Zaman Edan, Jin Laut & Indonesia Minus Polisi

  • Bagikan
Zaman Edan, Jin Laut & Indonesia Minus Polisi

OLEH ERROS DJAROT

UNTUK para penegak hukum di negeri ini yang ingin merusak peradaban, pakailah kacamata hitam di kegelapan malam hari, dan tidurlah nyenyak di siang hari.

Dalam dua minggu belakangan ini, hampir dipastikan masyarakat banyak yang bertanya-tanya; di negeri ini ada Polisi nggak sih? Kasus Pagar Laut di PIK-2 memunculkan kenyataan bahwa di negeri ini memang sedang vacum alias nggak ada Polisi. Kalau ada, masa ia nggak satu pun para pelanggar hukum dalam kasus pagar liar PIK-2 namanya dimunculkan oleh pihak Kepolisian.

Minimal yang terindikasi, atau diduga keras terlibat…setidaknya Polisi bertindak melakukan interogasi serius dalam upaya mengungkap pelaku kejahatan Pagar Laut PIK-2. Dari pelaku kelas kuli bayaran, mandor yang bertugas, si pemberi kerja, pelaksana proyek, pemilik proyek, siapa para cukong dan bohir, berikut para pejabat yang ada di belakang kejahatan ini.

Bayangkan betapa lucunya, Pagar Laut yang panjang terbentang hingga mencapai 30 km lebih, seolah barisan pagar bambu yang ditanam secara mejik oleh Jin laut.

Seakan, Pagar Laut tersebut baru dikerjakan semalaman, seperti cerita dalam lakon Bandung Bondowoso. Para pekerjanya terdiri dari ribuan mahluk halus.

Sementara Polisi yang bertugas berpatroli saat 30 km Pagar Laut ditancapkan di malam hari, mereka menggunakan kacamata hitam.

Masuk akal walau terdengar sangat dungu, meminjam istilah Rocky Gerung, bila tak satu pun polisi di negeri ini yang bisa melacak pelaku karena kondisi gelap gulita merupakan faktor penyebab utamanya. Ditambah lagi, sudah gelap gulita, para pekerjanya terdiri dari ribuan mahluk halus.

Tak bersuaranya Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo…pun semakin mengukuhkan terjadinya peristiwa mejik Pagar Laut yang dibangun oleh para Jin Laut.

Tak satu pun manusia terlibat. Sementara para pegiat kemanusiaan dan pencari keadilan, telah bertubi-tubi memunculkan sejumlah nama yang diduga keras sebagai pelaku dan dalang di balik pemasangan Pagar Laut bermasalah multi pelanggaran hukum ini.

Kapolri dan jajarannya seperti cenderung lebih bersepakat untuk mengkampanyekan bahwa tokoh kunci dalam kasus pematokan Pagar Liar ini, Aguan dengan operatornya Ali Hanafi, digaungkan sebagai pahlawan pembangunan; dermawan yang rela menguras kocek pribadinya untuk kemaslahatan umat; Ia berbudi, bercita rasa luhur.

Sedangkan mereka yang menentang PSN PIK-2 menuntut keadilan dalam koridor kebenaran hukum yang sesungguhnya dan seharusnya, dianggap kumpulan manusia rasialis, anti Cina (???), gak punya nurani dan rasa berterimakasih.

Luar biasa. Bahkan ada seorang tokoh yang dikenal di kalangan kaum agamawan, lantang membela meneriakkan kepahlawanan Aguan, sambil mencibir orang-orang yang melontarkan istilah Negara Dalam Negara, dianggap kumpulan manusia tak waras, rasialis!

Akan hal ini, ketika saya diminta untuk menanggapi, saya jawab enteng-enteng saja…saya gak pernah melihat mereka di lokasi atau berinteraksi langsung dengan penduduk di sana. Dan selama ini tidak pernah menyaksikan mereka terlibat dalam dialog atau pun pembicaraan intensif yang menyoal PSN PIK-2.

Saya baru melihat mereka muncul dadakan bersuara melulu hanya lewat medsos. Berjarak tapi tahu semua…hebatkan?! Jadi ya gak perlu dibahas, kita tahulah! Catat saja siapa mereka itu. The Game is not over yet!

Masalahnya, antara ‘katanya’, ‘menurut pandangan subyektifnya’, ‘berdasarkan analisanya’, diperhadapkan dengan DATA DAN FAKTA-nya, pastilah Data dan Faktanyalah yang akan dijadikan sumber untuk menelusuri KEBENARAN.

Sementara ocehan berbusa-busa dari para pembela ‘ketiadaan’ masuk dalam wilayah PEMBENARAN. Di wilayah KEBENARAN yang diperlukan Integritas, sedangkan di wilayah PEMBENARAN yang menonjol hanyalah kalimat tanya: WANI PIRO?

Dua pijakan moral dan etika yang sangat jauh berbeda dan bertolak belakang. Mengapa harus dipermasalahkan? Namanya juga Zaman Edan! Lebih baik ngedhan. Dengan berkomentar santai, sok cool ala Solo…”Yang penting semua sudah sesuai aturan dan perundang-undangan belum? Cek saja….!”. Oalah, Tuan besar ini pasti kecilnya jarang nonton sulap.

Jadi, ya jangan disalahkanlah…kalo Tuan besar ini nggak kenal dan tidak tahu ada praktik sulap yang bukan hanya digelar di panggung Teve doang, tapi di panggung Pengadilan dan Kepolisian pun ada sulap Paaaak, Mr Cool!

Nah ya, sudahlah. Sekarang yang paling penting perlu kita lakukan bersama adalah membantu bangsa ini menegakkan kembali Institusi Kepolisian Republik Indonesia untuk kembali berdiri tegak sebagai lembaga negara yang berfungsi untuk menjaga keamanan negara yang mampu menegakkan hukum secara baik dan benar; bukan sebagai instusi yang mengamankan proyek para cukong dan pelindung para rampok negara.

Secara bersama kita perlu bahu membahu membantu upaya Presiden Prabowo untuk memberantas korupsi tanpa pandang bulu! Apa lagi dengan tekad Pak Presiden untuk mengembalikan tambang dan lahan perkebunan yang sudah bukan lagi milik negara, harus dikembalikan pada negara. Sinyal ini merupakan pertanda awal dari adanya upaya Prabowo bertekad menjalankan amanat UUD ’45 Pasal 33 secara murni dan konsekuen.

Sehingga meladeni celotehan para pemuja perompak tanah rakyat, hanya akan membuang-buang waktu saja. Meladeni mereka berceloteh, itulah yang mereka mau. Tapi akan beda kalau mereka tampil membawa data dan fakta yang sohih, perlu jugalah ditanggapi dengan baik.

Tapi terhadap lontaran isu RASIALIS, tak perlu digubris! Karena sebaiknya kita bercuriga, jangan-jangan mereka itu tidak tahu dan memahami betul apa itu terminologi ‘Rasialisme’ dalam artian yang luas. Maklumi saja, anggap mereka sedang nyari cuan…sedang bekerja. Untuk siapa?

Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang! Lebih jelas absurdnya, dan lebih tidak jelas kejelasannya. Karena toh kita tengah masuk dalam fase hidup di negara Jin Laut!

Jadi, untuk para penegak hukum di negeri ini yang ingin merusak peradaban, pakailah kacamata hitam saat bertugas di kegelapan malam hari, dan tidurlah nyenyak di siang hari.

Dipastikan Anda tidak akan melihat apa-apa dan memang karena ‘tidak melihat apa-apa’…kecuali asik suara celotehan Jin Laut yang sibuk menebar dusta Perampok tanah negara dan rakyat! Dasar Zaman Edan!


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Zaman Edan, Jin Laut & Indonesia Minus Polisi

Zaman Edan, Jin Laut & Indonesia Minus Polisi

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *