Rp40 Miliar Dana Hibah Riset Dikti Indonesia-Australia Siap Digelontorkan, Fokus Bidang Energi Berkelanjutan

  • Bagikan
Rp40 Miliar Dana Hibah Riset Dikti Indonesia-Australia Siap Digelontorkan, Fokus Bidang Energi Berkelanjutan

JAKARTA (Waspada): Mendukung transisi energi Indonesia yang berkeadilan dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dan Pemerintah Australia meluncurkan hibah untuk penelitian transisi energi kolaboratif senilai Rp40 miliar. Program riset kolaborasi ini membuka kesempatan masuknya berbagai proposal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, untuk kemudian menentukan 10 proposal terbaik untuk didanai.

Peluncuran program Kemdiktisaintek-Program Kolaborasi Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi Australia dan Indonesia (KONEKSI) Joint Call 2025 bertajuk ‘Supporting an Equitable and just energy transition in Indonesia’ ini berlangsung di kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Rabu (12/3).

Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan yang hadir mewakili Menteri Brian Yuliarto menyambut baik inisiatif kolaborasi antara Kemdiktisaintek dengan KONEKSI, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kali ini. Program ini sejalan dengan apa yang digagas dan menjadi misi di Kemdiktisaintek, yakni transformasi pendidikan tinggi.

“Harapannya, pendidikan tinggi menjadi problem solver terhadap persoalan yang ada di Indonesia,” kata Wamendiktisaintek Fauzan.

Fauzan juga menambahkan, program ini merupakan salah satu bentuk perwujudan dalam mendukung Asta Cita, yakni memperkuat peran perguruan tinggi. 

Ditambahkan Fauzan, kerja sama riset dikti ini tidak hanya berorientasi ekonomi, tetapi juga mampu mengubah mindset masyarakat setempat pada teknologi dan tatanan sosial yang ramah lingkungan.

Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ayom Widipaminto, mengatakan bahwa LPDP mendukung penuh pendanaan Joint Call 2025 ini. Besarannya adalah Rp20 miliar. Sisanya oleh Pemerintah Australia.

Ayom juga memastikan, sebagai pihak penyedia dana dari Indonesia, LPDP akan menjaga tata kelola dan mitigasi risiko untuk program ini. Hal ini untuk menjaga apa yang dibangun bersama menjadi sesuatu yang benar-benar berdampak.

“LPDP berkomitmen untuk bisa menjadi katalis atau enabler untuk penguatan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia, khususnya di bidang transisi energi ini,” ujar Ayom.

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), Fauzan Adziman, memaparkan sistem pendanaan program hibah penelitian yang sifatnya co-funding ini. Indonesia menginvestasikan 20 miliar rupiah dan Australia dengan jumlah yang sama.

“Kami akan mendanai dari hulu ke hilir dari penelitian awal hingga implementasi ke sistem, termasuk rekomendasi kebijakan,” jelas Fauzan.

Fauzan menambahkan, tenggat waktu penerimaan proposal sudah dimulai dari sekarang dan akan berlangsung maksimal satu bulan ke depan. Setelah itu akan ada proses seleksi untuk menentukan penerima pembiayaan dana hibah. Besaran untuk masing-masing proposal yang lolos diperkirakan Rp 3 miliar atau lebih sesuai kebutuhan proposal.

“Kami akan melihat proposal dari sisi level penelitiannya, kemitraannya dan dampaknya. Dana yang dibutuhkan akan disesuaikan dengan anggaran program,” imbuh Fauzan.

Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Gita Kamath menyatakan bahwa setelah 75 tahun bermitra, Pemerintah Australia dan Indonesia berkontribusi hibah bersama untuk pertama kalinya. Kerja sama ini mendorong kolaborasi perorangan maupun di tingkat institusi.

“Melalui skema joint call ini, pemerintah Australia dan Indonesia berkomitmen untuk mendorong riset-riset yang berfokus pada pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kita memastikan tidak ada seorangpun yang tertinggal,” tegas Gita Kamath.

Panggilan bersama untuk proposal penelitian kolaboratif ini diharapkan dapat membuka peluang baru untuk para peneliti Indonesia untuk berkolaborasi dan mengakses sumber daya dengan lebih maksimal. Kolaborasi riset akan lebih berfokus pada teknologi dan mendorong partisipasi kampus di Indonesia untuk menjadi bagian dari riset konsorsium, khususnya Indonesia Timur.

“Hal ini karena program tersebut juga memastikan pengembangan energi transisi yang berkelanjutan akan menyasar daerah yang membutuhkan,” kata Gita.

Turut menghadiri acara ini Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, Togar Mangihut Simatupang, Direktur Hilirisasi dan Kemitraan, Yos Sunitiyoso, Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, I Ketut Adnyana, Minister-Counsellor for Economic, Infrastructure and Investment Kedutaan Besar Australia, Tim Stapleton, serta Counsellor for Development Effectiveness and Humanitarian Kedutaan Besar Australia, Simon Flores.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Rp40 Miliar Dana Hibah Riset Dikti Indonesia-Australia Siap Digelontorkan, Fokus Bidang Energi Berkelanjutan

Rp40 Miliar Dana Hibah Riset Dikti Indonesia-Australia Siap Digelontorkan, Fokus Bidang Energi Berkelanjutan

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *