“Di mana ada kemauan di situ pasti ada jalan”
Peribahasa ini menunjukan betapa pentingnya kemauan keras untuk membawa perubahan dalam menjalani proses kehidupan yang penuh dengan tantangan.
Seperti halnya kisah hidup seorang penarik beca dayung di Besitang, yang kini terbilang relatif sukses menjadi seorang enterpreneur. Heri, yang dahulu bekerja sebagai penarik beca, kini menjadi agen buah kelapa sawit.
Pria tamatan Sekolah Teknik Mesin (STM) YPT P. Brandan jurusan otomotif ini, sebelumnya bekerja di perusahaan raksasa kayu lapis PT RGM. Setelah perusahaan ini melakukan PHK massal di era tahun 2000-an, Heri, kehilangan pekerjaan.
Untuk tetap survive, ayah dari tiga orang anak terpaksa menarik beca dayung. Pekerjaan yang sangat menguras tenaga ini dilakoni Heri selama empat tahun, yakni dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Hasil yang diperoleh dari pekerjaan penarik beca, tentunya tak sebanding dengan energi yang dikeluarkan. Penghasilan dari menarik beca terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sejengkal perut.
“Pernah suatu ketika, kami hanya menyantap nasi putih dengan lauk hanya sebungkus mie instan,” kenang Heri, saat ditemui Waspada di gudang tempat usahanya di Lingk VI Batang Selemak, Kel. Bukit Kubu, Selasa (12/11) sore.
Pria berkulit gelap dan bertubuh tinggi itu tak ingin hidupannya terus begini. Ia mencoba mengubah nasib dengan beralih profesi dari penarik beca menjadi peternak ayam potong kecil-kecilan.
Tapi, usaha ternak ayam potong ini ternyata tidak berkembang. Jangankan meraih untung, Heri, malah ia mengakui usahanya ini terus mengalami kerugian dan sampai akhirnya gulung tikar alias bangkrut.
Tekanan ekonomi yang berat tidak membuat pria ini menyerah. Heri terus memutar otak mencari peluang bisnis. Ketika itu, ia memilih menjadi membeli buah kelapa sawit dari kalangan petani kecil di seputaran kampung.
Karena modalnya relatif kecil, Heri mengaku mengajak seorang temannya untuk join usaha, namun sang teman yang dianggap memiliki modal tidak tertarik. “Teman saya ketika itu menolak ajakan untuk kerja sama,” imbuhnya
Heri pun memutus bermain tunggal. Dengan modal transport beca barang, ia setiap hari mendayung beca berkeliling kampung untuk membeli buah sawit petani. Buah kelapa sawit tersebut lalu ia jual kepada agen (pengepul).
Seiring dengan perjalan waktu, usaha yang dirintis Heri mulai kelihatan meningkat. Ia sudah tidak lagi menggunakan transportasi beca dayung. Heri sudah bisa menyewa mobil untuk mengangkut sawit ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Bisnis yang dijalankan Heri mulai sejak dari nol terus berkembang. Ia kini sudah tidak lagi menyewa mobil pick up, melainkan telah memiliki armada angkut sendiri. Dua unit truk Colt Diesel dan tiga unit mobil pick up miliknya kini setiap hari beroperasi.
Heri menuturkan, dalam satu bulan ia bisa memperoleh sekitar 170 ton sawit dari petani dengan nilai transaksi mencapai sekitar Rp500 juta sampai Rp600 juta/bulan. “Alhamdulilah hasilnya lumayan,” kata ayah dari tiga orang anak itu tanpa merinci provit yang ia peroleh.
Perkembangan usaha ini ternyata tidak hanya membawa keuntungan baginya pribadi Heri, tapi juga pada masyarakat. Dari usaha bisnis sawit ini Heri dapat menampung beberapa orang tenaga kerja. “Pekerja saya saat ini ada enam orang,” ujarnya. WASPADA.id/Asrirrais
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.