Game ‘Keeping Up: The Journey’ dan ‘Battle of Riau’ Milik Kampus Vokasi Diminati Pengunjung Pameran INTI

  • Bagikan
Game 'Keeping Up: The Journey' dan 'Battle of Riau' Milik Kampus Vokasi Diminati Pengunjung Pameran INTI

JAKARTA (Waspada):  ‘Keeping Up: The Journey’ menjadi salah satu dari 15 jenis permainan atau game online milik 9 satuan pendidikan vokasi yang tampil di ajang Indonesia Technology and Innovation (INTI) di Hall A2 Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, 12-14 Agustus 2024.

Game bergenre 2D Platformer ini menjadi inovasi andalan GPR Studio.  GPR Studio terdiri dari sejumlah mahasiswa jurusan Teknologi Permainan Fakultas Desain Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, yang sudah eksis sejak 2020 lalu. Mereka adalah Salman Alfarisi,
Raihan Adam, Rafi Maulana, Farel Fauzan, Raka Oldy S dan Haikal Hammada.

“Kami sangat senang dan bangga bisa terpilih mewakili kampus kami untuk ajang INTI. Tentu saja ini langkah besar bagi perkembangan inovasi dunia game yang kami ciptakan, supaya lebih dikenal masyarakat luas,” kata Salman Alfarisi, salah seorang anggota GPR Studio.

Tema yang diangkat dari game bernuansa pendidikan ini adalah keuletan seseorang dalam meraih keinginannya.

“Tokoh bernama Damian dalam game kami ini adalah seorang pengembala ternak di desa. Bagaimana akhirnya Damian mampu menaklukkan semua tantangan untuk sampai ke tujuannya, menggambarkan kekuatan karakter pemuda yang pantang menyerah,” ujar Salman.

Tentu saja bukan sembarant game. Game yang diciptakan anak-anak muda kreatif ini punya keistimewaan tersendiri. Selain ada puzzle system, lapisan kedua game petualangan ini berisi quest and event cut scene.

Lebih dalam lagi, ada teknologi Artificial Intelligence(AI) adaptive enemy.  Ini adalah teknologi terbarukan di dalam game yang membuat musuh belajar menyesuaikan dengan pemain. Musuh tidak akan bertindak dengan pola tetap, tetapi berubah tergantung pada tindakan atau strategi yang digunakan pemain.

“Jadi kalau pemain mundur atau maju atau bahkan takut,  itu bisa terbaca oleh musuh yang ada di game ini. Inilah teknologi AI terbaru yang ada dalam game ini,” ujar Adam, anggota GPR Studio yang lainnya.

Selain itu ada juga ability slot system. Ini merupakan sistem di dalam game, dimana pemain bisa memilih beberapa kemampuan skill, lalu menempatkannya pada slot yang tersedia.

Yang juga menarik adalah teknologi 2D Dynamic and Player Movement. Teknologi ini membuat pergerakan karakter menjadi dinamis dan terasa lebih alami dan responsif.

“Ketika player menekan tombol untuk bergerak atau melompat, animasi karakter akan bergerak lebih halus dan realistis,”tambah Adam.

Adam dan kawan-kawannya di GPR Studio menyelesaikan proses pembuatan game selama satu semester atau sekira 6 bulan. Di bawah pengawasan para dosen, permainan ini akhirnya berkembang pesat dan layak ditampilkan di ajang pameran bergengsi seperti INTI.

“Kami bersiap untuk tampil di ajang seperti ini atau kalau bisa yang lebih luas lagi, yang memungkinkan permainan kami dikenal lebih luas dan menghasilkan secara finansial,” ujar Adam.

GPR Studio sebenernya sudah mendapatkan banyak kepercayaan dari sejumlah instansi selain Kemendikbudristek. Salah satunya adalah kerja sama dengan Dinas Sosial untuk mengembangkan aplikasi scavenger simulator (pemulung simulator). Aplikasi ini bertujuan menyosialisasikan kepada masyarakat tentang cara menyortir sampah berbagai jenis.

“Kerja sama ini kami lakukan di 2023 lalu. Selain itu, portofolio karya kami juga banyak beredar di dunia maya dan masuk dalam jajaran karya yang ada Non Fungible Token  atau NTF,” tandas Salman.

Kalau game petualangan masih jadi jawara, bagaimana denga  game bernuansa sejarah?Okta, mahasiswa Teknologi Rekayasa Multimedia Politeknik Negeri Batam (Polibatam) bercerita kalau dia dan 9 teman-teman lainnya punya game bernuansa sejarah. Namanya Battle of Riau. Satu lagi yang dibawa ke pameran INTI ini adalah game Virtual Reality (VR) bernama Mahakarya.

“Game Battle of Riau ini tentang sejarah di Riau. Kami ingin mengangkat tema sejarah biasanya kan generasi muda itu sangat bosan dengan sejarah. Jadi sejarah cuma disimpan, dibukukan saja. Jadi kami berpikir lebih baik dibuat game biar menjadi media hiburan dan edukatif,” ujar Octa, membuka percakapan kecil di ruang pameran.

Kalau untuk game VR mahakarya itu, lanjutnya, tentang mahakarya vokasi. 

“Jadi kami ingin menampilkan mahakarya vokasi di Indonesia sekaligus menunjukan ke masyarakat umum bahwa vokasi itu bisa menghasilkan produk yang bagus. Tidak hanya di bidang akademis, tapi juga di vokasi itu kami punya skills untuk membuat produk. Melalui game VR mahakarya ini kami berharap, kami bisa mengubah persepsi masyarakat tentang vokasi itu sendiri,” kata Octa.

Proses pembuatan kedua game karya Octa dan kawan-kawan ini selama 6 bulan. Semuanya di bawah bimbingan para dosen dan kepala program studi.

“Kampus kami juga sangat mendukung dengan menyediakan studio namanya directional ground relay (DGR), disediakan laboratorium VR juga dari kampus,” kata Octa, bersemangat.

Sebagaimana para pembuat game lainnya, Octa dan tim juga berharap karya mereka mampu dinikmati orang banyak dan bernilai ekonomi tinggi.

“Tentu saja harus terus berjuang untuk mencapai kesuksesan, yakni game kita dibeli mahal. Tapi proses pembelajaran dalam hal ini menjadi yang paling utama. Apalagi kalau game kami disenangi dan mampu mencerahkan masyarakat,” tandas Octa.

Selama pameran berlangsung, tampak booth atau stand Mitras DUDI tempat para game developer ini bernaung, adalah yang paling ramai di kunjungi, khususnya oleh generasi Z dan Alpha. Mereka diperkenankan menjajal langsung aneka permainan menarik yang tampak di layar monitor.

Mita, salah seorang pengunjung pameran yang merupakan mahasiswa sebuah kampus di Jakarta, mengaku sangat senang bisa menjajal game online yang dikembangkan pendidikan mahasiswa pendidikan vokasi ini.

“Rata-rata game ini semuanya punya nilai edukasi yang bagus,ya! Tidak ada sama sekali memuat kekerasan atau hal-hal berbau negatif. Semuanya menginspirasi tapi tetap asik,” tandas Mita.

Hal senada diungkap Rini, seorang ibu muda yang datang bersama putranya yang masih kecil. Dia mengaku sangat senang jika samua game online ini berbau edukasi seperti yang dipamerkan di ajang ini.

“Kalau semua game online punya pesan pemberukan karakter ini kan jadi sedikit lega ya para orang tua. Ngeri sama game yang isinya kekerasan dan bahkan berimplikasi judi,” tandas Rini.

Keberadaan para gamer dari satuan pendidikan vokasi di ajang INTI ini tidak lepas dari peran aktif Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit. Mitras DUDI) Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek.

“Kami terus berupaya meningkatkan interaksi satuan pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri sekaligus mengekspos karya/produk melalui beragam event level nasional. Kali ini, sebanyak 9 satuan pendidikan vokasi akan memamerkan 15 gim pada ajang INTI di Jakarta International Expo,” ujar Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri (Mitras DUDI), Uuf Brajawidagda dalam keterangannya. (J02)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *