MADINA (Waspada) : Bangunan Program Integrasi Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun 2021 di Desa Roburan Lombang, Kecamatan Panyabungan Selatan diduga kuat dijadikan ajang Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) oleh pihak-pihak tertentu
Dimana sangat terlihat di lapangan jika bangunan rabat beton yang diperuntukkan untuk kesenjangan masyarakat ini diduga digunakan untuk memperkaya diri pihak yang mengelola dana PISEW tersebut

Investigasi waspada.id, di lapangan, Kamis, (10/02), sangat jelas telihat jika bangunan cor rabat yang menghubungkan ke perkebunan warga ini diduga dikerjakan asal-asalan tanpa memikirkan kualitas bangunan
Padahal, seperti diketahui bahwa anggaran dana yang dikucurkan oleh pemerintah pusat begitu “fantastis” yakni Rp600 juta, namun hasilnya begitu buruk dan bisa dipastikan pembangunannya amburadul dan asal-asalan
Ini menunjukkan bahwa bangunan PISEW di Desa Roburan Lombang sama sekali tidak layak pakai, pasalnya dari sekian banyak temuan investigasi, baru kali ini bangunan PISEW yang cor lantainya diduga hanya 1 cm dan sudah jauh dari kata layak, dimana sesuai aturan semestinya ketebalan coran harus 15 cm.
Bukan hanya itu, selain diduga tidak memakai pondasi, kuat dugaan campuran pasir dan semen juga tidak sesuai standar bangunan, terbukti hanya dengan kepalan satu tangan coran betonnya sudah hancur.

Tak sampai di situ, banyaknya lantai rabat yang sudah rapuh akibat kekurangan semen, sehingga dengan mudahnya lantai tersebut terkelupas sampai terlihat pada tatanan tanah di bawahnya, padahal bangunannya umurnya baru 2 bulan setelah selesai pengerjaan.
Hal ini menjadi sebuah pertanyaan masyarakat banyak, khususnya warga yang berdomisili di Desa Roburan Lombang, salah satu warga yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan bahwa dana PISEW ini terlihat sekali dugaan KKN nya dan minim pengawasan
“Sangatlah kita sayangkan karena pemerintah telah menggelontorkan dana besar untuk program ini, tentunya dengan dana sebesar Rp600 juta ini bisa digunakan sebaik mungkin untuk pemberdayaan masyarakat banyak, bukan sebagai ajang untuk korupsi.” Ucapnya

Ia pun membenarkan ketebalan coran yang ditemukan dilapangan tidak sesuai dengan spesifikasi sebenarnya
“Seharusnya coran rabat beton tebal 15 cm baru sesuai spesifikasi, namun disini coran lantainya diduga hanya 1 cm, itupun hanya di titik awal yang corannya sesuai spesifikasi, namun di beberapa titik corannya diduga kuat hanya 1 sampai 5 cm, itulah arahan dari ketua BKAD nya, dia yang mengatur ini semua, kami pun sudah menentang ini, tapi dia bersikeras mengatakan cukup 1-5 cm aja ketebalannya” terangnya menambahkan
Sementara Baharuddin selaku ketua Badan Kerjasama Antar Wilayah (BKAD) setempat yang dihubungi awak media melalui sambungan telepon maupun WhatsApp belum memberikan komentarnya mengenai amburadulnya bangunan tersebut, hingga berita ini diturunkan Baharuddin masih memilih bungkam dari konfirmasi media. (Cah)