Meski bernama “Waroeng Padang Lapek” tidak saja nasi padang, rendang, soto padang, sayur nangka, ikan bakar, ikan balado, lontong, gulai kikil, tetapi juga menyediakan lupis Medan, lontong Medan, dan empek-empek
Belanda adalah negara penjajah Hindia Belanda ( Indonesia sekarang) selama ratusan tahun. Selama menjģajah di negeri ini banyak sekali warisan budaya bangsa yang dibawa dan tersimpan di ratusan musium Belanda. Warisan budaya itu yakni artefak kebudayaan dari bermacam suku atau etnik dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua dan Kalimantan terpelihara baik di ratusan museum yang tersebar di Belanda.
Tidak hanya warisan budaya yang masih terjaga bagus, kuliner atau masakan dengan bumbu dari berbagai etnik dari bekas negeri jajahannya sejak lama tersedia dan mudah dijumpai di kota besarl.Juga sejak lama kuliner atau masakan dari kelompok etnik atau juga kombinasi makanan lokal yang disebut masakan Indonesia dikomersialksn alias dijual di gerai-gerai rumah makan di kota- kota besar Belanda. Orang Belanda atau diaspora Indonesia yang kangen dengan makanan nasional akan bertandang dan mencari makanan berselera lidah kampung asalnya.
Di Amsterdam, Rotterdam, Leiden dan Den Haag mudah dijumpai makanan nasional (Indonesia). Sate, gado-gado, kerupuk, ayam goreng, nasi padang, tahu, tempe, bakwan, tahu isi, ikan bakar, sayur asam, sayur nangka dan sebagainya tersedia di resto makanan Indonesia. Di Leiden misalnya ada resto Selera Nusantara yang berlokasi di dekat stasiun Leiden Centraal menyediakan makanan Nusantara.
Meskipun menyediakan sate, gado-gado dan sejenis makananyang berbumbu cabai, resto di Leiden ini tidak terlalu ramai disambangi orang Indonesia. Sebabnya Leiden kota pelajar (mahasiswa) yang berasal dari negara di seluruh planet bumi. Pelajar dan mahasiswa yang studi sarjana, master dan doktoral tentu lebih banyak memasak sendiri sesuai dengan lidah dari negara asalnya.
Memasak sendiri lebih hemat dan membuat pengeluaran mahasiswa semakin hemat. Jika setiap harinya harus makan di resto makanan Indonesia misalnya tentu akan menguras beasiswa studi. Sebagian besar mahasiswa di Leiden biaya kuliahnya berasal dari beasiswa dari negaranta, kalaupun tidak tentu dibiayai orang tuanya. Tersebab itu resto masakan Indonesia tidak banyak disambangi mahasiswa juga masyarakat Leiden sendiri lebih memilih memasak atau mengonsumsi mekanan barat ketimbang masakan lain.
Karena itu resto makanan Nusantara di Leiden jika saya melewatinya terlihat biasa- biasa saja dan tidak terlalu banyak pengunjung yang menikmatinya. Tidak terlihat pelayan sibuk meladeni pembelinya. Selain ini resto Italia, Argentina, Vietnam, Tionghoa juga terdapat di Leiden.
Berbeda dengan Leiden, di Den Haag lebih banyak resto makanan internasional seperti Thai Food, Chinese food, resto berkuisin barat dan tentu saja resto Nusantara.
Den Haag lebih ramai dari Leiden terutama lagi di sini terdapat berbagai kedutaan besar dari berbagai negara. Di sekitar Passage Centrum Den Haag berjajar gerai makanan macam selera dari aneka negara. Ada kuliner Tionghoa, Vietnam, Argentina, Filipina, Turki, Indonesia dan sebagainya.
Di Den Haag terdapat resto kuliner nasional yang menyediakan antara lain soto, bakso, empek-empek dan lainnya. Salah satu resto kuliner masakan Padang paling terkenal adalah Waroeng Padang Lapek yang berlokasi di antara belantara pertokoan di sentrum kota Den Haag.
Meski bernama “Waroeng Padang Lapek” tidak saja nasi padang, rendang, soto padang, sayur nangka, ikan bakar, ikan balado, lontong, gulai kikil, tetapi juga menyediakan lupis Medan, lontong Medan, dan empek-empek. Soto dan sate padang lazim dijumpai kedai nasi padang di mana pun tempatnya. Namun lontong dan lupis Medan yang terbuat dari ketan (pulut) jarang sekali disediakan dan dijual di kedai nasi Padang.
Kedai nasi padang hanya menyediakan kuliner yang bersantan dari tempat asalnya. Di Waroeng Padang Lapek, meski terlihat pekat muatan padangnya semisal nama lapek, tetapi menjual juga kuliner yang bukan dari daerah asalnya. Soto dan lupis Medan jelas bukan dari Minang, tetapi dari Medan. Lontong padang dan lontong Medan tidak sama berbeda ingridien atau bumbu dan berbeda rasa dengan lontong padang.
Pun empek-empek dengan kuah cukanya yang khas bukan berasal dari Minang, tetapi dari Palembang. Palembang terkenal dengan empek-empeknya. Sedangkan di Padang -Sumatera Barat tidak ada sebutan empek-empek Padang. Yang selalu terdengar akrab di telinga empek-empek Palembang. Namun di Waroeng Padang Lapek tersedia soto dan lupis Medan dan empek- empek.
Publik penikmat masakan Padang pasti makfum kalau soto dan lupis Medan bukan berasal dari wilayah provinsinya. Karena untuk lebih membumikan kuliner nasional Waroeng Padang Lapek memasukkannya ke dalam rumpun masakan padang.
Memasukkan kuliner dari daerah lain tidak bisa disebut sebagai kuliner nasional tidak saja karena bumbunya berbeda juga mencampuradukkan berbeda rasa kulinerl tidak sendirinya menjadi kuliner nasional. Nasi padang, soto medan dan empek-empek adalah kuliner daerah. Kuliner daerah yang kemudian menjadi terkenal dan disukai khalayak luas bukan pula berubah menjadi kuliner nasional.
Tetapi yang pasti bila orang Indonesia melancong, berbisnis, bekerja atau bertugas di Den Haag jika mencari makanan bergulai, bersantan atau juga kangen lidah makanan padang dapat memenuhinya kangen lidahnya ke Waroeng Padang Lapek. Saban harinya resto ini dikunjungi banyak orang tidak saja dari orang daerah Indonesia yang bermukim dan melancong atau urusan lainnya ke kota bertempatnya Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Belanda juga orang asing yang berada di kota ini.
Gerai kuliner nasional tidak pernah sepi dan terus menampakkan kesibukannya meladeni aneka ragam kelompok etnik dan orang yang ingin melahap soto padang. Kedai Warownf Padang Lapek sangat populer di Belanda khususnya Den Haag. Jika orang Indonesia melancong dan pegawai yang berdinas ke Belanda terutama Den Haag akan mencoba mencicip kuliner campuran Padang, Medan dan Jawa di Warung Padang Lapek Ijo.
Pelancong dan pegawai yang bertugas ke Den Haag pasti akan penasaran mencari resto campuran kuliner ini. Dalam kaitan inilah Waroeng padang Padang Lapek berfungsi sebagai kuali pertemuan orang Indonesia di Belanda. Di resto ini juga kuliner lokal Padang, Medan dan Jawa terus dikenalkan, dinikmati dan disebarkan ke dunia internasional.
Penulis adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.