Scroll Untuk Membaca

HeadlinesSumut

Lanal TBA Gagalkan Penyelundupan Manusia Ke Malaysia

TANJUNGBALAI (Waspada) : Tim F1QR Lanal TBA menggunakan Patkamla II-1-61 gagalkan penyeludupan puluhan calon pekerja migran Indonesia saat berlayar menuju Malaysia tepatnya di perairan Asahan, Selasa (15/3) 04.30.

Danlanal TBA Letkol Laut (P) Aan Sebayang didampingi Kasatkom Lettu Yakup menjelaskan awalnya pihak Lanal menerima informasi ada puluhan orang yang akan berangkat ke Malaysia melewati jalur laut tanpa dilengkapi dokumen resmi. Informasi ini lalu ditindaklanjuti oleh petugas di lapangan dengan laksanakan pengintaian, penyisiran mulai dari garis pantai bagan Asahan hingga garis pantai Silo laut.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Lanal TBA Gagalkan Penyelundupan Manusia Ke Malaysia

IKLAN

Saat pengintaian, petugas melihat ada kapal mencurigakan berlayar dengan belasan manusia di atasnya. Petugas kemudian melakukan pengejaran, penangkapan, dan penyelidikan di Pos Babinpotmar.

Hasilnya, Lanal TBA menemukan 23 calon pekerja migran Indonesia ilegal terdiri dari 12 laki-laki dan 11 perempuan. 11 orang berasal dari Nusa Tenggara Timur, Lombok, Jember, Surabaya, Palembang, Banten, Kendal, Surabaya, Sumatera Barat, dan Kota Tanjungbalai.

Sementara, nakhoda kapal bersama kepala kamar mesin dan dua kru-nya ditahan untuk proses hukum lebih lanjut dan dijerat UU tindak pidana Pelayaran. Selanjutnya para PMI gelap ini akan diserahkan ke Kantor Imigrasi Kelas II TPI Tanjungbalai Asahan.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Tanjungbalai Asahan, Panogu Sitanggang melalui Kasubsi Penindakan, Jonardi menyatakan segera mendata para calon PMI ilegal. Selanjutnya mereka akan dipulangkan ke daerah masing-masing.

Sementara yang memiliki paspor akan disita dokumennya dan diberikan sanksi berupa cekal alias tidak boleh berangkat ke luar negeri sampai waktu tidak ditentukan. Sedangkan yang tidak memiliki paspor, akan didata identitasnya dan tetap dicekal tidak bila boleh bepergian ke luar negeri.

“Sebagai sanksinya, para PMI ilegal ini tidak diperbolehkan ke luar negeri sampai waktu yang tidak ditentukan,” ucap Jonardi.

Koordinator BP2MI Tanjungbalai Asahan, Enceng Supiyanto meminta agar para PMI ilegal tidak tergiur iming-iming kerja di Malaysia dengan gaji besar sehingga menempuh berbagai cara termasuk lewat jalur ‘belakang’. Alasannya, tidak ada jaminan bahwa akan ada pekerjaan di sana, malah banyak yang menjadi korban penipuan sindikat yang meraup keuntungan sendiri.

Di Malaysia juga katanya, kehidupan para PMI Ilegal tidak akan tenang karena selalu dikejar oleh pihak kerajaan disebabkan masuk melalui pintu tidak resmi. Belum lagi risiko perjalanan laut yang tidak menjamin keselamatan karena boatnya juga tidak memiliki standar keamanan dan keselamatan kapal penumpang.

“Sudah banyak korban, tidak usah lagilah, kalau mau bekerja di sana, harus bersabar, urus dulu dokumen resminya, baru boleh berangkat,” harap Supiyanto. Dalam kesempatan itu, Enceng menegaskan pihaknya sudah gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait PMI.

Nahkoda kapal, AS, 50, mengaku diperintahkan oleh pemilik kapal bernama Ahyar untuk membawa para PMI ilegal langsung menuju Malaysia. Sebagai imbalan, dirinya mendapatkan uang senilai lima juta rupiah.

AS mengaku tidak mengenal agen perekrut dan penyalur PMI ilegal ini. Sedangkan upaya untuk menyelundupkan manusia dari Indonesia ke Malaysia baru sekali ini dilakukan.

“Saya diminta untuk mengantarkan mereka sampai ke Malaysia langsung, tidak melalui penjemputan di tengah, lima juta saya dikasih,” ungkap AS.

Calon PMI berasal dari Timur Indonesia, Lombok Barat, Astika, 18, membeberkan telah mengeluarkan dana sebesar Rp12 juta rupiah agar bisa sampai ke Malaysia. Uangnya diserahkan kepada agen namun dirinya tidak kenal orangnya.

Tika mengaku nekad berangkat ke Malaysia atas desakan ekonomi karena kedua anaknya butuh nafkah, sedangkan dirinya telah bercerai dengan suami. Janda yang nikah umur 14 tahun ini tidak peduli rintangan dan risiko perjalanan sampai dengan situasi di Malaysia, karena negeri jiran itu begitu menjanjikan penghidupan baginya.

Saat ini Tika bingung karena dirinya tidak lagi memiliki uang untuk pulang. Belum lagi memikirkan utang sebesar Rp12 juta yang dipinjamnya harus dikembalikan dengan segera.

“Saya dari Lombok Barat, di sana pekerjaan sehari-hari hanya bertani, menanam padi, jauh sekali dari kata sejahtera, sehingga saya memutuskan untuk berangkat ke Malaysia dengan segala risikonya,” ucap Astika lirih. Tika mengaku bimbang, apakah akan kembali ke Lombok atau mencari penghidupan baru di tempat lain. (A21/A22/A20)

Keterangan foto: Aslog Lantamal 1, Kolonel Laut H Sinaga didampingi Danlanal TBA Letkol Laut (P) Aan Sebayang bertanya kepada PMI ilegal berasal dari Jawa baru diamankan saat berlayar menuju Malaysia.Waspada/Rasudin Sihotang

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE