…mulut mereka mengatakan ia adalah HMI dan beragama Islam. Namun, di sisi lain sebagian para kader organisasi tersebut justru mengabaikan ajaran Islam, seperti mudah meninggalkan shalat, malas bepuasa, berpakaian tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan segudang pengabaian lain yang sampai saat ini masih terjadi
Tujuan pembaharuan dalam Islam adalah untuk memperkuat ajaran dan prinsip Islam kepada pemeluknya. Memperbaharui dan menghidupkan kembali prinsip dan ajaran Islam bukan hanya dilakukan di jazirah Arab, melainkan juga di berbagai benua lainnya hingga sampai ke Asia Tenggara. Begitu pula di Indonesia, ide pembaharuan Islam juga telah muncul dari sejumlah tokoh dan kelompok mulai dari sebelum kemerdekaan hingga setelah Indonesia merdeka.
Dalam konteks pasca kemerdekaan, pembaharuan Islam bukan hanya dilakukan oleh tokoh-tokoh agama dan intelektual Islam saja, melainkan termasuk pula diprakarsai oleh pemuda. Di antara sekian banyak pemuda yang ikut berkontribusi bagi pembaharuan Islam di Indonesia ialah Lafran Pane. Bersama rekan-rekannya dia berhasil menggagas dan mendirikan organisasi yang diberi nama dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi ini dideklarasikan pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta. Munculnya HMI pada tahun 1947 merupakan motor baru sebagai penggerak bagi pembaharuan Islam di Indonesia dari kalangan intelektual muda.
Dalam konteks Indonesia, kehadiran organisasi HMI adalah sebagai jawaban atas kegelisahan dalam internal umat Islam. Hadirnya HMI juga sebagai motor penggerak bagi kemajuan pendidikan, sehingga ketertinggalan umat Islam di bidang pendidikan dapat segera teratasi, dan bangsa Indonesia mampu keluar dari berbagai persoalan yang terjadi, baik persoalan agama, sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Selain itu, HMI berperan sebagai organisasi pejuang, dan membawa sebuah misi dakwah yang diharapkan mampu mengubah, merombak, memperbaiki, memperbaharui, dan menyempurnakan suatu tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masa kini, sehingga tercipta suatu tatanan baru yang berbeda dengan masa sebelumnya. Untuk itu dalam azas organisasi ini, Islam menjadi landasan utama semangat juang, karena Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya.
Keislaman HMI didasarkan pula kepada beberapa Firman Allah SWT dalam al-Qur’an, salah satunya ialah dalam QS. Al-Maidah 3: “Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Ayat tersebut mengandung substansi Islam pada organisasi HMI sebagai suatu ajaran agama yang sempurna. Dengan Islam tersebut, kader HMI diharapkan akan selalu berusaha berjuang mewujudkan keadilan, kebaikan, dan kesejahteraan masyarakat berdasarkan konsep dan ajaran Islam, yang perwujudan cita-cita Islam dalam HMI tersebut dapat diaktualisasikan dengan tiga cara, yaitu: Pertama adalah Iman yang kuat, Kedua, memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan Ketiga pengamalan dan aplikasikannya di masyarakat. Ketiga aktualisasi tersebut dikenal puladengan konsep Beriman, Berilmu, dan Beramal.
Keislaman HMI Saat Ini
Menyangkut dengan keislaman HMI, akhir-akhir ini sangatlah menarik diperbincangkan. Pasalnya, sangat banyak perilaku yang terjadi di lapangan berbanding terbalik dengan apa yang dicita-citakan dalam Misi HMI. Seolah-seolah perlu digugat, terutama apakah masih ada keislaman dalam jiwa dan ruh para kader HMI kita saat ini? Mengapa demikian? Karena selama ini jiwa para kader HMI tidak lagi mencerminkan sebagai sosok intelektual Islam, terutama dalam menjalankan segala aktivitas perjuangan yang sudah tidak lagi mengedepankan nilai-nilai dari pada ajaran Islam. Bayangkan saat ini, di mana pada mulut mereka mengatakan bahwa ia-nya adalah HMI dan beragama Islam. Namun, di sisi yang lain dalam waktu bersamaan ada sebagian para kader organisasi tersebut justru mengabaikan ajaran Islam itu sendiri, seperti sebagian mereka dengan mudah meninggalkan shalat, malas bepuasa, berpakaian tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan segudang pengabaian lain yang sampai saat ini masih terjadi.
Kenyataan lainnya, terdapat pula sikap yang terkesan aneh dan kontradiktif, di mana mereka akan sangat marah jika dikatakan bukan Islam, walaupun dalam perilaku dan tindak-tanduknya justru bertentangan dengan nilai Islam. Hal ini juga terbukti dan masih bisa kita saksikan sendiri hingga saat ini. Sungguh cukup mengecewakan, kejadian ini terjadi hampir seluruhnya pada kader Insan Cita Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), padahal mereka telah dibai’at secara baik dalam Latihan Kepemimpinan (LK) dengan semangat tujuan HMI sebagai insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah swt. Begitu pula sebagaimana yang dituliskan oleh Said Muniruddin dalam buku Bintang ‘Arasy: Tafsir Filosofis –Gnostik Tujuan HMI, di sana sangat jelas dirangkum tentang bagaimana keislaman HMI dan makna dari pada tujuan HMI.
Solusi Terakhir
Kepada generasi tercinta HMI, janganlah ber-HMI secara setengah hati saja, melainkan be-HMI-lah secara benar-benar sehingga dapat memahami hakikat dan tujuan dari pada organisasi terhadap konsep keislaman, azas Islam, dan memperjuangkan Islam untuk mencapai cita-cita bersama. Sebab, sering kali selama ini kader HMI ketika telah selesai melakukan Latihan Kepemimpinan (LK) sangat jarang dan bahkan tidak lagi memperdalam keilmuannya terhadap konsep keislamannya. Akibatnya pula, banyak kader-kader HMI salah kaprah dalam bertindak, dan banyak pula dari pada mereka melakukan tindakan di luar batas kewajaran, seperti mementingkan ego pribadi, tidak mau mengalah di mana hal ini berbuntut panjang kepada konflik kepentingan. Padahal dalam Islam tidak diajarkan nilai-nilai seperti demikian.
Perlu kita pahami bersama bahwa hadirnya HMI sebagai jalan keluar dan semangat untuk menegakkan kemerdekaan jiwa manusia sejati, termasuk landasan berpikir serta way of life manusia dalam menjalani kehidupannya, mulai dari kehidupan diri sendiri sampai dengan kehidupan komunal bermasyarakat dan bernegara. Untuk itu, kembalikanlah marwah HMI ini dengan cara-cara baik, dan buatlah model pengkaderan yang baik. Begitu juga dengan performa HMI agar diubah dengan mengisi organisasi ini dengan orang-orang yang baik, terutama orang-orang yang memiliki visi hebat yang memandang jauh ke depan, produktif, dan berakhlak mulia. Jangan sampai organisasi ini diisi oleh orang-orang yang tidak mempunyai visi. Buatlah HMI ini dikagumi kembali dan diterima kembali oleh berbagai kalangan, terutama melalui pikiran-pikiran kritis, dan gagasan pembaharuan untuk pembangunan.
Karena itu marilah kita rawat organisasi HMI sebagai Rumah Keislaman kita bersama yaitu rumah para generasi muda Islam (Insan Cita) di Indonesia, dan marilah kita semua kembali kepada ajaran Islam sebagai ruh perjuangan. Jangan sampai Rumah Keislaman kita yang telah dibangun oleh generasi pendahulu kita rusak dengan mudah. Karena apabila Rumah Keislaman itu telah rusak, maka tidak akan semudah membalikkan telapak tangan kita untuk memperbaikinya.
Belajarlah dari sejarah pahit masa lalu, terutama kemunduran Islam di Abad Tengah hingga Abad Modern yang disebabkan karena banyak umat Islam telah meninggalkan nilai-nilai keislaman sebagai ruh perjuangan. Semoga kader-kader HMI kita senantiasa menjaga Islam, dan mengembalikan Islam ke dalam jiwa dan ruh semangat juang. Selamat Ber-HMI. Semoga Allah SWT meridhai, Wallahualam Bissawab.
Penulis adalah Doktor Dalam Bidang Total Quality Management in Islamic Education) &
Dosen pada Universitas Bina Bangsa Getsampena Banda Aceh
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.