Oleh Neni Juli Astuti, S.T., M.Si.
Beberapa negara menerapkan pembelajaran inklusif untuk menciptakan kenyamanan peserta didik berpartisipasi mencapai kompetensinya. Pendekatan deep learning berbasis mata pelajaran, rumpun, antardisiplin bahkan transdisiplin secara kontekstual
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, kini sedang memacu dan berusaha keras untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Indonesia. Di berbagai kesempatan Prof Dr Abdul Mu’ti, M.Ed., Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah menekankan peran krusial guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan tenaga pendidik menjadi sangat penting karena pendidikan yang maju ditentukan oleh guru yang kompeten. Meskipun teknologi berkembang pesat, peran guru tetap tak tergantikan dalam proses pembelajaran. Dirinya menyoroti pentingnya penguasaan kompetensi akademik, pedagogik, sosial, dan moral bagi setiap guru. Sebab hal ini akan berdampak langsung pada motivasi dan rasa percaya diri peserta didik dalam menjalani proses belajar.
Untuk mengakselerasi ini, pendidikan dasar dan menengah di Indonesia harus secara cepat dan tepat menyiapkan generasi muda Indonesia yang kompeten untuk menyongsong masa depan. Diperlukan inisiatif dan upaya yang lebih kuat dan kreatif untuk mengakselerasi dampak pendidikan melalui berbagai pendekatan pembelajaran, yang salah satunya pendekatan Deep Learning atau disebut sebagai Pembelajaran Mendalam (PM).
Persoalan Pendidikan
Apa sesungguhnya Deep Learning atau disebut sebagai Pembelajaran Mendalam (PM)? Dan bagaimana kondisi dan tantangan Pendidikan Indonesia. Pendekatan Deep Learning atau disebut sebagai Pembelajaran Mendalam (PM) menekankan pembelajaran yang mendalam, kontekstual, dan bermakna, sehingga mendorong kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan penyelesaian masalah. Pembelajaran Mendalam meliputi pemahaman dan keterkaitan hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural dan kemampuan untuk mengaplikasi pengetahuan konseptual pada konteks yang baru (Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, 2025:2).
Pendekatan ini, merujuk pada karya Michael Fullan, Joanne Quinn, Joanne McEachen, Deep Learning: Engage the World Change the World (2017) akan dipermudah dengan pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar, sekaligus memanfaatkan praktik-praktik baik yang sudah ada. Dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian, kemampuan berpikir adaptif yang dikembangkan melalui PM menjadi bekal penting bagi generasi muda.
Dalam karya Michael Fullan lainnya, Deep Learning: Dive into Deep Learning & Engage the World Change the World disebutkan bahwa deep learning adalah alat yang dibutuhkan pendidik untuk membangun dan mendorong pengalaman pembelajaran mendalam yang bermakna guna mengembangkan jenis pola pikir dan pengetahuan yang penting untuk menjadi agen perubahan yang memecahkan masalah dalam masyarakat global kita. Deep learning yang menyediakan jalur untuk mengembangkan enam kompetensi global yang dibutuhkan untuk berkembang di dunia yang kompleks — karakter, kewarganegaraan, kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemikiran kritis.
Bagi Indonesia, penerapan deep learning berada pada momentum yang krusial. Berdasarkan kurva laju pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk usia wajib belajar diprediksi akan segera diikuti oleh fase penurunan. Pendidikan harus memanfaatkan momentum puncak jumlah penduduk usia produktif yang ditujukan meraih bonus demografi. Data proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2050, jumlah penduduk usia di atas 65 tahun akan bertambah hampir tiga kali lipat, sementara jumlah anak usia sekolah akan berkurang signifikan. Dengan demikian, sistem pendidikan harus segera bertransformasi untuk menyiapkan generasi produktif yang berkualitas saat puncak demografi terjadi, sekaligus memastikan Indonesia siap menghadapi tantangan populasi usia lanjut di masa depan (Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, 2025:3).
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia dalam usaha penerapan deep learning ini tentu bukan tanpa alasan mengingat kompleksitas Pendidikan kita yang memerlukan “jalan dan alternatif “ untuk menyelesaikannya.
Kita memahami, Indonesia menghadapi berbagai tantangan masa depan yang menuntut persiapan yang sangat serius pada sektor pendidikan. Berbagai tantangan tersebut meliputi kehidupan masyarakat yang akan semakin kompleks, dinamis, tidak pasti, tak terduga dan ambigu yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada saat yang sama, kehidupan masyarakat akan semakin diwarnai keberagaman sehingga juga akan rentan konflik. Karena itu, pendidikan di Indonesia saat ini perlu segera menyiapkan peserta didik agar mampu mandiri, mampu menghadapi tantangan, mengatasi rintangan, dan bahkan menjadi agen perubahan yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan.
Generasi muda Indonesia perlu dididik agar ulet dan memiliki daya tahan tinggi dalam menghadapi tantangan dan mengatasi konflik, adaptif, serta memiliki pola pikir bertumbuh (growth mindset) agar cekatan memanfaatkan peluang, mampu menerima kritik, serta meyakini dirinya memiliki potensi dan bakat untuk berkembang. Merujuk data BPS (2024), Indonesia relatif telah berhasil meningkatkan akses pendidikan dasar dan menengah yang ditunjukkan dengan angka partisipasi kasar (APK) untuk jenjang pendidikan dasar (wajib belajar) yaitu SD 104,97% dan SMP yang mencapai 90,67% (BPS, 2024).
Namun pendidikan di Indonesia saat ini masih harus menyelesaikan beberapa persoalan yang terkait dengan kualitas, antara lain masih rendahnya skor literasi membaca dan numerasi (literasi matematika) peserta didik Indonesia sebagaimana tercermin dalam hasil Programme for International Student Assessment (PISA). Data PISA menunjukkan bahwa literasi dan numerasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata peserta didik internasional (Matematika: 472, Sains: 485, Membaca: 476). Indonesia berada di peringkat 68 dari 81 negara dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371) (OECD, 2023).
Pemerintah Indonesia pun menyadari pencapaian hasil pembelajaran belum sesuai dengan harapan di antaranya karena adanya kesenjangan efektivitas pembelajaran antar sekolah/madrasah dan antar daerah di Indonesia. Kesenjangan tersebut terjadi karena beberapa hal antara lain proses pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan pendekatan maupun metode pembelajaran tradisional dan ketidaksiapan peserta didik untuk belajar. Pembelajaran masih didominasi ceramah satu arah, asesmen yang mengandalkan hanya hafalan, dan proses-proses pembelajaran lain yang tidak menumbuhkan kemampuan kreativitas dan berpikir kritis peserta didik.
Kondisi pembelajaran yang belum maksimal tersebut di atas makin berdampak terhadap kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya terjadi fenomena bersekolah tetapi tidak belajar. Beberapa kebijakan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berfokus pada materi esensial yang mengutamakan perkembangan kompetensi peserta didik, tetapi hasilnya belum maksimal sehingga diperlukan kebijakan yang relevan, efektif, dan mendukung pencapaian kompetensi peserta didik. Sementara itu, peningkatan kualitas pendidikan Indonesia belum merata di seluruh pelosok tanah air (Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, 2025:3).
Penutup
Pendekatan deep learning sebagaimana yang saya uraikan di atas menjadi harapan dan tumpuan baru dalam merespons tantangan pendidikan Indonesia. Tumpuan dan harapan ini bukan tanpa alasan. Penerapan pendekatan deep learning yang dianggap berhasil seperti seperti Inggris, Finlandia, Jerman, Australia, Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya dengan menciptakan pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Beberapa negara menerapkan pembelajaran yang inklusif untuk menciptakan kenyamanan peserta didik untuk berpartisipasi mencapai kompetensinya. Pendekatan deep learning berbasis mata pelajaran, rumpun, antardisiplin, dan bahkan transdisiplin secara kontekstual. Tentu saja, diperlukan efektivitas dan efisiensi penerapan deep learning dalam konteks pendidikan di Indonesia. Sebagai pendamping sekolah-sekolah di berbagai daerah saya memahami perlunya penyiapan dan peningkatan kapasitas kepemimpinan kepala satuan pendidikan, peningkatan kapasitas supervisi pengawas satuan pendidikan dalam proses pendampingan, pembinaan, dan pengembangan kompetensi guru untuk menjamin implementasi dan di satuan pendidikan.
Selain itu peningkatan kapasitas guru, kepala sekolah, dan pengawas, ekosistem untuk satuan pendidikan perlu dikembangkan dan dikuatkan. Di samping itu, perlu adanya pengembangan dan penguatan ekosistem untuk satuan pendidikan dengan melibatkan para pemangku kepentingan antara lain masyarakat, Dunia Usaha, Dunia Industri, dan Dunia Kerja (DUDIKA), mitra profesi, dinas pendidikan, media Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, orang tua peserta didik, dan pihak lain yang relevan.
Penulis adalah Pengolah Data Dan Informasi Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sumatera Utara.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.