Siswa SDN 03 Tanah Merah Batubara Ciptakan Jurnal Refleksi di Akhir Tema

  • Bagikan

BATUBARA (Waspada): Dampak dari suatu pembelajaran terhadap siswa dapat diketahui atau diukur melalui refleksi. Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dalam bentuk tulisan ataupun lisan oleh siswa dan guru untuk mengekspresikan kesan, pesan, dan harapan terhadap proses belajar.

Dengan adanya refleksi di setiap kegiatan pembelajaran, kita dapat melihat sejauh mana pembelajaran tersebut berdampak pada diri siwa. Sehingga refleksi menjadi salah satu kegiatan penting untuk dilakukan dalam pembelajaran. Refleksi juga menjadi acuan bagi guru untuk menentukan tindak lanjut atau langkah berikutnya di pembelajaran yang akan datang.

Refleksi ini dapat dibuat dengan beragam bentuk sesuai dengan keinginan dan kreatifitas siswa masing-masing, salah satunya dalam bentuk jurnal. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Tati Hariyanti, guru kelas 5 SD Negeri 03 Tanah Merah Kabupaten Batubara bersama siswa-siswinya.

Siswa kelas 5 telah sampai pada akhir pembelajaran untuk tema 8 yaitu Lingkungan Sahabat Kita. Seperti biasa semua siswa akan merefleksikan pembelajarannya pada akhir pembelajaran, namun ada yang berbeda pada refleksi kali ini. Ibu Tati Hariyanti selalu ingin memberikan hal-hal baru bagi siswanya, termasuk dalam kegiatan refleksi.

Menurut Ibu Tati, hal-hal yang baru bagi siswa dapat menumbuhkan semangat baru dan menggali potensi siswa serta menghilangkan kebosanan siswa terhadap kegiatan yang sudah biasa mereka lakukan.

“Hari ini pembelajaran terakhir di tema Lingkungan Sahabat kita. Saya meminta siswa saya untuk membuat refleksi dalam bentuk tulisan. Mereka dapat mengungkapkan hasil belajarnya selama sebulan ini. Saya mengarahkan mereka untuk menceritakan tentang peristiwa, perasaan, pembelajaran dan penerapan dari hasil belajarnya di tema 8 ini. Refleksi ini saya namakan refleksi model 4P,” kata Tati Hariyanti yang juga Fasilitator Daerah (Fasda) Tanoto Foundation ini.

Tati Hariyanti senantiasa membelajarkan siswanya secara aktif lewat belajar MIKIR (Mengalami, Interaksi Komunikasi, Refleksi) yang dikembangkan Tanoto Fiundation. Refleksi adalah salah satu dari unsur MIKIR itu sendiri. Pada kegiatan ini siswa melakukannya secara mandiri. Siswa diminta menyiapkan kertas HVS ataupun kertas dobel folio. Kemudian siswa dapat menuliskan refleksinya sesuai model 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajarab, Penerapan).

”Peristiwa, dimana siswa menceritakan peristiwa atau kegiatan apa saja yang mereka lakukan atau pelajari pada tema 8 Lingkungan Sahabat Kita. Perasaan, yaitu siswa dapat mengungkapkan perasaannya selama belajar pada tema tersebut, apakah mereka senang, bosan dan lain sebagainya. Pembelajaran, dimana siswa menceritakan pembelajaran apa saja yang sudah mereka pelajari di tema Lingkungan Sahabat Kita. Mereka dapat menuliskan pengalamannya terkait apa saja yang menurut mereka paling menarik, pelajaran apa yang paling susah, apa manfaatnya pembelajaran ini bagi diri mereka,” sebutnya.

Selanjutnya, Penerapan, yaitu siswa menceritakan harapannya, apa hal yang akan mereka lakukan setelah pelajaran di tema Lingkungan Sahabat Kita ini mereka pelajari. Siswa juga diberi kebebasan untuk berkreasi dalam tulisannya, seperti memberikan hiasan dengan stiker, menambahkan gambar gambar dan motif pada kertas tulisan mereka masing-masing sesuai dengan keinginan mereka. Sehingga tulisan yang mereka hasilkan terlihat indah dan menarik keinginan orang lain untuk turut membacanya.

Dia menyebutkan, dari 35 siswa kelas 5, ada beberapa siswa yang hasil refleksinya bagus. Salah satunya adalah refleksi milik Atthailah. Atthailah termasuk siswa yang memiliki potensi dalam mengungkapkan gagasannya secara tulisan.

Setelah semua tulisan refleksi selesai, kemudian Ibu Tati meminta siswanya untuk kembali ke kelompoknya masing masing. Bersama kelompoknya yang terdiri dari 10 orang per kelompok, siswa mengumpulkan tulisannya dan menyusunnya kedalam sebuah jurnal dan dinamakan dengan JURNAL REFLEKSI SISWA.

Pada jurnal tersebutlah kumpulan refleksi siswa tersimpan rapi dan dipajangkan di kelas agar semua siswa dapat membacanya. Ada rasa bangga pada diri siswa ketika jurnal mereka dibaca oleh teman kelompok yang lain.

“Coba lihat, jurnal refleksi kita keren lo. Warnanya cantik,” kata Juwita salah satu siswa kelas 5.

“Wah… ceritanya si Attha bagus lo, pintar kali si Attha ini membuat tulisannya. Coba kalian baca pasti seru ceritanya yang ditulis si Attha,” sebut Nadia sambil menunjukkan jurnal refleksi milik kelompoknya itu.

Keseruan demi keseruan terjadi saat semua siswa mulai melihat dan membaca cerita hasil refleksi mereka. Mereka saling berkomentar sebab ada yang lucu tulisannya, ada yang unik gambarnya, bahkan tak jarang para siswa tersebut saling memuji hasil karya temannya.

Seperti biasa, Tati Hariyanti selalu menjalin komunikasi dengan orang tua siswa melalui WA group kelas terkait kegiatan belajar siswa. Tentu hal ini mendapat respon positif dari orang tua siswa. Mereka langsung memberikan tanggapan dengan komentar baik, pujian dan rasa bangga kepada anak-anak mereka. Banyak emoji emoji senyum dan jempol jempol besar bermunculan di WA group. Terlihat bahwa orang tua akan senang jika anaknya aktif belajar termasuk mampu membuat tulisan yang bagus.

“Luar biasa, terima kasih ya bu guru. Saya senang anak-anak diajari menulis seperti itu. Biar tulisannya tambah bagus dan rapi,” tulis Dewi, salah satu orang tua siswa melaui chat di WA group.

“Betul, saya setuju. Bu gurunya kreatif jadi anak-anak pun kreatif juga. Ini keren lo Bu guru, anak-anak tambah pintar mengarang. Semangat ya buat kelas 5,” ungkap Bunda Attha menanggapi.

Benar benar suatu kolaborasi yang yang baik, bukan hanya komunikasi dengan siswa saja namun perlu adanya komunikasi yang harmonis pula kepada semua orang tua siswa agar adanya komitmen untuk saling mendukung proses belajar aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.

“Bukan hal yang mudah bagi guru meminta siswanya untuk membuat sebuah tulisan. Namun bukan berarti hal itu tidak mungkin dilakukan jika guru mau mencoba banyak trik unik, yang bagi siswanya hal tersebut begitu menarik. Ketika siswa diminta untuk banyak berlatih maka gurupun harus banyak dan terus belajar untuk melatih keterampilan dan potensi pada setiap siswanya. Harapannya, dengan kegiatan membuat jurnal refleksi ini siswa semakin terlatih keterampilan menulisnya,” tutup Tati Hariyanti. (m31)

  • Bagikan