Ramadhan, Kecerdasan Emosional & Spiritual

  • Bagikan
Ramadhan, Kecerdasan Emosional & Spiritual

Oleh Zulkarnain Lubis

Melalui intensitas ibadah yang tinggi di bulan Ramadhan, diharapkan kita akan menjadi lebih sabar dan tabah dalam menjalani hidup ini, menghasilkan sifat dan sikap tawadhu’ sekaligus qana’ah dalam diri kita

Bulan Ramadhan disebut juga sebagai Syahrut Tarbiyah atau Bulan Pendidikan, di samping nama-nama lain seperti Syahrul Qur’an, Syahrul Qiyam, Syahru Ad Du’a, Syahru Ar Rahmah, Syahrul Maghfirah, Syahrul Ash Shodaqah, dan Syahrul Baraqah. Sebagai bulan Pendidikan, di bulan mulia ini, Allah SWT memberi kesempatan kepada kita untuk menjalani pendidikan dan di akhir proses pendidikan tersebut, bagi yang menjalani pendidikannya dengan baik serta telah menjadi pribadi yang baik, Tangguh, dan handal, In Sha Allah akan dinyatakan lulus ujian dan akan “diwisuda” dengan mendapatkan gelar taqwa.

Dengan latihan menahan untuk untuk tidak makan, tidak minum, dan menahan nafsu syahwat, ditambah dengan meninggalkan hal-hal yang mengurangi apalagi membatalkan pahala berpuasa, diharapkan kita akan mampu mengendalikan dan mengelola diri sendiri untuk terus istiqamah sehingga kita menjadi hamba Allah yang mampu untuk antara lain mengendalikan nafsu amarah dan menghindari fitnah, ghibah, kedengkian, keangkuhan, kesombongan dan ucapan kebencian.

Hilangnya kesombongan dan keangkuhan membuat kita sadar bahwa memang tak ada yang perlu disombongkan, karena apapun yang kita miliki sesungguhnya hanyalah pemberian, titipan, amanah, dan karunia Allah, serta karena kasih sayang Allah kepada kita.

Jadi sebagai makhluk-Nya dan ciptaan-Nya, kita tak bisa apa-apa dan tak punya apa-apa, kita lemah dan tak punya daya apa-apa kecuali karena pertolongan-Nya, kecuali karena bantuannya, serta kecuali karena kasih dan sayang-Nya.

Oleh karena itu, dalam Bulan Ramadhan ini, dengan lebih banyak merenungi diri dan mengenali diri siapa kita sesungguhnya, kita akan lebih tawadhu’, rendah hati, merasa diri rendah, merasa diri kecil, merasa diri hina, merasa diri tak berdaya, dan merasa diri lemah di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh ujub, tidak boleh riya, dan tidak boleh tinggi hati.

Dengan latihan menahan untuk tidak makan, tidak minum, dan menahan nafsu syahwat, serta menghindar dari perkara yang membatalkan pahala puasa dan ditambah lagi dengan melaksanakan berbagai ibadah lainnya dengan sebaik-baiknya, dengan ikhlas serta dengan penuh kesabaran dan ketabahan, yang dilakoni selama Ramadhan penuh.

Selepas Ramadhan, diharapkan kita akan lebih mampu mengendalikan dan mengelola diri sendiri, untuk lebih sabar dan lebih tabah dalam menghadapi segala permasalahan hidup yang kesemuanya diyakini sebagai cobaan dari Allah dan semuanya tidak lain adalah karena kehendak dan ketetapan-Nya.

Melalui perenungan yang mendalam saat menjalani ibadah kita secara intensif di bulan Ramadhan ini, mestinya membuat kita lebih mampu memberikan penilaian yang objektif terhadap diri sendiri, merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak langkah bahkan dalam setiap detak jantung, aliran darah, dan tarikan nafas kita.

Dengan melakoni ibadah kita dalam keikhlasan dan ketulusan serta semata-mata untuk mencari ridho Allah, maka makin kuat keyakinan kita akan ketidakberdayaan kita di hadapan Allah dan makin menyadarkan kita dengan segala Ke-Maha-an yang dimiliki Allah, sehingga makin membuat kita tawakal atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan menyerahkan semua urusan kepada Allah, Sang Maha Mengatur dalam segalanya-galanya yang membuat kita patuh dan tunduk atas segala perintah dan larangan-Nya.

Dalam bulan Ramadhan, dengan merasakan lapar dan dahaga yang kita alami, diharapkan menumbuhkan kesadaran kita betapa menderitanya orang kurang beruntung yang hari-harinya dihiasi dengan lapar dan dahaga, sehingga hal ini diharapkan akan mendidik kita untuk lebih berempati dan peka terhadap masalah dan kesusahan orang lain.

Kita akan menjadi lebih mampu merasakan emosi orang lain, berusaha ikut membantu memecahkan persoalan orang lain, dan menjadikan kita lebih senang melayani daripada selalu minta dilayani orang lain. Dengan meningkatnya kepedulian kita untuk saling membagi dan saling berbagi yang tentu saja akan membuat kita lebih rajin dan bergairah untuk bersedekah dan infak sekaligus menunaikan kewajiban kita untuk melunasi zakat kita.

Dengan menanggung rasa lapar dan dahaga, diharapkan akan membuat kita bisa lebih bersyukur atas segala karunia dan kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita selama ini. Rasa syukur yang mendalam atas segala karunia dan kenikmatan yang diberi Allah akan diiringi dengan sikap qana’ah yang merasa cukup, merasa puas, serta ridho dengan segala pemberian-Nya tersebut.

Jika sudah memiliki sifat dan sikap qana’ah, maka tidak akan ada perasaan kecewa, tidak akan ada perasaan selalu kekurangan, dan akan terhindar dari perasaan tidak pernah cukup dengan apa yang telah didapatkan, sehingga membuat kita terhindar dari sikap serakah dan rakus serta tidak lagi ada perasaan iri ataupun dengki atas keberhasilan dan keberadaan orang lain. Masing-masing kita sudah diberikan Allah takaran yang tepat sesuai dengan keperluan, kebutuhan, dan peruntukan yang sesuai untuk kita.

Untuk itulah kita hanya diperintahkan agar berusaha dan berikhtiar semaksimal yang bisa dilakukan dan berdoa yang diiringi dengan ketulusan dan kepasrahan kepada-Nya, apapun yang diberikan-Nya.

Dengan lebih banyak menjalani ibadah secara intensif di bulan Ramadhan, mestinya kita akan lebih banyak merenungi diri, mengenali diri siapa kita sesungguhnya, dan membuat kita mampu memberikan penilaian yang lebih objektif terhadap diri sendiri. Apa saja dosa serta perbuatan menyalah dan menyimpang yang telah kita lakukan, apa saja maksiat yang sudah pernah kita perbuat, kemana saja kaki kita telah kita langkahkan, benda apa saja yang telah dijamah oleh tangan kita, apa saja yang telah dilihat oleh mata kita, apa saja yang telah didengar oleh telinga kita, apa saja yang telah diucapkan oleh mulut kita, serta apa saja yang sudah dicicipi oleh lidah kita.

Melalui perenungan yang mendalam pada bulan Ramadhan ini, diharapkan akan meningkat kesadaran kita, bagaimanakah sesungguhnya hati kita apakah masih penuh kotoran atau sudah bersih dari noda, bagaimana sesungguhnya akal pikiran kita apakah masih sering dibuat untuk akal-akalan, mengakali, dan akal bulus, atau selalu digunakan untuk memikirkan segala ke-Mahaan yang dimiliki-Nya. Atas segala silaf dan salah serta atas segala dosa inilah, kita memohon ampunan kepada-Nya, yang tentu akan diampuni-Nya, karena Dia adalah Maha Pengampun, apalagi dilakukan di bulan yang sesuai namanya, yaitu Bulan Maghfirah, Bulan Pengampunan bagi makhluk yang memang meminta ampunan kepada-Nya.

Dengan demikian, harapannya melalui proses pendidikan yang kita jalani pada bulan Ramadhan ini, dengan tingginya suasana spiritual yang kita alami, akan meningkat rasa empati kita, meningkat pula gairah kita untuk menolong dan memberi, serta kita semakin kental dengan kepedulian kepada sesama.

Ini tentu gambaran dari meningkatnya kecerdasan emosional kita yang diharapkan akan terus istiqamah kita lakoni sesudah Ramadhan berlalu, yaitu meningkatnya kesadaran diri sendiri, meningkatnya kemampuan mengatur dan mengelola diri sendiri, meningkatnya motivasi dalam menjalani kehidupan, meningkatnya empati, meningkatnya kesadaran sosial dan meningkatnya keterampilan sosial dalam diri kita. Selain peningkatan kecerdasan emosional, tentu dengan suasana spiritual yang kental yang kita alami selama Ramadhan ini, melalui perenungan yang mendalam saat menjalani ibadah secara intensif, akan meningkat kemampuan kita mengenali dan memahami diri siapa kita sesungguhnya, dari mana kita berasal, apa tugas dan fungsi kita di dunia ini, dan akan kemana kita pergi selanjutnya, serta sebagai makhluk spiritual, serta kita akan semakin merasakan kehadiran Allah dalam segala aspek kehidupan kita.

Gabungan peningkatan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual akan menjadikan kita sebagai insan yang jujur, yaitu menjadi manusia benar dan dapat dipercaya, lurus hati, setia, tulus, ikhlas, adil, serta tidak berbohong atau curang. Kita akan memiliki perilaku yang sesuai antara hati atau pikiran, perkataan dengan perbuatan, tindakan, pekerjaan dan kenyataan yang ada. Sebagai insan yang jujur kita akan selalu memenuhi janji, baik lisan maupun tulisan, melakukan pekerjaan dengan tulus dan sebaik mungkin, memberikan hak kepada orang yang berhak mendapatkan hak tersebut, berusaha mementingkan objektivitas dalam penilaian dan mengambil keputusan, serta tidak tega untuk mengambil hak orang lain.

Ringkasnya, melalui intensitas ibadah yang tinggi di bulan Ramadhan ini, baik dalam hubungan secara vertikal kepada Allah maupun secara horizontal kepada sesama makhluk-Nya, diharapkan kita akan menjadi lebih sabar dan tabah dalam menjalani hidup ini, menghasilkan sifat dan sikap tawadhu’ sekaligus qana’ah dalam diri kita, serta akan menjadikan kita lebih bersikap tawakkal terhadap apapun ketentuan Allah, sekaligus meningkat rasa syukur kita atas segala nikmat yang diberi-Nya. Semua sikap dan sifat baik ini akan terus istiqamah dijalani yang membuat meningkatnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual kita dan akan menjadikan kita sebagai insan yang jujur dalam menjalani hidup ini, jujur kepada diri sendiri, jujur kepada orang lain, serta jujur dalam memperlakukan alam raya dan segala isinya.

Akhirnya, melalui bulan Ramadhan sebagai bulan Pendidikan, jika kita bisa menjalani pendidikan di bulan ini dengan tekun, sabar, dan tabah, maka di akhir Ramadhan nanti, kita akan “lulus” dengan indikator memiliki sikap, sifat, tindakan, dan perilaku yang baik sebagaimana diuraikan di atas dan Insya Allah kita akan “diwisuda” dengan mendapatkan “gelar” taqwa langsung dari Allah SWT.

Penulis adalah Ketua Program Studi Doktor Ilmu Pertanian UMA, Rektor Institut Bisnis IT&B.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Ramadhan, Kecerdasan Emosional & Spiritual

Ramadhan, Kecerdasan Emosional & Spiritual

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *