Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

RAGAM KONSEP “YANG ADA”

  • Bagikan

Yang ada (ontologi, wujud, being) dalam filsafat ialah sesuatu yang memiliki keberadaan (wujud), baik dalam alam fisik maupun metafisik (rohani). Ada dalam bentuk fisik bisa dilihat dan diraba, dan ada dalam alam metafisik atau dalam pikiran namun keberadaannya bisa dibuktikan secara logika (akal sehat).


Sejauh kajian filsafat, keduanya disebut yang ada. Ada pertama (fisik) melahirkan aliran materialisme, dan ada kedua (metafisis) melahirkan aliran spirtualisme atau idealisme. Keduanya menjadi suatu kesatuan tentang konsep yang ada. Dengan kata lain, jika yang ada mengakui hanya yang bersifat fisik, berarti baru separuh saja dari konsep yang ada. Jadi jika ada yang bersikeras (ngotot) bahwa yang ada hanya yang fisik saja, maka ia termasuk aliran materialisme, atau yang metafisis saja berarti aliran apiritualisme dan idealisme, belum mampu memahami secara utuh.


Dalam kajian teologi dan filsafat Islam, ketika merumuskan yang, selain pendekatan di atas, juga menggunakan pendekatan lain yang disederhanakan menjadi dua, yaitu Tuhan dan selain Tuhan (Ma siwa Allah). Selain Tuhan mencakup alam besar (universe) dan alam kecil (manusia). Tuhan disebut Khaliq (Pencipta) sedang selain-Nya disebut “yang dicipta” (makhluq). Tuhan, selain Pencipta (khaliq) juga Pengatur (tadbir) alam, sehingga Tuhan disebut dengan “Pengatur sekalian alam” (rabbul ‘alamin).


Kemudian yang ada selain Allah dikelompokkan kepada beberapa tingkatan, yaitu benda padat/material (jamadat), tumbuhan (nabatat), hewan (hayawanat), dan manusia (insanat). Tingkatan ini didasarkan pada kesempurnaan ciptaan. Jamadat hanya dalam bentuk materi, tumbuhan materi dan nyawa untuk hidup tapi tidak bisa bergerak, hewan memiliki nyawa yang bisa bergerak bahkan ada naluri, sedang manusia memiliki akal sebagai tingkat kesempurnaan.


Selain manusia, ada jin dan syetan. Bedanya pada unsur ciptaan, manusia diciptakan dari tanah sehingga fisiknya secara mudah dapat dilihat, sedang jin dibuat dari api, sehingga wujudnya sulit dilihat/disaksikan. Kendati bisa dilihat, seperti api, namun sulit dideskripsikan. Makanya ada yang mampak tergantung di pohon. Ya, seperti api. Kemudian, ada malaikat sebagai perantara manusia dengan Tuhan, yang diciptakan dari nur. Sebagai perantara, malaikat tidak memiliki nafsu, karena ia hanya bekerja sesuai perintah Tuhan.


Dari semua yang ada, manusia merupakan ciptaan terbaik (ahsana taqwim) dan karena itu ia diberi amanah sebagai khalifah Tuhan di bumi untuk mengurus alam semesta, sesuai visi Ketuhanan. Agar manusia bisa mempertanggung jawabkannya, ia diberi kebebasan dengan modal akal yang hanya dimiliki manusia, tidak ciptaan Tuhan yang lain. Namun posisi superioritas manusia ini tidak konstan, bisa mengalami degradasi ke level di bawah hewan jika amanah tidak dijalankan. Hal ini secara tegas digambarkan al-Qur’an pada surat al-A’raf/7: 179.
………14-01-2022

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *