“17 orang jumlah guru yang mengabdi di sekolah ini semuanya berstatus honorer”
PROGRAM besar orang nomor satu di wilayah Sumatera Utara untuk memajukan dunia pendidikan dengan membangun sekolah berkelas, yakni SMA Plus Negeri-2 Besitang, Kab. Langkat, hasilnya tak sesuai ekspektasi.
Edy Rahmayadi yang kala itu menjabat Gubsu pada 26 Februari 2020 lalu turun ke lokasi. Eks Pangkostrad ini mencanangkan pembangunan SMAN Plus dan ia secara simbolis menebang pohon kelapa sawit di area pembangunan.
Proyek ambisius yang menelan anggaran mencapai puluhan miliar rupiah ini ternyata minus peminat setelah status plus-nya tiba-tiba hilang atau berubah menjadi SMAN-2 Besitang.
Perubahan status plus tentu berdampak besar bagi animo siswa masuk ke sekolah tersebut. Terbukti, jumlah siswa yang mendaftar saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 sangat minim, yakni hanya belasan orang.
Siswa yang mendaftar pun kebanyakan warga lokal di seputar Teluk Aru, Langkat. Penurunan status ini membuat siswa-siswa berprestasi yang tersebar di wilayah nusantara tidak ada yang berminat untuk mendaftarkan diri.
Edy pada acara seremonial pencangan mengatakan, pembangunan gedung sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan juga peradaban manusia.
“Saya ingin menunjukkan bahwa kita manusia sempurna. Sampai saat ini ibu pertiwi masih menangis, karena dunia pendidikan kita masih tertinggal jika dibanding dengan negara lain,” ujarnya.
Menurut dia, masa depan bangsa ini ke depan ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM). Edy meminta adanya upaya penguatan terhadap pendidikan SDM, karena kualitas SDM menentukan masa depan bangsa.
Mantan Gubsu yang kini sedang berjuang untuk maju kembali mengikuti kontestasi Pilgubsu ini mungkin saja bisa menangis jika melihat SMAN Plus yang dicanangkanya minus peminat.
Plt Kasek SMA Negeri-2 Besitang, Syahrizal Ginting, S.Pd ditemui Waspada, baru-baru ini mengatakan, jumlah siswa yang mendaftar sebanyak 24 orang.
Jumlah siswa yang mendaftar hanya untuk kapasitas satu lokal, sementara fasilitas ruang kelas di SMA ‘plat merah’ di bawah naungan Dinas Pendidikan Povinsi Sumatera Utara ini telah dibangun sebanyak 12 lokal.
Selain ruang belajar, pihak Pemprovsu juga membangun fasilitas ekstra, seperti kantin yang terbilang megah dan asrama tempat tinggal siswa sebagai layaknya SMAN Plus. Tapi sayang, fasilitas wah yang dibangun menjadi mubazir.
Kemudian, yang menjadi ironi, SMAN ini sama sekali tidak memiliki guru yang berstatus ASN (aparatur sipil negara). Sesuai pengakuan Kasek, 17 orang jumlah guru yang mengabdi di sekolah ini semuanya berstatus honorer.
Miris, sekolah yang awalnya dicanangkan SMA Plus ini 100 persen gurunya berasal dari tenaga honor biasa. Tidak adanya droping guru ASN mengindikasikan bahwa Kadisdik Pemprovsu tidak serius untuk memajukan dunia pendidikan.
“SMAN ini mungkin satu-satunya sekolah negeri di Indonesia yang tidak memiliki tenaga pengajar dari kalangan ASN. Ini jelas sebuah kemunduran,” ujar sejumlah warga dengan nada prihatin mencermati realitas ini.
Warga menilai, pembangunan SMAN-2 Besitang kebijakan yang tidak rasional dan terkesan pemborosan terhadap keuangan negara, karena di kecamatan ini telah lama berdiri SMAN-1. Kemudian, setiap kecamatan di Langkat cuma ada satu SMA yang berstatus negeri. (a10)