UT Perkuat Jaringan Penelitian Internasional Lewat Program Equity

  • Bagikan
UT Perkuat Jaringan Penelitian Internasional Lewat Program Equity

TANGERANG SELATAN (Waspada): Pusat Riset dan Inovasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PRI-PTJJ), Lembaga Penelitian dan Pengadian kepada Masyarakat (LPPM), Universitas Terbuka (UT) menggelar Workshop bertajuk Advancing Research and Teaching Patnership and Collaboration in  Open and Distance Education” di Kampus UT Pusat, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Selasa (7/5/2024). Kegiatan dilaksanakan dalam rangka menyukseskan program Enhancing Quality Education for International University Recognition (EQUITY).

Kegiatan ini menghadirkan tiga pembicara yang merupakan pakar dalam masing-masing bidangnya. Mereka adalah Metta Alsobrook, Ph.D, yang dikenal luas sebagai pakar bidang e-learning dari Amerika Serikat; Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D. dari UT dengan materi “Democratization of Higher Education Through Open and Distance Education”; Prof Ir Onno Widodo Purbo, M.Eng., Ph.D. dari Institut Teknologi Tangerang Selatan dengan materi “Innovations in Open and Distance Education”.

Kepala Pusat Kepala Pusat Riset dan Inovasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UT,
Prof. Daryono, S.H., M.A., Ph.D mengatakan, manfaat dan sasaran yang diharapkan adalah terbentuknya jaringan penelitian yang lebih luas dan komunikasi yang lebih intens antara pakar dalam negeri dengan pakar di luar negeri sehingga terjadi pemanfaatan sumber daya dan fasilitas bersama antar lembaga secara berkelanjutan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi para peneliti di perguruan tinggi yang akan melakukan kerja sama penelitian dengan lembaga mitra di luar negeri, khususnya dengan negara maju,” ujar Daryono.

Kerja sama tersebut dibuktikan dengan adanya nota kesepahaman (MoA) yang telah disepakati, baik antar lembaga, laboratorium, pusat studi, departemen, fakultas maupun antar universitas. Selain itu, kerja sama antar instansi dibuktikan dengan adanya Expression of Interest (EOI) terhadap konten penelitian kolaboratif antara Universitas Terbuka dengan mitra dari luar negeri.

Ditambahkan Daryono, di era globalisasi, seorang peneliti dituntut untuk dapat melakukan kerja sama penelitian dengan peneliti lain, baik di dalam negeri dan juga diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan peneliti di luar negeri.

“Dengan adanya hibah penelitian kerja sama luar negeri dan publikasi internasional, dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya kerja sama penelitian antara dosen Universitas Terbuka dengan institusi lain,” imbuhnya.

Sementara itu, para pembicara memaparkan pandangan dan gagasan tentang potensi pendidikan jarak jauh ke depannya  Metta Alsobrook, misalnya, memaparkan pendidikan jarak jauh dari sisi kualitas. Apalagi dengan kemajuan terknologi, khususnya lewat kecerdasan buatan atau Artificial Intelegent (AI), maka potensi open distance learning atau pendidikan terbuka jarak jauh, semakin tergali.

“Pendidikan jarak jauh di Indonesia, utamanya yang dilakukan UT, punya banyak potensi untuk terus maju. Hal itu karena banyak ide kreatif tumbuh belakangan ini, ditambah sumber daya manusia dan kekayaan budaya yang dimiliki. Tentu saja pendidikan jarak jauh dari UT dapat terus berkembang seiring kemajuan teknologi informasi,” ujar Metta, diaspora yang bermukim di Amerika Serikat.

Rektor UT periode 2009-2013 dan 2013-2017,
Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D dalam presentasinya menguak kenyataan tentang masih banyaknya generasi muda usia kuliah di Indonesia yang belum tersentuh pendidikan tinggi. Berdasarkan hitungan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi, baru juta orang jumlah mahasiswa di Indonesia. Sebanyak 27 juta lainnya yang berada di usia kuliah, tidak terjamah.

“Hal ini tentu menjadi catatan kita semua. Bagaimana UT, mampu menjaring semakin banyak mahasiswa, tanpa mengesampingkan kualitas pelayanan,” ujar Tian.

Menurut Tian, pendidikan bagi setiap warga negara adalah hak, bukan lagi sesuatu yang istimewa atau privilege sosial. Sebab semua paham bahwa pendidikan adalah salah satu upaya terkuat dalam memutus mata rantai kemiskinan.

Pembicara ketiga adalah pakar bidang teknologi komunikasi Prof Ir Onno Widodo Purbo, M.Eng., Ph.D. Onno menyampaikan bahwa hambatan infrastruktur seperti apapun, termasuk minimnya jaringan internet di banyak tempat di Indonesia, dapat diatasi UT dengan berbagai riset dan penelitian terpadu. Onno lantas menjabarkan gagasannya yang brilian tentang internet offline.

“Internet offline ini mampu mengatasi hambatan infrastruktur yang masih banyak terjadi di negara kita,” ujarnya. (j02)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *