Scroll Untuk Membaca

HeadlinesSumut

Akibat Tercemar Limbah, Air Paluh Di Besitang Berwarna Hitam Pekat

BESITANG (Waspada): Nelayan di Lingk IX, Kel. Bukit Kubu, Kec. Besitang, resah karena paluh atau aliran parit diduga dijadikan tempat pembuangan limbah oleh salah satu industri pabrik kelapa sawit (PKS) di daerah itu.

Salah seorang nelayan tradisional yang juga Ketua Kelompok Usaha Mina Berkah, Rusli, kepada Waspada.id, Kamis (21/4) mengatakan, pembuangan limbah ke paluh berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan hal ini tentunya tidak dapat ditolerir.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Akibat Tercemar Limbah, Air Paluh Di Besitang Berwarna Hitam Pekat

IKLAN

Dia meminta aparat terkait, agar segera turun melakukan pengecekan ke lapangan. Menurut Rusli, masalah ini sudah ia laporkan kepada Kabid Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup Kab. Langkat melalui telephone. “Sebagai rakyat kecil, kami minta pemerintah sigap menanggapi keresahan nelayan,” ujarnya.

Rusli juga mendesak aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian turun melakukan upaya penyelidikan. Ia meminta, perusahaan yang membuang limbah yang mengakibatkan tercemarnya lingkungan, harus diberi sanksi hukum yang tegas sesuai ketentuan UU.

Rusli menduga, pembuangan limbah sengaja dilakukan pihak perusahaan karena jalur pipa pembuangan limbah diyakini ada gangguan (tumpat). Karena pipa belum bisa difungsikan, limbah di buang ke parit, kemudian mengalir ke sungai.

Nelayan tak menolak kehadiran pabrik kelapa sawit beroperasi di daerah ini karena dapat menampung tenaga kerja. Tapi, para nelayan meminta pengusaha memperhatian nasib mereka dengan tidak seenaknya membuang limbah ke parit ataupun sungai.

Keberadaan paluh atau anak sungai ini tidak hanya berkaitan langsung dengan kepentingan hajat hidup para nelayan, tapi paluh ini juga tempat para anak mandi ketika musim pasang besar. Selama ini, jika air pasang, anak-anak pesisir ramai mandi di paluh ini.

Pantauan Waspada, kondisi air parit yang melintasi areal kebun kelapa sawit milik warga, mulai dari Lingk VII Batang Selemak hinga sampai ke Lingk IX tampak berwarna hitam pekat dan beraroma tak sedap diduga akibat terkontaminasi limbah dari PKS.

Menurut salah seorang buruh tani, Karlan, 92, parit yang aliran airnya menembus ke sungai Besitang ini sudah tiga hari tercemar limbah. Pria berdarah Jawa yang sudah berusia sepuh itu tampak kesal karena parit dijadikan tempat pembuangan limbah.

Nasib nelayan tradisional di Besitang saat ini miris dan terancam. Bagaimana tidak, selain harus mengahadapi problem limbah, wilayah tangkapan kaum marjinal ini juga semakin mengecil, karena ratusan paluh tempat mereka mengais rezki telah dibendung oknum pengusaha yang mengkonversi hutan menjadi perkebun kelapa sawit.

Para nelayan sejak awal menentang keras aksi konversi hutan mangrove di wilayah ini dengan berulang kali melakukan aksi demo, karena alih fingsi hutan dan pembendungan paluh mengancam kelangsungan hidup mereka, tapi, faktanya, jeritan rakyat kecil ini bak seperti “anjing menggonggong kafilah terus berlalu.” (a10)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE