Oleh Rizki Pristiandi Harahap
Kampus ini dinamakan Medan Area diambil dari filosofi peristiwa perang Medan Area. Ketika bangsa Indonesia dikuasai penjajah hanya ada satu daerah yang masih bertahan yakni Medan dengan panglima perangnya Muallim Haji Zainal Arifin Abbas. Sumatera Utara memang lumbung lahirnya para tokoh pendidikan berkaliber dunia
Kampus merupakan wadah formal bagi dosen dan mahasiwa untuk melakukan berbagai kegiatan yang bersifat edukasi akademik, baik itu penelitian, pengajaran maupun pengabdian. Di era yang terbilang disruptif ini perguruan tinggi memang dituntut untuk terus melakukan pembenahan seluruh sistem, jaringan dan perangkat yang melekat di dalamnya sesuai dengan kondisi zaman yang semakin canggih.
Jika perguruan tinggi tidak cepat beradaptasi melakukan pembenahan maka berpotensi akan tergilas oleh zaman dan jauh ketertinggalan dengan kondisi zaman seiring dengan berjalannya waktu. Salah satu indikator manusia sudah berada di era disruptif adalah dengan maraknya perangkat digital yang terkoneksi dengan seluruh perangkat satuan kerja, hal ini untuk memudahkan dan mempercepat kinerja dosen, mahasiswa dan pegawai di dalam sebuah institusi.
Saat ini kampus Universitas Medan Area (UMA) hampir seluruh aktivitasnya menggunakan cara kerja digitalisasi. Dari proses penerimaan SPMB secara online, sistem pembayaran online, presensi digital QR-Code, E-Learning, Aplikasi Kampus, Sistem Akademik kampus, Siakad, Amadi, Dashboard perkembangan kampus, E-Sertifikat, e-Journal, sistem keuangan online Sitago, dan masih banyak lagi. Ini membuktikan kampus UMA sudah bertransformasi ke sistem grand digital University.
Penggunaan sistem dari manual ke sistem digitalisasi adalah bagian dari upaya UMA dalam menciptakan lulusan mahasiswa yang inovatif, professional dan berkepribadian. Bisa dikatakan bahwa belum semua perguruan tinggi swasta yang ada di Sumatera Utara khususnya mampu menerapkan sistem digital di atas 50 persen. Inilah mengapa UMA dikenal dengan kampus sehat dan professional.
Saat ini usia UMA akan memasuki usia yang ke-40 tahun, usia kampus yang sudah matang. UMA telah melewati fase dan dinamika pasang surut. Usia kepala empat bukanlah waktu singkat dan sebentar untuk dilalui dengan mulus, melainkan butuh perjuangan dan pengorbanan yang ekstra agar kampus Medan Area ini mampu berlayar ke samudera yang lebih maju lagi.
Apalagi di era modern ini tidak semua perguruan tinggi swasta mampu melewati dinamikanya dengan baik dan tepat, bahkan ada kampus yang stagnan (tidak berkembang), ada juga kampus yang sulit berkembang. Ironisnya ada juga kampus yang ditutup oleh pemerintah secara permanen disebabkan beberapa faktor. Di era disruptif ini keinginan manusia semakin meningkat dan kompleks, peradaban manusia selalu menginginkan urusan dan pekerjaan bisa dilakukan dengan mudah, simple, dan tidak ribet. Salah satu solusi yang digunakan yakni harus dengan menghadirkan sistem digitalisasi di setiap agenda kampus.
UMA masuk dalam peringkat ke-24 tingkat nasional. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kinerja dan manajemen Rektor UMA ditambah lagi prestasi dan SDM para dosen, mahasiswa dan seluruh civitas akademika UMA. Dalam konteks sejarah ada dua hal yang melatar belakangi berdirinya UMA. Pertama, amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan turut serta mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, derasnya dorongan masyarakat yang mengingingkan dibukanya kampus perguruan tinggi swasta yang berkompeten.
Hingga kini UMA memiliki delapan fakultas; Psikologi, Pertanian, Fisipol, Hukum, Saintek, Ekonomi dan Bisnis, Teknik, dan Fakultas Agama Islam. Ada juga program pascasarjana Prodi Administrasi Publik, Manajemen, Ilmu Hukum dan Psikologi, ditambah program doktor di Prodi Pertanian, satu-satunya yang ada di Sumatera Utara.
Perubahan zaman terjadi begitu cepat, bahkan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh siapapun, sama halnya dengan peradaban manusia yang ditunutut untuk terus beradaptasi dengan segala fenomena yang akan terjadi. Untuk itulah berbagai persiapan harus dilakukan demi terwujudnya UMA kampus grand digital university.
Secara hitungan masehi, UMA berulang tahun setiap tanggal 29 April, secara administratif kampus UMA mendapatkan pengakuan izin resmi di bulan Maret 1984 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kampus ini didirikan dan diprakarsai oleh Allahuyarham Haji Agus Salim Siregar dan Allahuyarham ibu Hj. Siti Mariani Harahap. Dalam kajian studi tokoh bahwa mereka ini sangat layak disematkan sebagai tokoh pendidikan di abad ini, karena sudah berkontribusi besar bagi bangsa ini dalam membangun negeri ini kearah yang lebih baik.
Dari sisi makna nama kampus ini dinamakan kampus Medan Area diambil dari filosofi peristiwa perang Medan Area. Ketika bangsa Indonesia diserbu dan dikuasai oleh penjajah hanya ada satu daerah yang masih bertahan dan melakukan perlawanan yakni hanya wilayah kota Medan. Berdasarkan sumber sejarah, saat perang Medan Area terjadi komandan panglima perangnya dipimpin Muallim Haji Zainal Arifin Abbas, seorang tentara Hizbullah sekaligus ulama, cendekiawan dan ahli strategi perang yang dimiliki rakyat Sumatera Utara.
Sumatera Utara memang termasuk lumbung yang banyak melahirkan para tokoh pendidikan berkaliber dunia. Namun hingga kini belum semua tokoh pendidikan yang bisa dituliskan dan diungkap ke publik karena keterbatasan penelitian. Benang merah yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah adanya hubungan dekat antara perguruan tinggi dengan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Artinya setiap orang yang berjihad mendirikan perguruan tinggi maka ia termasuk sebagai mujahid pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena orang yang mendirikan perguruan tinggi termasuk orang yang cinta dengan bangsa ini. Dan jika ada pejuang kemerdekaan yang belum diketahui orang banyak maka kita dianggap melupakan peristiwa sejarah.
Eksistensi UMA diharapkan mampu menjadi oase dunia pendidikan bagi bangsa ini. Salah satu indikator peradaban sebuah negeri yakni mempersiapkan sejak dini sumber daya manusia masyarakat Indonesia yang berahlakul karimah dan memiliki budi pekerti. UMA telah mempersiapkan para ilmuan sarjana yang berkompeten dalam setiap bidangnya, sekaligus mempersiapkan calon pemimpin bangsa. Kampus ini juga sudah banyak melahirkan alumni menjadi pemimpin kepala daerah, birokrat maupun aparatur sipil negara ataupun TNI dan Polri.
Dengan demikian UMA memiliki peran strategis bagi kemajuan bangsa. Hingga kini UMA sudah memiliki alumni ratusan ribu orang yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara, mulai dari birokrat, akademisi, politisi, pengusaha, teknisi, hingga kepada aparatur sipil negara maupun swasta.
Dari sisi pengakuan lembaga pendidikan resmi UMA selalu memperoleh berbagai penghargaan maupun prestasi, baik di kancah lokal, nasional. Di antaranya pengakuan resmi dari Webomatrics dan Unirank, bahkan UMA juga masuk radar di tingkat internasional. Bahkan pada tahun mendatang UMA berpotensi besar menjadi kampus dengan predikat akreditasi unggul dengan menghasilkan lulusan mahasiswa yang inovatif, professional dan berkepribadian.
Kampus kebanggaan Sumatera Utara ini dikenal dengan kampus sehat dan BESTARI yakni kampus yang memiliki lingkungan yang bersih, sejuk, hijau, indah dan asri, ditambah lagi hutan kampus yang dihiasi kebun binatang. Inilah salah satu yang membedakan UMA dengan kampus lain. Selain itu jumlah mahasiswa saat ini berkisar kurang lebih 12 ribu mahasiswa aktif yang berasal dari penjuru Nusantara.
Dalam hal kemanusiaan UMA juga hadir untuk negeri dengan memberikan bantuan bagi masyarakat yang ditimpa musibah, baik gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, tsunami dan lain sebagainya. Misalnya banjir di kabupaten Serdangbedagai, di Langkat, Labuhanbatu, Deliserdang, Tebingtinggi, Batubara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, Tanjungbalai. Hampir seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Utara diberikan bantuan untuk meringankan duka para korban.
Bantuan ke provinsi lain misalkan gempa Palu, Sulawesi Tengah, UMA juga hadir memberikan bantuan. Juga bencana alam di Aceh Timur, Kota Langsa, Aceh Tenggara, dan Kabupaten Benar Meriah. Tidak sekedar bantuan bagi korban yang ditimpa musibah, tetapi juga kepada kaum dhuafa, anak yatim yang kesulitan hidup, fakir dan miskin juga setiap bulannya diberikan bantuan kemanusiaan melalui BKMT UMA.
Dalam bencana besar juga pernah terjadi yang menimpa negara di dunia yakni Covid-19, UMA membantu masyarakat yang terdampak di Sumatera Utara dan Aceh berupa bantuan Sembako dan uang saku. Ini menunjukkan, selain fokus pendidikan, UMA juga berkhidmat untuk negeri dan peradaban kemanusiaan. Sebab salah satu konsep dasar UMA dalam membangun lembaga perguruan tinggi adalah mengintegrasikan antara ikhtiar dengan doa. Tentunya dengan menolong sesama nilai keberkahan akan datang dari hal yang tidak disangka.
Semoga dengan genapnya usia 40 tahun, kiranya kampus UMA mampu menjawab tantangan zaman, memperbaiki kualitas sumber daya masyarakat Indonesia, menjadi solusi bagi persoalan bangsa, merawat peradaban, pendidikan dan kemanusiaan, serta terealisai menuju kampus grand digital university. Selamat Milad UMA ke-40 tahun. Mabruk alfa mabruk.
Penulis adalah Dosen Tetap STAIS Lubukpakam, Dosen Tidak Tetap UMA.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.