Mencari Yang Halal: Investasi Berkah Dalam Kehidupan

  • Bagikan
Mencari Yang Halal: Investasi Berkah Dalam Kehidupan

Oleh: Dr. Bukhari, M.H., C.M.

Dalam sebuah kesempatan, Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., dengan bijak mengingatkan kita bahwa “mencari yang halal walaupun sedikit lebih berkah daripada banyak tapi haram.” Pernyataan ini seolah menjadi cermin yang memantulkan wajah kehidupan kita sehari-hari. Di tengah godaan harta melimpah dan jabatan gemilang, esensi keberkahan seringkali terlupakan. 

Kehalalan: Pilar Hidup Yang Sering Terabaikan

Dalam Islam, kehalalan bukan sekadar label; ia adalah prinsip hidup. Rasulullah SAW bersabda, *“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik” (HR. Muslim)*. Hadis ini menegaskan pentingnya memastikan bahwa setiap langkah kita, termasuk dalam mencari rezeki, harus berlandaskan kehalalan. 

Namun, realitasnya sering berbanding terbalik. Dalam dunia kerja maupun politik, ada yang tergoda dengan cara-cara haram untuk mendapatkan jabatan atau keuntungan finansial. Padahal, jabatan yang diraih dengan jalan curang atau pendapatan yang diperoleh dari sumber tidak halal hanya akan menjadi sumber petaka, bukan keberkahan. 

Sedikit Tapi Berkah Lebih Bermakna

Hidup tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa berkah yang menyertainya. Keberkahan adalah konsep spiritual yang seringkali tidak kasat mata tetapi terasa dalam kehidupan. Harta sedikit yang halal dapat memberikan ketenangan hati, kesehatan keluarga, dan keberlanjutan usaha. Sebaliknya, harta berlimpah yang haram justru kerap membawa masalah, seperti konflik keluarga, penyakit, atau kegelisahan jiwa. 

Mencari rezeki yang halal memang membutuhkan kesabaran dan kerja keras. Sebagaimana seorang petani yang menanam padi, ia harus bersabar hingga padi tumbuh, berbuah, dan siap dipanen. Namun, ketika panen tiba, ia akan merasakan manisnya hasil jerih payah tersebut. 

Jabatan Halal: Tanggung Jawab Dunia dan Akhirat

Pernyataan Menteri Agama juga relevan dalam konteks jabatan publik. Jabatan bukanlah sekadar posisi yang membanggakan, melainkan amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Jabatan yang diraih melalui cara-cara halal akan memberikan kemuliaan. Sebaliknya, jabatan yang diperoleh melalui suap, manipulasi, atau kecurangan hanya akan menjadi beban dosa. 

Sebagai contoh, dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang sangat menjaga kehalalan dalam setiap kebijakannya. Ia bahkan memadamkan lampu istana jika pembicaraan beralih dari urusan negara ke urusan pribadi. Sikap ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kehalalan, bahkan dalam hal-hal yang tampak sederhana. 

Menjadi Pribadi Yang Berkah

Mencari yang halal bukan hanya soal harta atau jabatan, tetapi juga soal membangun integritas diri. Kita harus membiasakan diri untuk berkata jujur, bertindak adil, dan menjauhi segala bentuk kecurangan. Dalam jangka panjang, hidup yang dilandasi kehalalan akan memberikan kebahagiaan yang sejati. 

Sebagai penutup, mari kita renungkan kembali pesan Menteri Agama: “Pendapatan dari jabatan yang halal itu lebih baik.” Pesan ini sederhana namun mendalam. Semoga kita semua mampu menjadikan kehalalan sebagai prinsip utama dalam hidup, karena di dalamnya terdapat keberkahan dunia dan akhirat. 

Penulis adalah Akademisi dan Praktisi Hukum di IAIN Lhokseumawe, Advokat, dan Konsultan Hukum di LBH Qadhi Malikul Adil.


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Mencari Yang Halal: Investasi Berkah Dalam Kehidupan

Mencari Yang Halal: Investasi Berkah Dalam Kehidupan

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *