SEIRAMPAH (Waspada): Sebagai anak yang terlahir di kampung perkebunan, saat usia anak hingga remaja kesehariannya menggembala ternak baik kambing mapun lembu, sama seperti anak kebun dan kampung umumnya.
Setelah beranjak dewasa, dirinya sempat berdagang durian saat sedang musim durian, bahkan sempat menjadi salah seorang tulang punggung keluarga semenjak ayahnya wafat.
Sehingga tidak ada atau tidak pernah bermimpi menjadi seoarang Wakil Bupati (Wabup) apalagi menjadi seorang Bupati.
Demikian disampaikan Bupati Serdang Bedagai (Sergai), H Darma Wijaya (foto) saat menerima kunjungan Waspada TV di ruang tamu Bupati Sergai di Sei Rampah, Rabu (20/4).
“Dulu cita-citaku hanya kepingin bisa punya mobil Taft Badak dan beberapa hektar kebun sawit saja, namun Allah SWT berkehendak lain, ternyata saya ditakdirkan menjadi seorang Wabup Sergai hingga menjadi seorang Bupati Sergai,” tutur Wiwik sapaan akrab Darma Wijaya.
Disampaikan Darma Wijaya, sebelum menjadi Wabup dan Bupati, dirinya pernah menjabat Ketua Kadin Sergai, Ketua IPK Sergai, bahkan hingga sekarang dipercaya menjabat Ketua PDIP Sergai.
“Semua jabatan yang pernah saya emban tidak pernah saya kejar apalagi saya minta, serta tidak ambisi, semua berkat kepercayaan, namun begitu kepercayaan yang merupakan amanah diberikan, saya akan berupaya sekuat tenaga menjaga dan menjalankan dengan sebaiknya,” sebut Wiwik.
Dengan pengalaman telah menerima beberapa jabatan Bupati Sergai, memetik pelajaran bahwa jabatan jangan dicari, ketika kita berupaya berbuat baik kepada semua orang mengalir apa adanya, tanpa disadari jabatan tersebut seperti datang sendiri.
Jika jabatan itu dicari atau di loby, maka menurut Bupati, jabatan itu akan terkesan biayanya tinggi dan jabatan tersebut akan semakin sulit didapat pula.
“Hingga saat ini ada ajaran dari kedua orang tua saya yang terus saya lakukan hingga hari ini yakni senantiasa membantu orang lemah, perbanyak sedekah, zakat hingga infak,” ujar Darma Wijaya.
Setelah menjadi Bupati Sergai, Darma Wijaya sepulang dinas juga tetap kembali ke kampung (desa) berbaur dengan masyarakat desa, bahkan kegiatan berkebun dan beternak juga tidak beliau tinggalkan, tetap menjadi sosok Darma Wijaya apa adanya. (a15)