BESITANG (Waspada): Komitmen Pemkab Langkat untuk mendukung program Asta Cita Presiden RI, Prabowo Subianto, terutama dalam pembangunan untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu dipertanyakan.
Pasalnya, sebagian besar petani padi di Kab. Langkat hanya mengandalkan sistem tadah hujan untuk pemenuhan kebutuhan air, tanpa didukung oleh sarana dan prasarana infrastruktur jaringan irigasi yang memadai.
Malah, ada pembangunan sarana jaringan irigasi, seperti di Desa Bukit Selamat, Kec. Besitang, yang dikerjakan pada tahun 2024 oleh CV AH Group hingga kini mangkrak dan tak jelas kelanjutannya.
Proyek jaringan irigasi dengan anggaran senilai Rp1 miliar lebih yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN T.A 2024 di Dusun-8 Seusirah ini menuai sorotan karena proses pengerjaannya tidak sampai finishing.
Pantauan Waspada di lapangan, beberapa hari lalu, di salah titik bangunan jaringan irigasi tampak konstruksi beton dinding parit telah hancur (ambrol), padahal umur bangunan ini belum mencapai satu tahun.
Kerusakan yang dianggap terlalu cepat ini diduga akibat faktor kualitas proyek yang rendah. Ditandai, komposisi campur semen diyakini tidak ideal, terbukti dinding parit beton terlihat rapuh dan mudah rontok saat terinjak.
Sementara, areal pertanian di daerah pesisir kawasan Dusun Damar Seratus, Desa Pulau Kampai, Kec. Pangkalansusu, belum tersentuh irigasi moderen, padahal areal pertanian di dusun ini cukup luas, yakni hampir mencapai 1.000 hektare.
Waspada yang pernah turun ke Desa Pulau Kampai dengan menumpang perahu motor melihat hamparan persawahan seluas mata memandang. Namun, ironisnya, potensi sumber daya alam yang luas ini tak didukung dengan pembangunan sarana infrastruktur.
Kondisi parit untuk mengairi areal persawahan tampak tidak terawat dan ditumbuhi rumput. Sementara, pintu klip bendungan air yang harusnya berfungsi untuk mengatur distribusi air ke areal persawahan sudah tak berfungsi.
Areal pertanian di dusun ini mengandalkan tadah hujan. Kalau di beberapa daerah, petani dapat menanam padi setahun dua kali, tapi di dusun ini musim tanam hanya sekali dalam setahun.
Bagaimana Bupati Langkat, Syah Afandin, dapat mendongkrak produksi gabah untuk mendukung program ketahanan pangan Presiden Prabowo, kalau areal pertanian jauh dari sentuhan pembangunan infrastruktur.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas PUTR Langkat, Heri, dikonfirmasi Waspada, Selasa (29/4), terkait pembangunan proyek jaringan irigasi yang nangjrak mengatakan, pihak PUTR telah memutuskan kontrak dengan rekanan yang mengerjakan proyek ini.
Ditanya bagaimana kelanjutan proyek irigasi yang mangkrak ini, ia menjelaskan, dana SILPA (sisa lebih pembiayaan anggaran) belum bisa diambil. Untuk keberlanjutan proyek, pihak PUTR sudah mengusulan agar anggaran dapat ditampung P-APBD 2025.(a10)