KARO (Waspada) : Harga beras di pasar tradisional wilayah Tanah Karo terus merangkak naik dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan harga beras itu diikuti harga kebutuhan pokok lain sehingga dikeluhkan masyarakat.
Kenaikan harga gabah di tingkat petani berpengaruh kepada harga beras di tingkat eceran. Data BPS menunjukkan harga gabah kering giling (GKG) di bulan Mei Rp6.158, naik menjadi Rp6.341, di bulan Juni. Jika dilihat dari bulan Maret, terus menunjukkan kenaikan. Harga gabah kering panen (GKP) pada Mei 2023 meningkat 3,37 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 25,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pantauan Waspada di pasar tradisional Tanah Karo, Sabtu (22/7), ada kenaikan harga untuk semua jenis beras baik medium maupun premium. Kenaikan harga berkisar antara Rp10.000 sampai Rp15.000 per karung ukuran 15 kg. Keuntungan yang diambil per karungnya tetap, namun modal yang dikeluarkan lebih besar. ” Daya beli masyarakat juga berkurang. Sebelumnya beli per karung, sekarang banyak yang beli kiloan. Modal usaha juga harus ditambah lagi”, ujar Tarigan pemilik kios di Berastagi saat dijumpai Waspada, Sabtu (22/7).
Harga beras di Tanah Karo tidak bisa disesuaikan dengan daerah lain di Sumatera Utara. Daerah penghasil beras di Kabupaten Karo hanya dari Kecamatan Lau Baleng, Mardinding, Payung dan Munte yang potensinya sekitar 14.298 hektare sehingga harus dipasok dari kabupaten lain seperti Deliserdang dan Langkat, juga sebagian dari Provinsi Aceh. Hal ini berpengaruh dengan ongkos angkut ke Tanah Karo yang menyebabkan harga jual juga harus dinaikkan.
Kenaikan harga beras ini sangat membebankan masyarakat apalagi diikuti dengan tidak stabilnya harga sayur mayur dimana mayoritas warga Tanah Karo bermatapencarian sebagai petani. “Seandainya harga sayur mayur di pasar stabil, tidak akan terlalu memberatkan kami,” kata Jani, 42, petani di Tanah Karo.(cps/B)
