TOBA (Waspada) : Harga minyak mentah dunia melonjak naik dalam seminggu terakhir karena adanya pengurangan produksi sebagai dampak dari konflik-konflik antar Negara. Keadaan ini sangat berdampak terhadap kegiatan ekonomi hingga dirasakan oleh lapisan masyarakat karena akan adanya kenaikan harga BBM.
Pemerintah Indonesia tidak mengambil langkah semata menaikan harga BBM, namun penyesuaian beban anggaran subsidi yang dikeluarkan untuk BBM.
Pemerintah mengurangi anggaran subsidi BBM dan mengalihkannya ke bantuan sosial untuk masyarakat yang layak mendapatkan.
Drs. J Efendi Samosir, S.H (foto) selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Toba mendukung langkah pemerintah atas rencana penyesuaian harga BBM ini, seperti disampaikannya kepada wartawan, Sabtu (3/9).
Selaku Ketua MUI, Efendi mengimbau seluruh warga agar tetap menjaga kondusifitas dalam menyikapi penyesuaian harga BBM bersubsidi untuk kepentingan, dan keadilan bagi rakyat. Karena, saat ini negara mengalami Inflasi besar-besaran untuk mengatasi penanggulangan subsidi BBM.
“Di mana kita ketahui bahwa saat ini negara nombok besar untuk subsidi BBM, rakyat baiknya mendukung kebijakan penyesuaian harga BBM subsidi oleh pemerintah. Faktanya, harga BBM di Indonesia lebih murah dibanding negara lain,” ujar Efendi.
Bukan tak masuk akal, Efendi selaku Ketua MUI Kabupaten Toba mendukung rencana penyesuaian kenaikan tarif BBM ini, karena selama ini subsidi BBM dinilai masih tidak tepat sasaran. Di mana negara sudah membantu rakyat melalui APBN yang cukup besar untuk menutupi kebutuhan BBM subsidi masyarakat.
Sebelumnya, pada Rabu, 31 Agustus 2022, Presiden Jokowi berada di Jayapura, Papua untuk memberikan secara langsung kepada masyarakat berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM sebesar Rp 600.000 untuk empat bulan, dengan teknis diberikan dua kali tahap.
Hal ini juga untuk menghindari subsidi yang selama ini diberikan pemerintah justru dinikmati oleh kalangan elit atau masyarakat level atas. (rg)
Keterangan foto : Ketua MUI Kabupaten Toba, Drs. J Efendi Samosir, S.H. Waspada/IST