LABUHANRUKU (Waspada): Mantan anggota DPRD Kabupaten Asahan dari politisi PDIP asal pemilihan Kabupaten Batubara, Dahari menilai pemilihan langsung (Pilsung) merupakan pembodohan terhadap rakyat sebab membuka peluang terjadinya permainan kotor di masyarakat, Jumat (13/5).
Mantan anggota dewan tahun 1999 warga Labuhan Ruku Kecamatan Talawi ini mengatakan, dari awal partainya tidak menyetujui dan menolak dilakukan Pilsung, namun aspirasi yang mereka gaungkan di parlemen tidak ditanggapi, kandas digilas oleh kekuatan Parpol penguasa, sehingga putusan yang tidak memihak rakyat kecil (wong cilik) ini dapat melenggang terlaksana sampai sekarang.
Pembaca setia Waspada ini terus mengamati jalannya pemerintahan saat ini dengan membaca Harian Waspada, surat kabar Medan yang terbit sejak 1947. Media cetak yang didirikan dua tokoh pers pasangan suami istri H. Muhammad Said dan Hj. Ani Idrus ini terus menggelorakan aspirasi masyarakat sebagaimana moto “Demi Kebenaran dan Keadilan ” maupun memberikan kritisi jalannya pemerintah sejak dulu hingga sekarang. “Waspada ini juga mengajarkan saya tahu membaca,” sebut pria yang hanya mengeyam pendidikan di SR (Sekolah Rendah).
Waktu dirinya duduk sebagai anggota dewan, ijazah tidak sebagai syarat utama sebab diangkat oleh rakyat (pemilih). “Saya duduk anggota dewan karena diangkat rakyat. Tamatan sekolah atau ijazah bukan menjadi syarat mutlak untuk duduk sebagai wakil rakyat di parlemen. Sekolah saja saya tidak tamat, sebatas Kelas IV SR,” ujarnya sembari mengatakan dirinya mengantongi 10.000 lebih suara sehingga mengantarkan menjadi anggota dewan.

Keberhasilan ini tak terlepas dukungan dan suport dari rekan sepergaulan dan perjuangan di partai maupun di PNI salah satunya Alm Helmy Has yang juga wartawan senior Waspada. “Semasa hayatnya, almarhum aktif di organisasi maupun menulis di Waspada, media ternama di NAD maupun Sumut. Jika sehari tidak membaca Waspada yang terbit sejak zaman penjajahan sampai modetnisasi internet sekarang, saya binggung. Dan berupaya keluar walau sekalipun membaca di warung kopi. Saya gemar membaca tajuk Waspada, tetap memberikan kritisi dan sebagai cermin isi berita yang dimuat,” ujarnya.
Waspada diakuinya mempunyai andil besar memperjuangan aspirasi masyarakat Batubara menuntut pemekaran dari Asahan selaku kabupaten induk sehingga diundangkan menjadi daerah otonomi sendiri sampai usianya kini memasuki remaja belasan tahun melalui pemberitaan yang di muat. “Saya berdoa, semoga Harian Waspada tetap eksis dan berjaya mengemban visi misinya,” sebut Dahari kelahiran 1941.(a.18)