Rethinking Bahasa dan Komunikasi Oleh

  • Bagikan

HUBUNGAN bahasa dan komunikasi dalam dunia digitalisasi tidak dapat dipisahkan di era teknologi yang semakin canggih dan menjadi model saat ini. Bangunan peradaban baru dengan pelbagai inovasi ini dimaksudkan untuk kebermanfaatan dan dapat memenuhi kebutuhan umat manusia. Buah dari teknologi yang berlatar belakang rethinking banyak memberikan manfaat dan kegunaan seperti selular, laptop, ataupun elektronik lainnya yang dipergunakan sesuai kebutuhan dan fungsinya masing-masing.

Berawal dari inovasi inilah yang menjadi rethinking berbahasa dalam berkomunikasi antara individu dengan masyarakat dalam mencapai tujuan yang dimaksud. Dalam buku Rethingking Linguistics (2003), Davis dan Taylor Eds memaparkan bahwa memikirkan kembali linguistik adalah pembaruan, ekspansi, dan substansial revisi buku sebelumnya Redefining Linguistics (Davis dan Taylor,1990).

Sementara itu, dalam bukunya Rethinking Media Research for Changing Societies yang dilakukan oleh Powers dan Russell Eds (2020) memberikan suatu eksplorasi dan memahami hal-hal yang dapat dilakukan oleh para sarjana dalam persimpangan jurnalisme, politik dan aktivisme yang berhubungan dengan beberapa isu yang paling mendesak mengenai perkembangan kontemporer dalam media dan kehidupan publik.

Lalu, berangkat dari berbahasa dan berkomunikasi yang dilakukan manusia dalam mencapai target dari segala aspek kehidupan melalui suatu proses berpikir dan bertindak positif akan menghasilkan produk yang berkualitas dalam pengembangan. Berbahasa yang baik dan juga benar akan menjadikan suatu arti dan makna yang dapat diinterpretasikan dengan baik juga. Namun sebaliknya jika seseorang mempergunakan bahasa yang tidak baik dan juga tidak benar, maka interpretasi akan menjadi suatu penyimpangan yang sangat berarti dari sasaran yang akan dituju.

Seperti diketahui, bahasa dan komunikasi yang dilakukan manusia semakin dinamis melalui adat, budaya, pendidikan, dan pendekatan adaptasi melalui pemikiran yang berwacana dan kritis. Dengan adanya pemikiran yang kritis akan menjadi lebih baik lagi dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti halnya fenomenal yang terjadi di Jepang, melalui penelitian yang dilakukan oleh Chadijah Isfariani Iqbal (2018:125) menyebutkan bahwa masyarakat Jepang memiliki pandangan yang menganggap orang yang terlalu banyak bicara tidak bisa dipercaya, sehingga dalam meyakinkan rekannya mereka lebih sering untuk banyak menunjukkan melalui tindakan dan hasil yang mereka capai.

Itulah yang menjadi karakteristik dalam peradaban yang terjadi di negeri Sakura bahwa melalui etika, sopan santun, kejujuran, dan bahkan tidak melakukan korupsi akan membentuk seseorang menjadi beradab dan terdidik. Indonesia juga memiliki kekayaan adat dan budaya beragam yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan kemudian dirumuskan ke dalam bingkai falsafah bangsa yaitu: Pancasila. Bingkai falsafah ini sebagai cerminan kehidupan yang dapat membawa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, berkelas, berkadilan, berkejujuran, sejahtera, memanusiakan manusia, dan dinamis dalam mengikuti perubahan.

Tentu ini jika nilai-nilai luhur itu dipraktikkan dalam gerak hidup, dalam berbahasa dan berkomunikasi sehari-hari setiap manusia Indonesia. Tak mustahil Indonesia juga bisa seperti Jepang. Jan Servaes (2021) menyebutkan bahwa komunikasi untuk pengembangan (berkelanjutan), komunikasi untuk perubahan sosial (berkelanjutan), komunikasi untuk pengembangan dan perubahan sosial, komunikasi dan pendidikan untuk pengembangan atau pengetahuan didokumentasi dengan baik akan menjadikan perubahan pada masyarakat dalam tataran budaya, sosial, politik, ekonomi, dan bahkan dalam tingkah laku manusia (patuh dengan hukum) yang terjadi di masyarakat akan menjadi lebih baik.

Mengingat perubahan yang terjadi di masyarakat begitu cepat dengan pemikiran suatu wacana baik itu dalam teks maupun konteks yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya, maka penggunaan bahasa yang bijak dan tanpa merugikan orang lain akan menjadi suatu proses dan hasil yang lebih baik ke depannya.

Pengambungan yang dilakukan dalam rethinking bahasa dan komunikasi yang terjadi dalam konteks sosial adalah perencanaan bahasa dalam bahasa persatuan dan kesatuan adalah suatu usaha untuk melestarikan bahasa seperti memperbanyak kosa kata, ejaan, dan membuat kamus (Melati, 2018), sedangkan dalam perencanaan komunikasi adalah proses penyebaran dan pertukaran informasi (Chatia Hastasari)
Menyelesaikan problematika yang terjadi di lapangan melalui pemikiran bahasa dalam berkomunikasi akan membentuk wacana baru dan proses yang panjang seperti kesadaran diri manusia akan mempergunakan mana yang hak dan mana yang batil. Jika sesuatu hal tersebut tidak dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana, maka manusia terus berpikir, berpikir dan terus berpikir untuk menemukan suatu paradigma baru dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.

Kata kunci dan kesusksesan dalam menyelesaikan berbagai masalah adalah dengan mempergunakan kata rethinking untuk menemukan suatu solusi dari persoalan. Berbagai pertanyaan akan muncul dan praduga-praduga untuk menjawab berbagai persoalan tersebut akan muncul. Namun, jalan terbaik yang harus dilakukan adalah bertanya kepada ahlinya walaupun kadang jawaban yang diberikannya sangat menyakitkan. Hal ini dilakukan agar manusia menyadari pahit yang dirasakan akan mendapatkan hasil yang baik di kemudian hari.

Mengambil kata yang bertanda miring di atas dari bahasa Inggris yaitu sebagai bahasa Internasional yang dipergunakan untuk berkomunikasi di seluruh penjuru dunia bahwa rethinking tersebut memiliki arti secara etimologi yaitu: pemikiran kembali atau memikirkan kembali. Ketika kita harus memikirkan kembali akan keberadaan sekarang, bahwa apa yang telah Anda berikan kepada orang lain hari? Jawaban yang Anda berikan hari ini jika dia ambil dari 5W+1 H, maka jawaban yang akan diperoleh hanya dua kategori yaitu: Yes/No Question dan Information Question.

Kesimpulan.

Belajar akan menambah ilmu dan pengetahuan untuk mengetahui tentang peristiwa kemarin sebagai pelajaran dan pembelajaran manusia. Sejarah yang terjadi di muka bumi ini banyak memberikan pesan-pesan bahwa manusia pada zaman dahulu telah banyak melakukan inovasi pada masanya dan era sekarang ini dan akan datang. Melalui rethinking berbahasa dan berkomunikasi yang dilakukan manusia akan mendapatkan kekayaan dalam bentuk investasi diri dalam membentuk manusia yang paripurna.

Untuk mewujudkan manusia yang sempurna dalam menjalani proses kehidupan bahwa catatan kehidupan yang telah di dokumentasi bukan hanya sebagai arsip ataupun pustaka mini. Namun, catatan tersebut akan melahirkan suatu ide, gagasan, pendapat, pandangan bahwa manusia yang telah melangkah maju ke depan, pantang untuk mundur ke belakang.

  • Bagikan