Karo Punya Bak Sampah Baru Namun Sampah Masih Berserak

  • Bagikan

TANAH KARO (Waspada): Pengolahan sampah di Kabupaten Karo diduga menjadi polemik di tengah masyarakat. Terlihat bak sampah sepanjang jalan protokol terisi penuh dengan sampah, bahkan sampai ada sampah yang berserak di sekitar bak, Kamis (13/1). Selain memberikan kesan jorok, sampah yang menumpuk dan tidak segera diangkut juga menimbulkan bau tidak sedap.

Bak sampah yang sebenarnya masih layak dihancurkan dan diganti dengan bak berbahan besi yang sebenarnya tidak lebih bagus dari yang sebelumnya. DLH justru tidak menambah jumlah bak sampah atau TPS di tempat lain yang sebelumnya tidak terdapat Tempat Pembuangan Sampah (TPS).

Saat dikonfirmasi ke kantornya, Jln. Jamin Ginting, Gg. Cik Ditiro, Kabanjahe, Radius Tarigan selaku Kepala DLH Karo tidak berada di kantornya, beberapa staf yang terlihat di kantor pun tidak tahu pasti dimana pimpinan mereka dan tidak bisa memberi konfirmasi mengenai hal ini.

Esron, Kepala Bidang Kebersihan DLH, melalui sambungan telepon menjelaskan alasan mengapa bak sampah yang sebelumnya terbuat dari beton dihancurkan. Ia berdalih hal itu merupakan perintah Bupati Karo Corry Sebayang. Katanya Corry tidak suka jika sepanjang jalan protokol terdapat bak sampah (TPS) yang terkesan jorok dan merusak pemandangan.

“Itukan instruksi pimpinan kita buk bupati, itu programnya seratus hari kerja semua TPS itu dihancurkan karena merusak pemandangan dan digantikan menjadi taman,” katanya melalui sambungan telepon.

Karo Punya Bak Sampah Baru Namun Sampah Masih Berserak

Faktanya di lapangan TPS yang dihancurkan bukannya menjadi taman justru malah hanya digantikan dengan bak besi berwarna hijau yang fungsinya sama saja dengan yang sebelumnya, bahkan sampah yang berserakan menimbulkan bau tidak sedap, sehingga terkesan bahwa kebijakan tersebut hanya tindakan menghabis-habiskan anggaran dan menambah daftar proyek gagal pemerintah.

Menurut Esron, Timnya sedang mengoptimalkan becak sampah yang dibeli dengan APBD T.A 2021. Rencananya Becak sampah yang masih kilat itu digunakan untuk berkeliling mengangkut sampah dari rumah-rumah ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) agar masyarakat tidak lagi membuang sampah ke TPS.

Rian seorang warga Kelurahan Kampung Dalam mengaku sudah berhenti berlangganan membuang sampah dengan petugas kebersihan sejak tiga bulan lalu. Ia beralasan bahwa petugas kebersihan tidak punya waktu yang jelas untuk pengambilan sampah. Terkadang seminggu sekali, bahkan lebih lama, sehingga sampah yang sudah menumpuk di rumahnya bisa menimbulkan bau dan menjadi sumber penyakit.

“Udah tiga bulan gak langganan lagi, karena jadwal kutip sampahnya gak nentu, kadang sudah menumpuk banyak, seminggu lebih baru diangkatnya, masalahnya rumah jadi jorok dan bau,” kata Rian.

Sekarang Rian lebih memilih untuk membuang sampahnya secara mandiri ke TPS atau bak sampah di sekitar lingkungan tempat ia tinggal. “Sekarang dimana ku lihat ada bak sampah di situ aja kubuang, bukan karna iurannya, kalau cuma empat ribu berapa lah. Tapi kadang jadwalnya gak jelas,” tutup Rian. (c02).

.

  • Bagikan