Oleh : Drs. H. Hermanto
Pemilihan Bupati Aceh Singkil periode 2024-2029 semakin dekat, masyarakat mulai mengalihkan perhatiannya kepada dua tokoh sentral yang sama-sama pernah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Aceh Singkil, mereka adalah Safriadi Manik (populer disebut Oyon), yang pernah menjadi bupati periode 2012 s/d 2017 dan Dulmusrid (oopuler disebut Bengkek) yang juga pernah menjadi bupati periode 2017 s/d 2022, yang akan berlaga dalam Pilkada Aceh Singkil tahun ini.
Ya, mereka berdua saja, tidak ada calon lain, Safriadi perpasangan dengan Hamzah Sulaiman, dengan pasangan nomor urut 1 ini diusung oleh Gabungan Partai Nasdem, PKS,PDIP, Demokrat, Hanura, PNA dan Sira.
Dan Dulmusrid berpasangan dengan Al Hidayat dengan nomor urut pasangan calon 2, yang diusung oleh gabungan Partai yaitu, Golkar, Gerindra, PKB, PAN, PPP, Partai Aceh, PSI dan PBB.
Termiskin Di Aceh
Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Menyampaikan bahwa Kabupaten Aceh Singkil menduduki posisi pertama sebagai Daerah Termiskin di Aceh tahun 2024 ini. Per Agustus 2024 angka kemiskinan di Aceh Singkil menjapai 19,06 %. Predikat termiskin ini secara terus menerus disandang oleh Aceh Singkil sejak Oyon jadi bupati dan lanjut ke Bengkek.
Selama kepemimpinan kedua pejabat ini tidak ada keberhasilan dan kemajuan apapun yang dicapai. Janji dan program yang dulu mereka sampaikan tidak terwujud kecuali hanya pemanis saja dalam kampanye. Menurunkan angka kemiskinan, mengatasi banjir, membuka lapangan kerja, pengadaan air bersih, infrastruktur, pembangunan tangki CPO untuk ekspor, membenahi Ibu Kota, hanya merupakan program imajiner (angan-angan) yang mereka tawarkan kepada rakyat saat kampanye dulu.
Mereka juga tidak berhasil memanfaatkan sumber daya alam Aceh Singkil untuk membuka lapangan kerja dan peningkatan PAD. Singkatnya, mereka berdua Oyon dan Bengkek ini adalah bupati yang pernah gagal menjalankan tugasnya membangun Aceh Singkil.
Sangat disayangkan, mereka yang sudah gagal dapat bertarung lagi menjadi calon bupati. Seharusnya Parpol tidak mengeluarkan rekomendasi kepada kedua calon bupati ini. Jangan paksakan mendorong bupati yang gagal dan tidak berprestasi untuk maju lagi, harusnya ganti dengan kader yang lebih bagus.
Apa boleh buat hari kemarin sudah berlalu “Nasi Sudah Menjadi Bubur” salah seorang dari yang gagal itu pasti akan kembali menjadi Bupati Aceh Singkil periode 2025-2030.
Sekarang masa kampanye. Salah seorang tokoh masyarakat Aceh Singkil yang tidak ingin disebut namanya menyatakan kepada penulis bahwa sekaranglah saat yang tepat bagi masyarakat untuk menekan kedua calon bupati ini, mumpung mereka lagi butuh suara rakyat, caranya adalah buat fakta Integritas atau MoU dengan calon bupati untuk kerja keras dan tidak KKN demi kemajuan Aceh Singkil ke depan. Buat perjanjian di atas materai bahwa mereka akan membuka lapangan kerja, mengurai kemiskinan, mengatasi banjir, menata ibu kota dan lain-lain.
Hal ini dimaksudkan agar kalau siapapun yang terpilih nanti maka rakyat dapat menagih Fakta Integritas atau MoU tersebut. Calon yang bersedia menandatanganilah yang dipilih, yang tidak bersedia jangan dipilih.
Langkah simple dan efektif. Tokoh masyarakat tersebut juga menyampaikan agar saat debat terbuka menyampaikan visi misi atau janji-janji politik, kedua calon bupati tersebut hendaknya direkam. Rekaman ini diputar dispeaker, corong toa masjid setiap bulan. janji-janji mereka dibuat prasasti di pusat kota atau taman-taman kota, sehingga rakyat selalu mengingatnya dan sang pemenang merealisasikan janji-janjinya.
Kenginan tokoh masyarakat tersebut menunjukkkan bahwa rakyat Aceh Singkil tidak percaya lagi kepada kedua calon bupati ini. Oleh karena itu menurut penulis, dalam kampanye ini kedua calon tidak perlu lagi menyampaikan janji-janji muluk kepada masyarakat. Jangan lagi “Menjual Mimpi” kepada rakyat. Cukup kampanye saja hal-hal yang konkrit dan realistis saja. Yang mudah dicapai dan kecil-kecil saja. Jangan cet langit, meskipun program cet langit guna mendulang suara di pilkada ini, dianggap sah-sah saja.
Pemimpin Heroik
Untuk mengatasi seluruh permasalahan di Aceh Singkil dibutuhkan tipe pemimpin yang heroik seperti Rambo, dalam film Amerika. Dalam hitungan bulan, dalam hitungan tahun persoalan yang selama ini mangkrak, tidak pernah selesai itu bisa diselesaikan.
Namun kedua calon Bupati Aceh Singkil bukanlah tipe pemimpin heroik, yang berani berkorban untuk sesuatu yang benar. Yang pasti mereka tidak akan berani mengatakan “Apabila dalam 2 atau 3 tahun persoalan banjir, kemiskinan dan lain-lain tidak bisa diatasi maka saya akan mundur”. Dan tidak seorangpun berani menagih pernyataan heroik seperti itu. Ini sebenarnya perlu ditagih oleh masyarakat, supaya apa?
Supaya Pilkada Aceh Singkil ini bukan hanya sebatas formalitas dan hore-hore saja seperti pilkada 2012 dan 2017 yang lalu. Kalau ada calon yang berani menyatakan itu maka tentu akan kembali menimbulkan kepercayaan masyarakat akan pilkada ini.
Aceh Singkil pernah dipimpin oleh Penjabat Bupati yang heroik yaitu Marthunis, ST.D.E.A, yang menjadi Pj Bupati sejak Juli 2022 s/d Juli 2023. Masyarakat mengetahui dan dibicarakan secara umum bahwa Marthunis adalah sosok yang bersih dari korupsi. Beliau berani perang melawan egoisme dan keserakahan Anggota DPRK Aceh Singkil. Beliau mengurangi biaya operasional pendopo yang terlalu besar. Tidak mau menerima fee proyek. Justru rekanan yang membawa uang untuk mendapatkan proyek dikalahkan oleh Marthunis.
Pada masa kepemimpinannya gairah dan disiplin aparatur dalam melaksanakan tugas cukup tinggi. Marthunis berupaya menggunakan anggaran secara efektif dan efisien. Memperjelas arah pembangunan Aceh Singkil dengan menyusun pohon kinerja yang menjadi penyelamat anggaran daerah. Tetapi pohon kinerja ini ditentang oleh seluruh anggota DPRK Aceh Singkil, karena mereka tidak lagi leluasa menggunakan dana Pokir dan ujung-ujungnya DPRK membuat surat kepada Menteri Dalam Negeri yang isinya menolak perpanjangan jabatan Marthunis.
Pada tanggal 17 Juli 2023, di Desa Kayu Menang dalam acara ulang tahun Kowas LSG (Komunitas Warga Aceh Singkil, Lintas Sektor dan Generasi) Marthunis mengatakan akan membangun instalasi pengolahan air bersih di Kecamatan Singkil (sebelumnya beliau sukses membahagiakan warga komplek BRR menikmati air bersih). Instalasi pengolahan air bersih ini nanti akan mengairi Ibu Kota Kabupaten dan Kecamatan Kuala Baru. Sayang sekali tanggal 21 Juli 2023 jabatannya tidak diperpanjang lagi oleh Mendagri, sehingga program pro rakyat ini terbengkalai dan tidak mampu dilanjutkan oleh penggantinya.
Rakyat Aceh Singkil sekarang berada antara dua pilihan yang sulit, Oyon atau Bengkek ibarat makan buah simalakama, serba salah, maju kena, mundur kena.
Penulis adalah Pensiunan PNS.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.