Oleh: Dicky Ardiansyah Aceh, Riki Priyandi, Elisabet Siahaan
Pengaturan kerja fleksibel yang diberlakukan telah banyak menarik minat para karyawan dewasa ini. Nah, masalahnya sampai kapan felxi time dalam bekerja diterapkan? Seefektif apakah penerapannya? Bersediakah para karyawan membatasi masa flexi time atau bahkan terus menerapkannya dalam menunjang kebutuhan kerja mereka?
Contoh paling umum dari FWA (flexi work arrangement) adalah waktu fleksibel, yang memungkinkan karyawan untuk menentukan waktu mulai dan selesai kerja mereka, dan tempat fleksibel yang memungkinkan karyawan untuk bekerja secara remote.
Terdapat beberapa jenis work flexible arrangement yang dapat diterapkan dalam lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa contoh;
- Flextime: Arrangement ini bisa saja para karyawan dapat memilih kapan jam masuk dan pulang mereka sendiri dalam batasan waktu tertentu dan disepakati sebelumnya.
- Remote work: sering disebut dengan telecommuting atau bekerja dari rumah, arrangement ini bisa saja para karyawan dapat mengerjakan tugas pekerjaan mereka di luar kantor tradisional.
- Compressed workweek: karyawan bekerja tetap selama jam kerja penuh, tetapi mengkompres jadwal kerja mereka.
- Job sharing: ada dua atau lebih karyawan dengan berbagi tanggung jawab atau tugas dari posisi pekerjaan yang setara.
- Flexplace: Memungkinkan karyawan untuk bekerja dari lokasi yang tidak sama, seperti di cabang lain atau suatu ruang yang dapat digunakan secara bersama-sama.
- Reduced hours: bisa saja karyawan memilih dengan mengurangi jam kerja, dimana mereka bekerja lebih sedikit jam perhari atau perminggu.
- Shift swapping: karyawan bisa saja saling menukar jadwal kerja dengan rekan kerja yang lain untuk mengakomodasi kebutuhan yang lain atau preferensi pribadi pada karyawan tersebut.
- Phased retirement: bisa saja karyawan secara bertahap beralih dari pekerjaan penuh waktu ke masa pensiun. Pengaturan ini seperti pengurangan jam kerja dan perubahan peran
- Flexible breaks: Karyawan dapat mengambil istirahat yang lebih lama selama hari kerja, sehingga para karyawan ini dapat mengelola komitmen pribadi atau melakukan aktivitas yang mendukung lainnya untuk keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Penting untuk dicatat bahwa ketersediaan dan kesesuaian work flexible arrangement ini dapat bervariasi tergantung pada organisasi, industri, dan persyaratan pekerjaan. Perusahaan mungkin memiliki kebijakan dan panduan khusus untuk menerapkan work flexible arrangement ini.
Berdasarkan hasil survei pada awal Juni 2023, terkait Work Flexible Arrangement (WFA) kepada karyawan dari berbagai bidang yang tersebar di 22 kota di Pulau Sumatera, dengan 120 responden yang menjawab pertanyaan. Para responden memiliki keahlian yang beragam diantaranya Accounting Operations, Transport and Datacenter, Corporate Communication, Customer Care, General Affair, Human Capital Management, Logistics Channel Operations, Marketing Communication, Service Quality Assurance dan bidang lainnya. Hasil Survey Work Flexible Arrangements dijelaskan di bawah ini:
- Meningkatkan Motivasi dan Keterlibatan Dalam Pekerjaan
Hasil survei menunjukkan bahwa, 50% responden setuju jika WFA dilakukan, karena akan meningkatkan motivasi bekerja dan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam bekerja, dan 40% lainnya memberikan tanggapan sangat setuju. - Lebih Produktif Berkontribusi
Dengan adanya WFA, maka 51% dan 33% menyatakan lebih produktif dalam berkontribusi pada perusahaan. WFA berdampak pada produktivitas karyawan menjadi meningkat. - Dapat Diterapkan Kepada Seluruh Karyawan
Dengan survei ini didapatkan hasil, bahwa 44% responden dan 33% menyatakan setuju dan sangat setuju jika WFA diterapkan pada seluruh karyawan tanpa melihat level/jabatan dari masing-masing karyawan. - Komunikasi dan Kontrol Tim Leader
Berdasarkan survei yang dilakukan, dengan adanya WFA, 51% menyatakan setuju, 26% memberikan informasi sangat setuju, yang mana komunikasi dan kontroling antara team leader dapat berjalan efektif dan memadai.
WFA bermanfaat langsung kepada karyawan seperti:
- Meningkatkan Kualitas Hidup
Pada pelaksanaan WFA, para responden yang terdiri dari 47% menganggap setuju WFA ini dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Sedangkan 40% justru menyatakan sangat setuju mendukung pernyataan tersebut. - Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan para responden baik-baik saja selama WFA sebanyak 45% menjawab setuju dan sangat setuju 43%. Jika digabungkan jumlah responden ini, maka hampir semua responden menyepakati, WFA berdampak positif bagi kesehatan para karyawan. - Mengurangi Tingkat Stress
Di survei ini, 43% sangat setuju dan 39% setuju, dengan adanya WFA, dapat membantu mengurangi tingkat stress yang dihadapi oleh karyawan. - Breaktime Lebih Teratur
Untuk kesempatan breaktime, karyawan memiliki banyak kebebasan dalam mengatur bagaimana jadwal mereka bekerja. Pada hasil survey memberikan informasi, 47% setuju dan 34% sangat setuju jika WFA menjadikan breaktime lebih dapat dikontrol.
Jumlah Hari WFA Di Luar Kantor
Setiap satu pekan, lamanya periode yang disarankan oleh para responden untuk menerapkan WFA di luar kantor cukup beragam. Saran tertinggi, 44.2% atau 53 responden cukup 2 hari saja, 30.8% mengungkapkan 3 hari adalah waktu yang cocok untuk melakukan WFA. Ada responden atau 10% menyatakan, bahwa 1 hari saja sudah layak untuk realisasi WFA bagi karyawan.
Lokasi Penerapan WFA
Sebanyak 49% responden menyatakan rumah merupakan lokasi favorit saat bekerja. Selanjutnya 29% responden menyatakan bahwa WFA dapat dilaksanakan dimana saja. Pilihan berikutnya adalah café atau tempat umum, ada 13% yang memilih cafe untuk melaksanakan WFA. Cafe dapat memberikan suasana berbeda, memberikan inspirasi dan kreativitas baru.
Disarankan selama penerapan pengaturan kerja fleksibel (WFA) diharapkan perusahaan melakukan analisis beban kerja sehingga dapat menyesuaikan tempo dan beban kerja karyawan selama penerapan pengaturan kerja yang fleksibel. Level top manajemen atau atasan juga dapat menyusun program kerja dengan mempertimbangkan beban kerja serta kesiapan karyawan, serta memberikan kepercayaan, sehingga proses pengawasan secara virtual dapat berjalan dengan efektif.
Tulisan ini juga membuktikan bahwa bekerja secara fleksibel dapat memberikan dampak yang baik bagi kepuasan kerja karyawan, work life balance, kesehatan dan kualitas hidup yang semakin baik, stress kerja yang terkendali, dan kinerja karyawan meningkat. Perubahan tersebut dapat dilakukan secara bertahap, diikuti dengan sarana dan prasarana pendukung untuk bekerja secara fleksibel, tentu disertakan dengan pengawasan yang baik, agar organisasi tetap berjalan sesuai dengan tujuannya.
Sebagai kesimpulan, berbagai pihak baik di sektor pemerintahan maupun swasta, begitu pentingnya memiliki SDM unggul menuju revolusi industri 5.0. Perlunya kesungguhan hati atau keseriusan setiap pihak untuk meningkatkan kualitas SDM yang unggul Bangsa Indonesia. Bahwa siapa saja yang berperan di dalamnya agar terus memiliki energi semangat dan fokus memberikan kontribusi.
Hal yang harus dilakukan agar SDM Indonesia unggul dan siap memasuki revolusi Industri 5.0 diantaranya dengan focus pada peningkatan penyelenggaran pendidikan dan pelatihan keterampilan seperti kurikulum yang relevan. Selain itu pula lebih intens terhadap pengelolaan leadership, penelitian dan pengembangan pada fasilitas dan system digital, implementasi kesetaraan gender dan menerapkan inklusi (menyertakan semua individu tanpa memandang keberagaman dan perbedaan).
Dapat juga diperhatikan aktivitas kolaborasi bisnis dan pendidikan yang lebih sering dilakukan, peraturan dan kebijakan yang ada perlu disesuaikan, serta siapapun yang terlibat dapat berinovasi dan meningkatkan kreativitas menuju era Revolusi Industri 5.0.
Penulis adalah mahasiswa dan dosen Program Studi Doktoral Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, USU.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.