PWI Dan HPN 2023 Di Medan

  • Bagikan

Dengan dilantiknya pengurus PWI daerah Sumut oleh Ketua PWI Pusat H. Atal Depari berarti PWI daerah Sumut telah siap menghadapi tugas-tugas baik yang bersifat daerah maupun bersifat nasional

Ketua PWI daerah Sumatera Utara Farianda Putra Sinik mengatakan antara lain meningkatkan kualitas wartawan anggota PWI Sumut yang beretika dan bermartabat, sepanjang kami ketahui pada umumnya anggota PWI Sumut dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya, dan senantiasa berjalan atas garis Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pokok Pers yaitu berakhlak mulia, baik dalam tutur kata maupun dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya.

Bagi surat kabar harian kalau ada berita yang masuk ke meja redaksi yang menyerang kehormatan orang lain, disaring lebih dahulu atau tidak dimuat sama sekali dan wartawannya diberi peringatan.

Berbeda hal nya dengan Medsos pertimbangan pada pribadi yang menulis untuk Medsos. Akibat kurang pertimbangan maka menjadi perkara di pengadilan karena melanggar undang-undang. Bahkan ada terjadi pembakaran rumah dan penembakan yang merenggut nyawa. Kalau mereka sudah menjadi anggota PWI, mereka yang bersikap liar harus senantiasa diawasi dan dianjurkan untuk membaca buku ilmu jiwa atau kitab agama.

Tugas Berat

Pengurus baru PWI daerah Sumut tentu telah menyadari tugas-tugas yang diemban oleh Kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Tidak lama lagi Pekan Olahraga Nasional, bukan hanya urusan Pemerintah Provinsi atau urusan KONI saja, tetapi tidak lepas bagi wartawan anggota SIWO/PWI untuk lebih menterampilkan diri dalam menulis berbagai cabang olahraga supaya enak dibaca oleh para pembaca surat kabar atau medsos (online).

Mengenai ditetapkan Medan menjadi tuan rumah Peringatan Hari Pers Nasional 2023, juga harus menjadi pemikiran pengurus dan anggota PWI Sumut untuk memberi masukan kepada pemerintah daerah Sumatera Utara.

Jangan hendaknya merencanakan satu pembangunan yang bersifat mercusuar tapi tidak menyentuh kepentingan PWI Sumut dan masyarakat Sumatera Utara. Maksud kami PWI dan anggota nya memberi masukan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara supaya ada pembangunan yang menyentuh PWI dan masyarakat Sumut.

Dengan ditetapkannya Medan menjadi penyelenggara Hari Pers Nasional 2023 jangan hanya bersifat Sumut saja, tetapi harus menunjukkan bangunan itu ada dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional 2023.

Maksud kami bangunan itu dapat digunakan oleh masyarakat dan dapat digunakan dalam rangka peringatan hari pers, dapat menampung tamu dari berbagai kota di Indonesia. Gedung itu harus megah, dindingnya mempunyai alat peredam suara. Artinya gedung itu dapat memutar film perjuangan yang di produksi di Sumatera Utara.

Film produksi Sumatera Utara dan berbagai film yang lain kini masih disimpan rapi oleh Usmar Ismail di “Pusat Perfilman Jakarta”. Film-film itu dapat dipinjam atau di sewa untuk dibawa ke daerah ini.

Maksud kami gedung yang megah atau gedung teater belum pernah ada di Medan, sebuah gedung yang megah itu setelah peringatan Hari Pers Nasional dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melangsungkan festival teater, festival musik, tari, dan lain-lain.

Di masa yang lalu festival teater dilangsungkan di bekas gedung bioskop di Jalan Bali atau sekarang Jalan Veteran, sedangkan ketika dilangsungkan kesenian wartawan yang menampilkan teater babak tunggal ‘Ayahku Pulang” dilangsungkan di gedung teater Balai Wartawan yang amat sederhana.

Memang maksud kami kalau dibangun satu gedung yang megah memerlukan dana yang besar, kalau dibangun di luar kota di tempat yang jauh mungkin tanah nya agak mahal murah tapi tidak menarik penonton untuk berkunjung.

Salah satu jalan pintas yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Sumatera Utara, yaitu gedung Balai Wartawan di Jalan Adi Negoro yang kini bernama Balai Wartawan Parada Harahap, di renovasi menjadi dua tingkat, tingkat pertama tetap sebagai kantor PWI dan hall untuk latihan olahraga dan berbagai seksi.

Tingkat II dibangun gedung Teater yang modern dan bertaraf internasional, agar dapat dimanfaatkan dalam rangka Peringatan Hari Pers Nasional. Dapat dipasang puluhan gambar pejuang pers yang telah berjuang sejak sebelum kemerdekaan dan seterusnya.

Presiden pertama Indonesia Bung Karno mengatakan senjata pertama bangsa Indosesia melawan penjajah hanya ada dua yaitu, partai dan koran, waktu itu belum ada istilah pers karena belum ada alat komunikasi yang lain. Penjajah melakukan penekanan terhadap orang-orang partai juga orang pers.

Meraka ditangkap, dipenjarakan, dan dibuang ke Tanah Merah (Papua) daerah paling kejam dengan nyamuk malarianya dan orang-orang pers juga ada yang berkubur disana.

Gairah Teater

Jangan dilupakan yang membangkitkan gairah teater tahun 1955 adalah wartawan dengan tampil di atas pentas di bekas gedung bioskop di Jalan Bali atau sekarang Jalan Veteran. Cerita yang diangkat ke atas pentas drama 3 babak yang dapat memancing penonton tertawa, padahal mereka semua wartawan.

Yang bertindak sebagai sutradaranya merangkap sebagai ayah, Arif Husin Siregar (Mingguan Taruna) sebagai Tuan Muda, Anwar Rawi wartawan “Antara” kini sebagai Staf Konsulat Indonesia di San Fransisco.

Wartawan yang berkunjung ke Amerika selalu dijamukan oleh Anwar Rawi bersama isterinya wanita Korea Selatan. Kepada tamunya yang datang dari Indonesia disajikan sayur lodeh, ikan pepes, dan sambalado.

Dalam cerita drama tiga babak itu seluruhnya wartawan kecuali seorang pemain wanita Misna Arwati yang menjadi prmiadona. Kemudian dia bermain dalam film layar lebar “Hari Libur’ kini menetap di Jakarta.

Pemain pria dalam cerita Gadis Modern ini adalah Narmin Suti wartawan Harian Mestika dan Muhammad dari Harian Mibar Umum. Seorang pemain yang berperan Kuli Kontrak penderes getah dengan berlakon bodoh, bingung menghadapi gadis. Kedua panderes getah ini bernama Basiran dan Ardi, ditugaskan menyamar sebagai Tuan Muda, padahal orangnya bernama Ardi kurus, hitam, sudah cukup memancing orang tertawa.

Akhir cerita sandiwara 3 babak ini tiba-tiba muncul sang ayah “Si Gadis Modern” yang merasa terkejut yang diharapkan Tuan Muda anak tuan kebun, ternyata yang datang menemui anak gadisnya bukan Tuan Muda, tetapi dua orang Kuli Kontrak penderes getah. Anak gadisnya disuruh masuk ke kamarnya.

Sedangkan dua Kuli Kontrak juga angkat kaki dari rumah gadis. Klimaks cerita “Si Gadis Modern” buah tangan Adlin Affandi ini menjadi ramai dengan riuh tertawa dan layar pun ditutup.

Gedung Teater

Seiring dua tahun lagi akan berlangsung Peringatan Hari Pers Nasional di Medan, maka dari sekarang harus sama-sama dipikirkan untuk membangun sebuah gedung teater, yang megah dan modern untuk berbagai festival kesenian, pameran lukisan, pemasaran berbagai produksi masyarakat Sumatera Utara.

Sumatera Utara pernah membangun studio film, studio rekaman, dan juga membeli setapak tanah seluas 5 ha, untuk tapak studio film di Sunggal yang kini statusnya “Stand Fast”. WASPADA

Penulis adalah Veteran Pejuang Kemerdekaan, Wartawan Senior.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

PWI Dan HPN 2023 Di Medan

PWI Dan HPN 2023 Di Medan

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *