham agnotisisme dan ateisme yang sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam.
“Jika merujuk pada survei tersebut, kondisinya cukup memprihatinkan karena baru dari segi keyakinan yang di survei, belum termasuk tentang pemahaman dan pengamalan terhadap agama,” kata Ketua MUI Padangsidimpuan.
Apabila generasi muda yang seperti itu (agnotisisme dan ateisme) nantinya jadi pemimpina, maka mereka menganggap tidak perlu lagi pendidikan agama di sekolah umum. “Sudah ada tokoh yang mengatakan, kalau Indonesia ingin maju tidak perlu pendidikan agama di sekolah,” ungkapnya.
Menanggapi pertanyaan peserta seminar agar MUI Padangsidimpuan turun go to school (turun ke sekolah) untuk memberikan pencerahan kepada siswa, ustadz Zulpan menegaskan bahwa MUI Padangsidimpuan ingin berbuat lebih banyak, namun anggaran dari pemerintah sangat kecil. “Meskipun demikian, kita akan terus berbuat semaksimal mungkin,” tuturnya. (a39)