Sekolah dapat menanamkan karakter lewat kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam lingkungan keluarga
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal. Mulai dari TK hingga SMA/SMK/MA. Setiap sekolah akan melaksanakan tugasnya mengantarkan siswa pada tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah. Di berbagai jenjang pendidikan tersebut berlangsung evaluasi pendidikan apakah kurikulum sekolah dapat dijalankan dengan optimal oleh kepala sekolah atau tidak. Sekolah yang menjalankan kurikulum dengan baik akan mendapat penilaian baik sesuai dengan akreditasi sekolah yang diperoleh.
Namun perlu ada sebuah kebijakan nyata apakah kurikulum sekolah dapat dijalankan oleh kepala sekolah baik aktivitas pembelajaran, intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan pendidikan karakter di sekolah yang dipinpinya. Hal ini dinilai postif menuju penguatan dan pembinaan karakter siswa yang optimal menuju perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepala sekolah wajib menjalankan kurikulum karena pemerintah menyaidiakan dana dari berbagai sumber dan bentuk.
Saat ini melihat tindakan siswa di lingkungan sosial media, masyarakat, dan pendidikan banyak yang menjadi persoalan, misalnya perbuatan yang melanggar hukum, semena-mena terhadap orang lain, ugal-ugalan, tawuran, dan lainnya harus diatasi dengan sigap dan tepat. Salah satunya dengan mengembangkan dan melaksanakan pendidikan ekstrakurikuler sekolah secara terukur dan profesional dalam menguatkan karakter.
Kita sangat bangga memiliki sekolah yang menjalankan program optimal terhadap pembinaan karakter siswa. Tentu tidak bisa dilakukan dengan sebatas kata-kata atau nasihat saja. Melainkan dengan bentuk-bentuk yang menraik perhatian siswa. Bila demikian, mengapa sekolah harus melaksanakan ekstrakurikuler menuju pembinaan karakter?
Kegiatan ekstrakurikuler perlu dilaksanakan karena kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional (PP Mendikbud No.62 Tahun 2014).
Selanjutnya, ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan dan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki dari berbagai bidang studi. Ektrakurikuler dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut.
Melalui pelatihan dan bimbingan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. menurut Rohinah ekstrakurikuler yaitu: kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat ,dan minat mereka melalui kegiatan yang khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwewenang di sekolah/madrasah berupa pramuka, KIR, olahraga, PMR, Olimpiade sains, dan lainnya.
Di Indonesia ekstrakurikuler bukan hal baru lagi. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, semua lapisan pendidikan pasti mengenal kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan wadah yang disiapkan oleh sekolah guna menampung dan mengembangkan bakat yang telah dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini telah berlangsung lama dan diikuti para pelajar dan mahasiswa. Dari berbagai penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang memfokuskan kepada kebutuhan dan sarana penyaluran bakat siswa guna menambah wawasan, sikap ,dan keterampilan siswa di luar jam pelajaran.
Ekstrakulikuler tersebut diharapkan berguna untuk mengisi waktu luang setelah selesai jam pelajaran sekolah agar waktu luang siswa tersebut diisi dengan hal-hal yang positif agar membantu siswa dalam memecahkan masalah kebosanan belajar di ruang kelas yang pada akhirnya memicu siswa bersemangat dalam pencapaian prestasi belajar yang baik.
Sejalan dengan itu , karakter siswa akan dapat tumbuh optimal dengan ekstrakurikuler yang dikembangkan. Menanamkan karakter kepada siswa lewat ekstrakurikuler sangatlah positif. Karakter itu sendiri bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri yang cenderung ke sifat manusia seperti watak, tabiat, pembawaan, dan kebiasaan.
Tentunya, kita semua bisa melakukannya di sekolah melalui kegitan ekstrakurikuler. Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands. dalam hubungan ini maka apa yang disarankan Unesco perlu diperhatikan yaitu bahwa pendidikan harus mengandung tiga unsur:
(a) belajar untuk tahu (learn to know). (b) belajar untuk berbuat (learn to do). (c). belajar untuk bersama (learn to live together). Unsur pertama dan kedua lebih terarah membentuk having, agar sumber daya manusia mempunyai kualitas dalam pengetahuan dan keterampilan atau skill. Unsur ketiga lebih terarah menuju pembentukan karakter bangsa. Kini, unsur itu menjadi amat penting.
Penyesuaian dalam materi dan cara penyampaiannya tentu saja diperlukan. Strategi pembentukan karakter lewat ekstrakuler dilakukan berdasarkan : keteladanan; memiliki integritas tinggi serta memiliki kompetensi: Pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Selanjutnya melalui pembiasaan, penanaman kedisiplinan, menciptakan suasana yang konduksif, integrasi dan internalisasi, meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan ekstrakurikuler, membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cintai damai, sikap social, dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.
Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar dalam pendidikan ekstrakurikuler. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak-hak asasi orang lain melalui pengamalan fair play dan sportivitas.
Menumbuhkan self esteem sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak tubuh. Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain. Menumbuhkan cara pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan pola hidup sehat.
Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas fisik dan memahami manfaat dari keterlibatannya. Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
Berdasarkan uraian di atas, sekolah dapat menanamkan karakter lewat kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam lingkungan keluarga. Bila seorang anak mendapat pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orangtua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.
Selain itu, Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun, ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah lewat ekstrakurikuler. Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgen untuk dilakukan lewat ekstrakurikuler. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan, maka tanpa pendidikan karakter dan ekstrakurikuler adalah usaha yang sia-sia.
Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education without character” (pendidikan tanpa karakter). Dr Martin Luther King juga pernah berkata: “Intelligence plus character that is the good od true education” (Kecerdasan plus karakter itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya). Juga Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society“.
Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat . Bila demikian, semoga pendidikan karakter lewat ekstrakurikuler dapat dioptimalkan menuju perkembangan ilmu pengetahuan dan budi pekerti yang begitu pesat di berbagai sekolah. Amin. Semoga!
Penulis adalah Guru Ahli Madya SMA Negeri 1 Panyabungan, Mandailingnatal.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.