Oleh Tantomi Simamora
…fenomena yang terjadi di masyarakat, sebagian orang yang rela menjual segalanya dan melakukan apapun demi mendapatkan sebuah pekerjaan yang mapan, bahkan terkadang harus dengan menghalalkan segala cara demi mendapatkan sebuah pekerjaan yang mendapatkan gaji seperti para pegawai atau pekerjaan kantoran
Gelar sarjana sesungguhnya tidak menjamin kesuksesan seseorang. Banyak orang yang sukses tanpa harus menyelesaikan pendidikan tinggi Steve Jobs, Bill Gates, Mark Zuckerberg dan lain sebagainya adalah beberapa bukti yang bisa mencapai kesuksesan dengan kerja keras dan dedikasi mereka.
Menyandang Gelar sarjana tentunya adalah hal yang sangat membanggakan bagi seseorang, karena dengan menjadi sarjana, kita akan memiliki gelar yang tinggi yang tentunya sedikit akan memuluskan jalan untuk mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan yang tentunya bisa mendapatkan posisi jabatan yang strategis. Tetapi bagaimana kalau ada seorang yang telah mendapatkan gelar sarjana dan lulusan dari universitas ternama, namun kenyataannya ia memilih jalan lain, ia membuang gelar sarjananya untuk mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusannya.
Mungkin bagi sebagian orang masalah ini memang terdengar aneh, sudah mendapat gelar sarjana, tapi malah tidak memanfaatkan ijazah yang sudah dia dapatkan. Tetapi itulah yang terjadi pada sebagian orang di negeri tercinta kita ini. Jika ada seorang sarjana namun memilih untuk tidak bekerja di suatu perusahaan atau pegawai atau apalah namanya, tapi memilih terjun kebidang lain, pastinya akan banyak yang berkata bahkan menghina, sudah sarjana kok gak kerja, besuk mau jadi apa. Karena kebanyakan dari mereka beranggapan, seorang sarjana itu harus berseragam, dan pakaian yang digunakan waktu kerja harus rapih dan bekerja diruangan yang ber ac dan ngumpulnya dengan komunitas kelas atas.
Tidak sedikit kita lihat fenomena yang terjadi di masyarakat, sebagian orang yang rela menjual segalanya dan melakukan apapun demi mendapatkan sebuah pekerjaan yang mapan, bahkan terkadang harus dengan menghalalkan segala cara demi mendapatkan sebuah pekerjaan yang mendapatkan gaji seperti para pegawai atau pekerjaan kantoran. Padahal sarjana juga manusia, yang bisa menentukkan jalan hidupnya masing-masing, tidak harus menjadi pegawai, atau pekerja kantoran.
Semua punya kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, meskipun di bayang-bayangi gelar sarjana yang tinggi, tidak ada yang berhak mematok seorang sarjana harus menjadi pegawai. Buktinya banyak seorang sarjana yang memilih mempunyai usaha sendiri, mulai dari pedagang, menawarkan jasa, bahkan sampai bertani, dan hasilnya mereka bisa meraih sukses di bidangnya masing-masing. Jadi jangan pernah menganggap hina seorang sarjana yang akhirnya memilih untuk berkiprah di dunia usaha, meskipun harus memulainya dari awal.
Menjadi seorang sarjana dalam mencari pekerjaan bukanlah harus menjadi pegawai atau pekerjaan kantoran, jika semua menjadi pegawai atau pekerja kantoran, maka tidak akan ada yang mengisi pekerjaan yang lain, bahkan akan banyak lagi pengangguran di negeri ini.
Padahal belum tentu lebih mapan orang yang bekerja di kantoran dari pada di lapangan. Menjadi seorang sarjana saat sekarang tidak perlu menunggu pekerjaan yang mapan, yang terpenting adalah kerjakanlah apa saja yang dapat dikerjakan, meskipun pekerjaan itu kecil dan tidak mendapatkan penghasilan yang banyak, tetapi apabila dikerjakan dengan rutin pasti akan membuahkan hasil yang banyak juga.
Sarjana adalah produk perguruan tinggi yang tidak hanya mementingkan pekerjaan, tetapi harus menjunjung tinggi ajaran agama. Jika seorang yang menyandang gelar sarjana ternyata hanya mementingkan pekerjaan dan menyampingkan agama, maka sama saja pendidikan tinggi sebagai ujung tombak dari dunia pendidikan tidak berhasil dalam mendidik mahasiswa.
Menanggapi permasalahan yang sangat urgen saat ini, banyaknya mahasiswa yang menganggur atau tidak mendapatkan pekerjaan, seharusnya menjadi bahan perhatian utama Pemerintah, baik pemeritahan daerah maupun pemerintahan pusat. Termasuk dalam memposisikan tenaga kerja asing di negeri ini, agar tidak memposisikan kedudukannya kepada pekerjaan yang terpenting dalam suatu lembaga atau perusahaan. Kemudian Pemerintah juga mesti menyiapkan perguruan tinggi yang siap untuk dipekerjakan dengan kompetensi yang cukup dan mampu bersaing, baik di tingkat nasional maupun internasionla.
Kemudian yang paling terpenting adalah kepada mahasiswa yang sedang sekolah dan akan melanjutkan pendidikannya kepada perguruan tinggi ataupun yang sedang menjalani perkuliahan saat ini, agar dalam menjalaninya dengan niat yang tulus dan penuh sungguh-sungguh dari hati yang paling dalam. Artinya kuliah tidak hanya sekedar ikut-ikutan atau hanya karena mengikuti keinginan orang tua saja menjadi seorang sarjana yang akan mendapatkan pekerjaan kantoran atau pegawai negeri.
Seorang mahasiwa hendaknya lebih bijak dalam memilih jalan hidup dan pekerjaannya, seorang mahasiswa harus memiliki pendirian yang teguh yang tidak bisa dipengaruhi oleh orang lain, meskipun orang yang paling terdekat, jika berkaitan dengan cita-cita, lebih baik dipikirkan dengan matang. Keinginan sukses itu hendaknya datang dari diri seorang mahasiswa yang terus melakukan upaya untuk kesuksesan.
Mahasiswa seharusnya terus melakukan pembaruan terhadap dirinya dan kepada orang lain ataupun masyarakat. Tentu kita tidak menginginkan adanya mahasiswa yang tidak bersemangat dalam belajar dan menjadi virus penyakit kebablasan intelektual yang ada di tengah-tengah keberadaan mahasiswa. Mahasiswa sebagai agen of change atau agen pembaruan meskinya bisa menjadi generasi yang cerdas dan produktif.
Memang pilihan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi merupakan satu keputusan yang cerdas dan menentukan keberhasilan diri, agar menjadi orang yang bermanfa’at. Kuliah bukan karena gengsi atau hanya sekedar untuk meningkatkan derajat karena mendapatkan gelar mahasiswa semata.
Maka kaitannya juga dengan perguruan tinggi, hendaknya terus melakukan pembaruan pendidikan, terutama dalam bidang pendidikan vokasi, agar mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi menjadi generasi yang cerdas dan produktif, sehingga ijazah dan gelarnya tidak terbuang begitu saja, karena tidak bisa dimanfaatkan.
Penulis adalah Guru Pesantren Modern Unggulan Terpadu “Darul Mursyid” (PDM) Kab. Tapanuli Selatan.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.