Scroll Untuk Membaca

KesehatanPendidikan

Lima Mahasiswa USK Ciptakan Prototipe Detektor Dini TBC

Berbasis Hembusan Napas

Lima Mahasiswa USK Ciptakan Prototipe Detektor Dini TBC
Tiga dari lima mahasiswa USK yang menciptakan prototipe alat deteksi dini tuberkulosis SMELTUB didampingi dosen pembimbingnya, dr Maryatun MKes SpPD, beraudiensi ke Kantor Dinkes Aceh, Jumat (19/7) dan diterima dr Yuriida (paling kanan) selaku Penanggung Jawab TB pada Dinkes Aceh. (Waspada/Ist)

BANDA ACEH (Waspada): Lima mahasiswa dari Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh berhasil menciptakan sebuah prototipe inovatif untuk mendeteksi Tuberculosis (TB) atau TBC dengan hanya menggunakan napas. Inovasi ini merupakan langkah maju dalam upaya meningkatkan diagnosis dan pengobatan TB, penyakit infeksius yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Uniknya, kelima mahasiswa kreatif tersebut bukan berasal dari satu fakultas, melainkan dan empat fakultas berbeda. Alif Naufal dari Fakultas Kedokteran, Sagif Aulia dari Fakultas Kedokteran Hewan, Daffa dari Fakultas Teknik, M Arkan dan Rifa Farugi dari Jurusan Informatika Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USK. Mereka didampingi oleh dr Maryatun, MKes, SpPD sebagai dosen pembimbing.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Lima Mahasiswa USK Ciptakan Prototipe Detektor Dini TBC

IKLAN

Inovasi dan hasil kolaborasi Iima mahasiswa ini mereka namakan ‘Smart Measurement of Early Lung Tuberculosis’ disingkat SMELTUB’.

Dinkes Support Dan Beri Apresiasi

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, dr Iman Murahman, MKM mengapresiasi Inovasi para mahasiswa USK tersebut.

Lima Mahasiswa USK Ciptakan Prototipe Detektor Dini TBC
Kabid P2P Dinas Kesehatan Aceh, dr. Iman Murahman, MKM. (Waspada/Ist)

“Pada prinsipnya Dinas Kesehatan Aceh sangat senang atas inovasi ini. Kami Sangat mengapresiasi dan mensupport penelitian-peneIitian seperti ini, karena bisa membantu program penanggulangan TB di Aceh dan di Indonesia secara umum,” kata dr Iman di Banda Aceh, Minggu (21/7) pagi.

Dengan adanya alat deteksi dini TB berbasis embusan napas, ulas dr Iman, pada intinya akan dapat meningkatkan standar pelayanan minimal (SPM) skrining TB di kabupaten/ kota dalam Provinsi Aceh dan bahkan bisa mencapai target 100 persen estimasi.

Sebagaimana diketahui, Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang mampu menyebabkan komplikasi serius pada paru-paru dan menunjukkan gejala seperti demam berkepanjangan, batuk berdarah, penurunan berat badan, dan pada akhirnya dapat mengancam jiwa manusia.

TB merupakan salah satu penyakit infeksius paling mematikan di dunia. Berdasarkan informasi yang didapat dari World Health Organization (WHO) pada Global Tuberculosis Report 2023, lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia terinfeksi TB dengan angka kematian mencapai 155.

Di Indonesia, estimasi menunjukkan terdapat 385 kasus TB per 100.000 penduduk, yang menyebabkan sekitar 134.000 kematian akibat TB. Angka yang cukup serius ini Masih menjadikan Indonesia sebagai negara dengan peringkat kedua kasus TB terbanyak di dunia (World Health Organization, 2023).

Saat ini, beberapa metode diagnostik TB seperti Tes Cepat Molekuler (TCM), kultur bakteri, dan pemeriksaan antibodi masih memiliki keterbatasan dalam konteks ketersediaan alat, waktu pemeriksaan, invasivitas, serta biaya pemeriksaan yang beragam.

“Metode mi sering kali memerlukan waktu yang lama dan prosedur yang invasif sehingga tidak selalu praktis untuk digunakan di daerah dengan sumber daya terbatas,” kata dr iman Murahman, MKM

Sebagai respons terhadap masalah ini, WHO mendorong pengembangan tes biomarker cepat dan nonsputum (selain darah) yang dapat mendeteksi TB tanpa perlu isolasi bakteri.

Mahasiswa USK melihat peluang untuk menciptakan solusi yang lebih praktis dan efisien. Dengan latar belakang pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, mereka mengembangkan prototipe berupa smart portable TB detector yang diberi nama SMELTUB.

Perangkat ini memanfaatkan analisis gas napas pasien untuk mendeteksi keberadaan TB. Prototipe ini bekerja dengan menganalisis Volatile Organic Compounds (VOCs) dalam napas pasien. VOCs adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri TB dalam tubuh. Dengan menggunakan sensor khusus, perangkat ini dapat mendeteksi pola VOCs yang khas pada pasien yang terifeksi TB.

Analisis ini tidak invasif dan dapat memberikan hasil dengan cepat, menjadikannya sangat cocok untuk digunakan di klinik atau bahkan di rumah. Alat ini juga dapat digunakan oleh petugas kesehatan dengan pelatihan minimal atau bahkan oleh pasien sendiri di rumah.

“Dengan hadirnya SMELTUB ini, diharapkan dapat terjadi peningkatan deteksi dini TB, terutama di daerah-daerah dengan akses terbatas ke fasilitas kesehatan,” ujar dr Yurlida, Staf Bidang P2P Dinkes Aceh yang juga pelatih nasional program & Eliminasi TB.

Deteksi dini, lanjutnya, sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit dan meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Selain itu, inovasi ini juga dapat membantu mengurangi beban sistem kesehatan dengan menyediakan metode deteksi dini yang lebih cepat dan efisien. Menurutnya, prototipe ini masih dalam tahap awal pengembangan, tetapi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan

Di sisi lain, para mahasiswa USK itu berharap bsa mendapatkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah, institusi kesehatan, dan lembaga penelitian untuk menguji dan menyempurnakan perangkat yang mereka ciptakan ini. Dukungan dana dan sumber daya akan sangat membantu dalam mempercepat proses pengujian klinis dan produksi massal perangkat ini.

“Inovasi yang dilakukan Oleh lima mahasiswa USK ini merupakan contoh nyata bagaimana kolaborasi antardiSiplin Ilmu dapat menghasilkan solusi yang berdampak besar bagi masyarakat,” ulas dr Yurida yang juga jebolan Fakultas Kedokteran USK. (b03)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE