Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Dampak Berpuasa Terhadap Kesehatan

  • Bagikan

BULAN Ramadhan bagi Umat muslim seluruh dunia akan menjalankan ibadah Puasa. Puasa merupakan salah satu Ibadah yang terkandung dalam rukun Islam. Setiap ibadah dalam Islam, memiliki hikma dan tujuan nya. Seperti Sholat, bertujuan untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS Al Ankabut ayat 45). Artinya : Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) apa yang kamu kerjakan.

Berpuasa juga demikian dijelaskan dalam Al Quran (QS. Al Baqarah ayat 183) Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Kedua surat ini akan membentuk pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah. Dalam melaksanakan puasa kita akan menahan haus, lapar dan hawa nafsu sejak waktu Imsak (Subuh) sampai terbenam matahari membuat diri menjadi lebih rendah hati dan bersyukur serta bersabar dengan merasakan keadaan yang dialami orang yang tidak mampu. Selain itu manfaat berpuasa dari pandangan kesehatan adalah:meningkatkan kemampuan fungsi otak,membantu menstabilkan gula darah,dapat menjadi metode Detoksifikasi dan meningkatkan metabolisme tubuh. Manfaat berpuasa ini telah dapat dilakukan penelitian yang menunjukkan berpuasa dapat meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh manusia, menghasilkan antioksidan serta membantu membalikkan beberapa efek penuaan.

Alexis Carrel (dokter peraih nobel bidang kesehatan pada tahun 1912) pernah meneliti bahwa puasa memiliki efek dahsyat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Buah dari penelitiannya tersebut ditulis dalam sebuah buku berjudul: “Man the Unknow” (“The Miracle of Fast” [Amirulloh, 2014: X])

Berbagai hasil penelitian para pakar terhadap kedahsyatan puasa yang dikumpulkan Allan Cott, M. D. dalam sebuah buku yang berjudul “Why Fasty?” , menjadi menarik untuk dikemukakan di sini. Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkannya, di antara kedahsyatan puasa sebagai berikut: menjadikan penglihatan terasa lebih muda atau lebih jelas; membersihkan badan dari berbagai penyakit; menurunkan tekanan darah tinggi dan kadar lemak; mampu mengendalikan nafsu; membuat badan sehat dengan sendirinya; dapat mengendorkan ketegangan jiwa; dapat menajamkan fungsi indrawi; dapat mengendalikan kemauan diri sendiri; serta bisa memperlambat proses penuaan.

Peneliti lainnya adalah seorang ilmuwan dari Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST) dan Kyoto University mengidentifikasi 30 zat yang jumlahnya meningkat selama puasa dan menunjukkan manfaat kesehatan.

“Kami telah meneliti penuaan, metabolisme selama bertahun-tahun dan memutuskan untuk mencari efek kesehatan yang tidak diketahui pada puasa manusia,” ujar seorang peneliti di Unit Sel G0 OIST yang juga penulis penelitian, Takayuki Teruya, seperti dikutip laman sciencedaily, beberapa waktu lalu.

Bertolak belakang dengan perkiraan semula, Teruya melanjutkan, ternyata puasa menyebabkan aktivasi metabolisme agak aktif. Penelitian yang dipublikasikan pada 29 Januari 2019 dalam Scientific Reports ini menyajikan analisis seluruh sel darah manusia, plasma, dan darah merah yang diambil dari 4 (Empat) orang yang berpuasa.

Para peneliti memantau perubahan tingkat metabolit atau zat yang terbentuk selama proses kimia yang memberi energi pada organisme dan memungkinkannya tumbuh. Hasilnya mengungkapkan 44 metabolit, termasuk 30 yang sebelumnya tidak dikenali, meningkat secara universal di subjek antara 1,5 hingga 60 kali lipat.

“Ini adalah metabolit yang sangat penting untuk pemeliharaan otot dan aktivitas antioksidan, masing-masing,” kata Teruya. “Hasil ini menunjukkan kemungkinan efek peremajaan dengan puasa, yang tidak diketahui sampai sekarang.”

Dalam penelitian sebelumnya, Unit Sel G0 mengidentifikasi berbagai metabolit yang jumlahnya menurun dengan bertambahnya usia, termasuk tiga yang dikenal sebagai leusin, isoleusin, dan asam oftalmik. Pada individu yang berpuasa, metabolit ini meningkat levelnya, menunjukkan mekanisme di mana puasa dapat membantu meningkatkan umur panjang.

Metabolit memberikan petunjuk untuk mekanisme dan efek kesehatan. Tubuh manusia cenderung memanfaatkan karbohidrat untuk energi cepat ketika tersedia. Ketika kelaparan karbohidrat, tubuh mulai menjarah cadangan energi alternatifnya.

Namun, puasa tampaknya menimbulkan efek yang jauh melampaui substitusi energi. Dalam analisis komprehensif mereka tentang darah manusia, para peneliti mencatat dalam berpuasa, misalnya menemukan peningkatan global dalam zat yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat, suatu proses di mana organisme melepaskan energi tersimpan dalam ikatan kimia karbohidrat, protein dan lipid. Ketika berpuasa terjadi peristiwa Autophagy. Apakah Authopagy tersebut.

Kata autophagy berasal dari kata Yunani auto-, yang berarti “diri”, dan phagein, yang berarti “makan”. Jadi, autophagy berarti “makan sendiri”.

Konsep ini muncul selama tahun 1960-an, ketika para peneliti pertama kali mengamati bahwa sel dapat menghancurkan isinya sendiri dengan membungkusnya dalam membran, membentuk vesikel seperti karung yang diangkut ke kompartemen daur ulang, yang disebut lisosom untuk degradasi atau kemunduran.

Kesulitan dalam mempelajari fenomena tersebut berarti bahwa hanya sedikit yang diketahui sampai dalam serangkaian eksperimen brilian di awal 1990-an, Yoshinori Ohsumi menggunakan ragi roti untuk mengidentifikasi gen yang penting bagi autophagy.

Dia kemudian menjelaskan mekanisme yang mendasari autophagy dalam ragi dan menunjukkan bahwa mesin canggih serupa digunakan dalam sel tubuh manusia.

Penemuan Ohsumi membawa pada paradigma baru dalam pemahaman kita tentang bagaimana sel mendaur ulang isinya.

Penemuannya membuka jalan untuk memahami pentingnya autophagy dalam banyak proses fisiologis, seperti dalam adaptasi terhadap kelaparan atau respons terhadap infeksi. Setelah infeksi, autophagy dapat menghilangkan bakteri dan virus intraseluler yang menyerang. Autophagy berkontribusi pada perkembangan embrio dan diferensiasi sel. Sel juga menggunakan autophagy untuk menghilangkan protein dan organel yang rusak, mekanisme kontrol kualitas yang sangat penting untuk menangkal konsekuensi negatif dari penuaan. Mutasi pada gen autophagy dapat menyebabkan penyakit dan proses autophagy terlibat dalam beberapa kondisi termasuk kanker dan penyakit neurologis.

Yoshinori Ohsumi telah aktif di berbagai bidang penelitian, tetapi setelah memulai laboratoriumnya sendiri pada tahun 1988, ia memfokuskan upayanya pada degradasi protein.

Autophagy dapat dengan cepat menyediakan bahan bakar untuk energi dan blok bangunan untuk pembaruan komponen seluler, dan oleh karena itu penting untuk respons seluler terhadap kelaparan dan jenis stres lainnya. Autophagy yang terganggu telah dikaitkan dengan penyakit Parkinson, diabetes tipe 2, dan gangguan lain yang muncul pada orang tua. Mutasi pada gen autophagy dapat menyebabkan penyakit genetik. Gangguan pada mesin autophagy juga telah dikaitkan dengan kanker. Penelitian intensif saat ini sedang dilakukan untuk mengembangkan obat yang dapat menargetkan autophagy pada berbagai penyakit. Intinya, konsep autophagy adalah membuat tubuh lapar. Ketika tubuh seseorang lapar, maka sel-sel tubuhnya pun ikut lapar. Sel-sel yang lapar ini akan memakan sel-sel dirinya yang sudah tidak beguna lagi atau sel-sel yang telah rusak atau sel mati agar tidak menjadi sampah dalam tubuh. Dengan demikian sel-sel mati ini tidak akan menghasilkan sesuatu yang bisa membahayakan tubuh. Jadi, tubuh orang yang berpuasa akan membersihkan dirinya sendiri.

Yoshinori Ohsumi ini telah membuktikan dan menemukan bahwa ketika seseorang lapar (puasa) dalam jangka waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam, maka tubuh akan membentuk protein khusus di seluruh tubuh yang disebut autophagisom.

Autophagisom tersebut bisa dianalogkan sebagai suatu sapu raksasa yang mengumpulkan sel-sel mati yang tidak berguna dan bisa membahayakan tubuh untuk dikeluarkan. Sel-sel mati ini banyak dihasilkan oleh sel kanker dan sel berbentuk kuman (virus atau bakteri) penyebab penyakit. Protein autophagisom tersebut menghancurkan dan memakan sel-sel berbahaya tersebut, lalu mengeluarkannya. Penelitian ini telah memenangkan penghargaan nobel kedokteran kepada dokter Yoshinori Ohsumi atas riset yang ia namakan authopagy.

Bagi umat muslim, disunnahkan puasa Senin dan Kamis, dan diwajibkan bagi yang beriman berpuasa selama 1 bulan di Bulan Ramadan, menambah keyakinan tentang manfaat puasa. Artinya bahwa konsep authopagi sesungguhnya sudah disarankan sejak 15 abad yang lalu oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Ternyata apa yang di perintahkan oleh Allah adalah suatu hal yang sangat baik untuk kita dalam hal membentuk keimanan,psikologis terutama Kesehatan untuk tubuh kita adalah suatu kenyataan yang telah di buktikan oleh para ahli salah satunya adalah Yoshinori Ohsumi. Sekarang kita tahu bahwa autophagy mengontrol fungsi fisiologis penting di mana komponen seluler perlu didegradasi dan didaur ulang. Demikian manfaat terbentuknya Autophagy dalam tubuh kita dengan cara berpuasa.

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *