BOGOR (Waspada): Yayasan Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia bekerjasama dengan PT DMB Global menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema ‘Pembentukan Sikap Positif Masyarakat Indonesia Terhadap Sawit Melalui Sistem Pendidikan yang Berkelanjutan’. Kegiatan yang berlangsung Kamis (2/11/2023) di Kota Bogor ini didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Peserta kegiatan sebanyak 47 orang sekaligus menjadi narasumber dan pembahas yang merupakan para ahli/pakar di bidang industri kelapa sawit, ilmu sosial budaya, lingkungan, kesehatan, pendidikan, psikologi, dan komunikasi.
Ketua Pelaksana FGD yang juga Ketua Umum Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani mengatakan, FGD dimaksudkan sebagai upaya mencari format terbaik untuk melaksanakan kampanye #Sawitbaik di kalangan pelajar dan mahasiswa.
“Kampanye #SawitBaik sangat diperlukan untuk menahan laju stigma negatif terhadap industri sawit di Tanah Air, yang notabene adalah penghasil devisa negara terbesar,” ujar Paris.
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, sehingga komoditas ini sangat penting bagi perekonomian. Kontribusi kelapa sawit, menurut data OJK, sepanjang mata rantai distribusi dari hulu hingga hilir mencapai 6% – 7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Total produksi minyak sawit mencapai 47,4 juta ton di tahun 2018, dengan komposisi ekspor mencapai angka 80,7 % dari total produksi komoditas ini.
Total luasan kebun sawit di Indonesia telah mencapai 14,03 juta hektar dan telah meningkatkan penyerapan tenaga kerja menjadi lebih dari 16 juta orang. Komposisi tersebut terdiri dari 12 juta orang pekerja langsung dan 4 juta petani di perkebunan. Ekspor kelapa sawit Indonesia secara keseluruhan (CPO dan produk turunannya, biodiesel, dan oleochemical) telah dibukukan mengalami kenaikan sekitar 8% atau dari 32,18 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018.
Peningkatan paling signifikan secara persentase dicatatkan oleh biodiesel Indonesia yaitu sekitar 851%, atau dari 164 ribu ton (2017) menjadi 1,56 juta ton (2018).
Komoditas kelapa sawit juga berperan penting dalam mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan, melalui pelaksanaan program mandatory biodsiesel berbasis kelapa sawit sejak tahun 2015. Melalui program tersebut pemerintah dapat melakukan penghematan devisa negara sebesar Rp.122,65 triliun dan berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 27,8 juta ton CO2.
Untuk pelaksanaan mandatory program biodiesel tersebut pada tahun 2023, pemerintah menargetkan dapat memberikan penghematan devisa mencapai US$10,75 miliar atau setara Rp.161 triliun, menyerap 1,65 juta tenaga kerja dan mengurangi emisi GRK sebesar 35 juta tom CO2.
Keunggulan minyak sawit ini dianggap mengganggu eksistensi dari minyak nabati lainnya sehingga menimbulkan persaingan bahkan memicu aksi untuk menahan perkembangan kelapa sawit di Indonesia. Salah satunya adalah kampanye negatif dan kebijakan hambatan perdagangan untuk minyak kelapa sawit
Isu yang banyak diangkat dalam kampanye negatif saat ini adalah terkait lingkungan dan sosial. Kampanye negatif itu sendiri telah berhasil membuat stigma negatif pada sebagian masyarakat Indonesia.
Sebagai contoh kasus soal ujian sekolah di Provinsi Riau pada tahun 2021 yang dianggap telah mendiskreditkan kelapa sawit.
“Jika hal tersebut dibiarkan tentu akan merugikan industri kelapa sawit dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” ujar Paris.
Paris menyatakan bahwa peranan tenaga pendidik sangat penting dalam menanamkan sikap positif terhadap sawit sejak dini. Tenaga pendidik yang dimaksud terdiri dari guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Pembentukan sikap positif terhadap kelapa sawit, menurut Dr. Benny Bernardus MM., Psy, Direktur Utama PT Daya Mitra Bersama Global (DMB Global) dan seorang ahli psikologi, menjelaskan bahwa proses ini perlu dilakukan dalam tiga kondisi utama. Pertama, pada kondisi di mana pembentukan sikap dimulai sejak usia dini, ketika pikiran masih terbuka dan belum terpengaruh oleh kampanye negatif tentang kelapa sawit. Kedua, pada kondisi di mana seseorang sudah memiliki informasi negatif tentang kelapa sawit, dan perlu mengalami proses perubahan sikap. Ke tiga pembentukan sikap positif harus dengan pendekatan holistic sehingga melibatkan berbagai ahli yang terkait.
“Kita harus menjaga ketahanan Industri sawit dengan melakukan berbagai program yang dapat memberikan sikap positip terhadap masayarakat melalui Pendidikan, jika hal ini tidak terlaksana dan membiarkan serbuan kapanye negatif dibiarkan, maka bukan tidak mungkin Ekonomi Indonesia diambang kehancuran, mari segenap elemen bangsa turut serta menyukseskan pembentukan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap industri kelapa sawit melalui sistem pendidikan yang berkelanjutan,” tandas Benny.
Kampanye #Sawitbaik rencananya berlangsung mulai 2024 mendatang, melibatkan 167 Perguruan Tinggi, satuan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar dan menengah di seluruh Indonesia. (J02)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.