MEDAN (Waspada): Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM PM) Mahasiswa Kesehatan Masyarakat dan Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) memberikan edukasi untuk pencegahan pelecehan seksual terhadap anak tunagrahita lewat modifikasi dengan mengembangkan permainan tradisional interaktif yang diberi nama “Evocative Track”.
PKM PM USU didukung Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berlangsung sejak Juni hingga Juli 2024 dengan diketuai Zaina Mawaddah Lubis Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU, bersama Anggota dari jurusan yang sama masing-masing, Feni Anggraini, Dela Suci Sutisna, Syakila Khairunisa dan dari Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi USU, Rolando Gunanta Ginting di Sekolah Luar Biasa (SLB) E Negeri Pembina Tingkat Provinsi di Medan.
Ketua PKM PM Zaina Mawaddah Lubis mengatakan, Evocative Track muncul sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak akan pendidikan seksual sejak dini bagi siswa tunagrahita. “Tunagrahita (retardasi mental) adalah kondisi lemahnya kemampuan intelektual yang ditandai dengan nilai IQ<70, sehingga sulit untuk berperilaku sosial yang baik,”kata Zaina, kepada wartawan Selasa (23/7).
Menurutnya, siswa tunagrahita berisiko untuk menjadi korban pelecehan seksual karena pembicaraan seputar seksual yang masih dianggap tabu serta terbatasnya media edukasi seksual yang efektif.
“Oleh karena itu, tim PKM-PM Universitas Sumatera Utara melakukan kegiatan PKM-PM di SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi dengan harapan agar siswa tunagrahita memperoleh pemahaman mengenai esensi edukasi seksual sehingga dapat terhindar dari peluang kejadian pelecehan seksual,” ujarnya.
Zaina menjelaskan, metode pelaksanaan Evocative Track terdiri atas 2 tahapan, yaitu, pertama pemberian edukasi seksual dilakukan menggunakan boneka peraga mengenai mengenai bagian tubuh yang boleh dipegang orang lain seperti kepala, bahu, tangan, dan kaki. Serta, bagian tubuh yang tidak dapat disentuh oleh orang lain seperti mulut, dada, perut, kelamin, bokong, dan paha. “Kemudian, bernyanyi bersama dengan lagu edukasi berjudul “Tubuhku yang Berharga” yang diciptakan sendiri oleh tim PKM-PM USU,” jelasnya.
Kedua lanjut Zaina, pelaksanaan permainan yang menggabungkan elemen-elemen dari permainan tradisional Indonesia seperti engklek yang dikolaborasikan dengan permainan puzzle yang telah dimodifikasi dengan desain bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain, agar lebih mudah untuk dipahami oleh siswa tunagrahita.
Sementara itu Dosen Pembimbing PKM-PM Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Maya Fitria, SKM, M.Kes yang ahli dalam pembuatan media Evocative Track mengakui bahwa Evocative Track adalah edukasi yang efektif bagi siswa tunagrahita untuk awal pembelajaran atau pengenalan bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. “Tapi tidak dilakukan sekali melainkan ada keberlanjutan edukasinya secara berulang agar siswa (tunagrahita) dapat mengingat dengan baik,” ujarnya.
Maya menyebut, tujuan kegiatan PKM-PM juga diharapkan dapat menghasilkan berupa buku pedoman mitra yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mempermudah guru dalam mengedukasi peserta didik tunagrahita yang baru atau guru pengajar siswa tunagrahita yang baru, sehingga proses belajar mengajar menggunakan media Evocative Track dapat terus berjalan ke depannya.
Sementara Kepala SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Mardi Panjaitan S.Pd menegaskan, pengenalan media dan metode Evocative Track tersebut sangat layak untuk diterapkan. “Jadi media ini cocok untuk diterapkan sebagai upaya pencegahan pelecehan seksual bagi siswa tunagrahita,” tegasnya.
Sedangkan Humas SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Widiyanti, S.Ag mengakui, edukasi Evocative Track telah dirasakan efektivitasnya oleh SLB-E Negeri Pembina Medan dengan menjadikannya salah satu program pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi anak siswa tunagrahita jenjang SMPLB.
“Dengan Evocative Track, mahasiswa Universitas Sumatera Utara telah membuktikan bahwa modifikasi dalam edukasi seksual merupakan jalan solutif dalam menjawab tantangan sosial yang kompleks seperti pelecehan seksual pada siswa tunagrahita,” akunya.(rel)