Bagi masyarakat Deliserdang, Amri Tambunan dikenang sosok yang sangat visioner dan langka sebagai seorang birokrat sejati. Dia mampu berkelindan dalam badai kritikan dengan memberikan jawaban kerja nyata. Singkatnya, sudah tercatat dengan konsep Cerdasnya, Amri mampu menyulap seluruh sekolah dasar negeri yang kala itu sangat memprihatinkan berdiri indah dengan warna khasnya Deliserdang, putih biru.
Tak hanya itu, untuk infrastruktur jalan, tanpa melalui program fenomenal GDSM, mustahil kini kita lihat nyaris seluruh jalan di Deliserdang sudah beraspal, termasuk di zona pertanian. Lewat program GDSM nya, Amri mampu melengketkan namanya di seluruh kepala warga Deliserdang. Tak heran, di sejumlah kalangan eksternal, kabupaten yang sangat heterogen dan kaya dengan sumber daya alamnya ini sangat melekat dengan Tambunan.
Direferensikan, dua konsep, yakni percepatan rehabilitasi dan apresiasi terhadap sekolah (Cerdas) sekira tahun 2005 dan Gerakan Deli Serdang Membangun (GDSM) sekira tahun 2006 cukup menancapkan seorang Amri Tambunan sebagai panutan, tak hanya di Deliserdang, bahkan di Sumatera Utara dan pusat secara tak tertulis turut mengcopy paste kedua programnya tersebut. Misalnya berubah menjadi bedah rumah.
Kedua konsep ini cukup berhasil karena ditopang dengan kekuatan tiga pilar pembangunan daerah yaitu pemerintah, partisipasi masyarakat dan didukung sektor swasta.
Melalui konsep itu Deliserdang berhasil merehab seluruh gedung sekolah dasar negeri yang tidak layak pakai menjadi layak pakai, sehingga saat ini seluruh gedung SD Negeri telah layak pakai sebagai tempat proses belajar mengajar.
Kini tak heran, penerus Amri selalu terkena ‘serangan’ dengan menyebut ‘dinasti Tambunan’. Ini tetap menjadi isu utama lawan politiknya untuk menjatuhkan penerus pemikirannya.
Merunut ke belakang, adik kandungnya Ashari Tambunan. Mantan Ketua Nahdlatul Ulama Sumatera Utara ini, yang pertama terkena ‘serangan itu’. Tapi kuatnya dua konsep Amri yang sudah melekat di kepala warga Deliserdang, Ashari malah memimpin dua periode.
Nah, kini serangan itu kian gencar ditujukan kepada putra kandung Amri Tambunan, dr Asri Ludin Tambunan. Sosok muda ini, seperti Amri, tetap tenang melewati tahapan pilkada di daerah itu. Pasalnya, lawan politiknya terus gencar menyerang dari isu dinasti hingga ke dinas yang dipimpinnya, Dinas Kesehatan Deliserdang.
Bahkan terakhir, dia terkena serangan yang cukup ‘mematikan’ di kala partai yang dipimpin ibundanya Anita Lubis, dalam hitungan detik melabuhkan pilihannya ke calon yang lain bukan ke dr Aci–sapaan akrab dr Asri Ludin Tambunan.
Suasana harupun terlihat saat sang ibundanya, Hj Anita Lubis melaksanakan upah-upah di kediaman Aci sebelum mendaftar ke KPU, Rabu (28/8). Tampak wajah haru bercampur ‘terkena tekanan intervensi’ saat dirinya melepas putranya. Hanya singkat Anita berucap mendoakan Aci seperti di dalam video yang beredar.
Cuplikan video singkat yang beredar ini secara tak langsung menggambarkan betapa keluarga besar Tambunan berjiwa besar menghadapi berbagai tekanan politik, meski partai sang ibunda memilih lawan politiknya, namun tidak menjadikan konflik di keluarga. “Intinya jelas tampak kemapanan politik di keluarga ini,” ujar salah seorang tokoh agama dan masyarakat Ustadz Awaluddin Pulungan MA,dari Kec.Percut Sei Tuan.
Awaluddin menyatakan, dr Aci sudah membuktikan kompetensi dirinya, selain ahli di bidangnya juga memiliki ketenangan yang mumpuni terhadap ‘serangan’ yang ditujukan padanya. “Beliau menjawabnya dengan tenang dan menyunggingkan senyumannya, seperti saat konferensi pers usai mendaftar di KPU kemarin,” kata Awaluddin, Kamis (29/8) malam.
Terkait adanya statemen agar jangan lagi mendukung keluarga dinasti, Sahib mantan kepala Desa Butu Bedimbar periode 2002-2015 ini berulang menegaskan hal itu karena adanya kepentingan oknum ataupun karena tidak suka.
“Kalau orang sudah tidak suka, sebaik apapun yang kita lakukan tetap tidak disukai. Ini pemilihan kepala daerah di mana masyarakat yang memilih, bukan kerajaan,” tegasnya singkat beberapa waktu lalu.***