JAKARTA (Waspada): Jumlah Bahasa Daerah di Indonesia mencapai 718 bahasa. Jumlah itu menempatkan Indonesia pada posisi kedua sebagai negara dengan Bahasa Daerah terbanyak di dunia, setelah Papua Nugini dengan 840 bahasa daerah.
Sayangnya, Bahasa Daerah kini terancam punah. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), E Aminudin Aziz mengatakan, kepunahan Bahasa Daerah memang sebuah keniscayaan. Hal itu disebabkan beberapa faktor.
Pertama, jumlah penutur yang semakin sedikit. Semakin berkurangnya jumlah penutur disebabkan oleh faktor alami seperti kematian. Tapi bisa juga disebabkan faktor sosial, seperti keengganan menggunakan Bahasa Daerah.
“Faktor keengganan ini yang mempercepat sebuah bahasa daerah punah,” kata Aminudin, Rabu (1/5/2024).
Untuk itu, Badan Bahasa sejak 2021 menggagas program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) di beberapa wilayah di Indonesia. Pada 2023, RBD menyasar pada 72 Bahasa Daerah. Sedikitnya 5 juta orang telah berpartisipasi dalam giat ini.
“Tahun ini rencananya ada 93 bahasa daerah yang bergerak direvitalisasi. Semuanya dikerjakan bareng-bareng antara Badan Bahasa, pemerintah daerah, pegiat sastra dan masyarakat luas, sampai para pelajar,” ujar Aminudin Aziz.
RBD sendiri tidak dimaksudkan sebagai upaya mencegah kepunahan Bahasa Daerah, karena kepunahan itu pasti terjadi. Tujuan utama RBD adalah menumbuhkan rasa kecintaan dan kebanggaan pada Bahasa Daerah, sebagai bahasa ibu atau mother language. Dengan membangun positivisme berbahasa daerah, utamanya di kalangan keluarga, maka ancaman kepunahan Bahasa Daerah bisa diperlambat.
Aminudin menengarai, makin banyak keluarga di Indonesia yang tidak menggunakan Bahasa Daerah. Hal itu banyak juga disebabkan karena perkawinan antar suku, sehingga bahasa keseharian yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.
“Makanya RBD ini digaungkan mulai dari sekolah, masyarakat sampai ke keluarga, untuk sama-sama bangga menggunakan Bahasa Daerah. Kalau sudah tidak bangga bicara Bahasa Daerah, ya ancaman kepunahan makin dekat,” ujar Aminudin.
Badan Bahasa juga melakukan langkah nyata pembuktian hasil RBD di masyarakat lewat program Festival Tunas Bahasa Indonesia Nasional (FTBIN), sehak 1 sampai 5 Mei 2024 di Hotel Sultan, Jakarta. Kegiatan nasional ini sudah dua tahun dilaksanakan. Pada 2024 ini, pesertanya mencapai 520 orang yang terdiri dari para pelajar. Para pelajar yang datang ke Jakarta ini adalah para pemenang FTBIN di tingkat daerah.
“Para pelajar yang merupakan generasi muda ini, sama-sama berlomba merayakan kecintaan mereka pada Bahasa Daerahnya, Bahasa Ibunya. Dengan itu, kepunahan Bahasa Daerah dapat diperlambat selama mungkin,” tandas Aminudin Aziz. (J02)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.