Oleh: Dr. Bukhari. M. H., CM
Bulan Rajab selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam. Sebagai salah satu bulan haram yang dimuliakan, Rajab tak sekadar menghadirkan ruang refleksi, tetapi juga menjadi pengingat untuk memperkuat spiritualitas. Di tengah dinamika kehidupan modern yang serba cepat dan materialistis, Rajab mengajarkan kita untuk melambat sejenak dan merevitalisasi hubungan dengan Allah serta sesama manusia.
Menghidupkan Tradisi Rajab
Tradisi-tradisi seperti memperbanyak doa, puasa sunnah, dan bersedekah di bulan Rajab adalah warisan kearifan lokal yang sejalan dengan ajaran Islam.
Di Aceh, misalnya, tradisi kenduri Rajab menjadi momentum mempererat silaturahmi antarwarga. Makanan yang dibagikan bukan sekadar simbol, tetapi juga bentuk nyata dari rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan.
Namun, di era modern, tradisi ini mulai tergerus. Generasi muda lebih sibuk dengan gadget daripada berkumpul di meunasah untuk berdoa bersama. Padahal, tradisi ini memiliki makna mendalam: membangun solidaritas sosial dan mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kedekatan dengan Sang Pencipta.
Rajab Dan Spiritualitas Modern
Kehidupan modern sering membuat manusia terjebak dalam rutinitas yang melelahkan. Stres, target pekerjaan, dan tekanan sosial membuat banyak orang merasa kosong secara spiritual. Di sinilah bulan Rajab menjadi oase spiritual. Puasa sunnah di bulan ini, misalnya, bukan hanya ibadah fisik, melainkan juga terapi jiwa. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari amarah, kesombongan, dan egoisme.
Rajab juga menjadi momen ideal untuk memperbanyak istighfar. Di tengah gaya hidup modern yang sering membawa manusia pada kelalaian, memperbanyak istighfar dapat menjadi cara untuk merenung dan memperbaiki diri. Seperti yang disebutkan dalam hadis, “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” Rajab adalah undangan untuk kembali pada fitrah sebagai hamba Allah.
Memaknai Rajab Dalam Kehidupan Modern
Memaknai Rajab di era modern tidak berarti meninggalkan tradisi atau menolak perkembangan teknologi. Sebaliknya, ini adalah peluang untuk mengadaptasi tradisi dengan cara yang relevan. Misalnya, kenduri Rajab dapat disiarkan melalui media sosial untuk memperluas jangkauan syiar. Zikir bersama atau tausiah online bisa menjadi alternatif yang efektif bagi mereka yang sibuk.
Rajab juga mengajarkan kepedulian sosial. Di tengah dunia yang semakin individualistis, bulan ini mengingatkan kita untuk berbagi. Jika dulu bersedekah dilakukan dengan langsung, kini bisa dilakukan melalui platform digital yang lebih cepat dan mudah. Yang terpenting adalah esensi berbagi sebagai bentuk cinta kepada sesama.
Penutup
Rajab bukan sekadar bulan dalam kalender Islam, tetapi juga bulan yang membawa pesan spiritualitas mendalam. Di tengah dinamika kehidupan modern, Rajab mengajarkan kita untuk melambat, merefleksi, dan memulai perjalanan menuju Ramadhan dengan hati yang lebih bersih. Dengan memadukan tradisi dan teknologi, kita bisa menjaga makna Rajab tetap relevan dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Mari jadikan Rajab sebagai titik awal untuk memperbaiki diri, memperkuat ibadah, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan Allah dan sesama manusia.
Penulis adalah advokat sekaligus akademisi
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.