Menu
Pusat Berita dan Informasi Kota Medan, Sumatera Utara, Aceh dan Nasional

Bulan Suci Dan Sikap Optimis

  • Bagikan

Oleh Marataon Nasution & Marlian Arif Nasution

Sikap optimis akan membuat seseorang berpikir bahkan masalah akan teratasi dengan baik. Meskipun orang tersebut sedang tidak dalam kondisi yang baik. Berkat sikap optimis, semua akan dirasa mudah untuk dijalani

Bulan suci Ramadan adalah bulan mulia. Mulia karena di dalamnya terdapat pelajaran bagi manusia bagaimana hidup dalam kedamaian, saling memberi, rela berkorban, menahan lapar dan dahaga, penuh kesabaran, dan penuh kedisiplinan. Konteks hidup seperti ini memberikan gambaran bagi kita bagaimana hidup dengan bersyukur, tulus, ikhlas, berusaha, dan bersikap optimis dengan menghadapi segala rintangan dan tantangan kehidupan.

Sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan dalam kehidupan sehari-hari kadang kala kita sering mengeluh karena keadaan yang menimpa sehingga bisa membuat kita putus asa. Padahal sikap pesimis seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi. Di sinilah kita harus memahami bagaimana hidup dengan sikap optimis dalam kehidupan. Bila demikian, apakah yang dimaksud dengan sikap optimis?

Menurut Sarwono, sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseotrang terhadap “sesuatu”. “sesuatu” itu bisa benda,kejadian, situasi, orang-orang, atau kelompok. suka atau tidak suka yang muncul karena adanya objek tertentu. 

Sikap adalah segala perbuatan dan tindakan yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan yang dimiliki. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap segala sesuatu, bisa berupa objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan mental seseorang yang bertanggung jawab atas cara dia berpikir atau merasakan seseorang atau sesuatu. Perilaku menyiratkan tindakan, gerakan, perilaku atau fungsi atau individu atau kelompok terhadap orang lain. Sejalan dengan itu kita dapat memahami sikap berdasarkan pendapat ahli berikut ini.

Notoatmodjo S. (1997): Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Bimo Walgito, (2001): Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berpenilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Meski begitu banyak pengertian sikap, yang pasti, dalam berbagai ulasan tentang sikap selalu ditemui beberapa konstruksi yang relatif tetap berkaitan dengan jenis, dimensi, dan hierarki sikap. Umumnya ada tiga jenis sikap manusia: kognitif, yang berkaitan dengan apa yang dipelajari, tentang apa yang diketahui tentang suatu objek; afektif, atau sering disebut faktor emosional, yang berkaitan dengan perasaan (bagaimana perasaan tentang objek); Psikomotorik atau konatif, yakni perilaku (behavioral) yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan.

Sejalan dengan penjelasan sikap di aatas, optimis menurut KBBI, adalah orang yang selalu berpengharapan atau berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Di dalam bukunya yang berjudul Human Motivation, Robert E Franken menjelaskan bahwa pengertian optimis adalah sebuah cakupan dari variabel-variabel biologis. Di mana sebuah optimism akan dianggap sebagai hasil dari gaya penjelasan tertentu atau explanatory style.

Hal itu lebih mengarah kepada pendekatan kognitif. Sebuah karya yang berjudul Working With Emotional Intelligence yang dibuat Daniel Goleman, menyatakan bahwa pengertian optimis adalah harapan yang kuat. Harapan tersebut ditujukan pada segala sesuatu yang akan dihadapi di dalam kehidupan.

Sikap optimis akan membuat seseorang berpikir bahkan masalah akan teratasi dengan baik. Meskipun orang tersebut sedang tidak dalam kondisi yang baik. Berkat sikap optimis, semua akan dirasa mudah untuk dijalani.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki rasa optimis akan cenderung memiliki mental yang sehat. Serta dapat hidup lebih lama daripada orang yang selalu merasa pesimis. Seseorang dengan rasa optimis yang ada dalam hidupnya bukan berarti tidak memiliki cobaan atau masalah. Tetapi mereka lebih memilih untuk memandang masalah tersebut dari arah yang positif.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri orang yang optimis : berpikir bahwa hal-hal yang baik dapat datang dari peristiwa atau hal yang negatif, akan melihat suatu hambatan atau tantangan sebagai peluang untuk belajar, membangun sikap positif mengenai diri sendiri dan orang lain, menerima tanggung jawab atas kesalahan yang mungkin dilakukan, tetapi tidak menjadikan beban.

Kemudian berharap segala sesuatunya akan berjalan dengan baik, merasa percaya diri akan berhasil dalam menghadapi suatu tantangan hidup, merasa bahwa hal-hal baik akan terjadi di masa depan nanti, merasa bahwa masa depan terlihat dengan cerah, merasa bersyukur atas hal-hal baik yang terjadi di dalam hidupnya, selalu mencari cara supaya dapat memanfaatkan peluang dengan sebaik mungkin, dan tidak akan membiarkan satu pengalaman buruk mengabur harapannya untuk masa depan.

Singkatnya, perasaan atau rasa optimis akan menjelaskan peristiwa yang positif. Peristiwa positif tersebut dapat terjadi karena sebuah tindakan atau karakteristik internal yang berasal dari dalam diri sendiri. Manusianya juga akan melihatnya sebagai sebuah bukti, bahwa lebih banyak hal yang positif atau baik yang akan terjadi dimasa depan pada hidup mereka.

Sekaitan itu, beberapa manfaat optimis yang dapat dirasakan oleh seseorang berikut ini. Pertama, memotivasi diri sendiri. Orang yang selalu optimis adalah dia yang memiliki motivasi pada dirinya. Dia akan melihat segala hal sebagai sebuah peluang daripada sebuah masalah.

Selain itu, dia akan lebih bersedia dalam mengambil tindakan. Akan bekerja untuk apa yang diinginkannya. Jika dihadapkan pada suatu masalah dalam hidup yang cukup pelik, maka motivasi pertama yang datang berasal dari dirinya sendiri. Manusianya akan memotivasi dirinya supaya dapat bangkit. Kemudian beranjak untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Itu karena dia akan melihat sesuatu dari pikiran yang positif.

Kedua, menciptakan lingkungan sosial positif. Pada kebanyakan kasus, orang yang optimis akan mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang memiliki aura positif. Oleh sebab itu, mereka akan senang jika diajak bergaul dan menghabiskan lebih banyak waktu secara bersama. 

Ketiga, memperjuangkan apa yang diinginkan. Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan, orang yang memiliki sikap optimis adalah mereka yang berpikir secara realistis. Artinya bahwa mereka tidak akan menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri yang dirasa tidak memungkinkan dan diluar kemampuannya. Hal sebaliknya, orang optimis adalah mereka yang akan memperjuangkan yang yang diinginkan. Sebab mereka tahu bahwa mereka dapat mewujudkannya. 

Keempat, mengambil pelajaran dari sebuah masalah. Orang yang bersikap optimis adalah mereka yang akan merasa bahagia. Hal ini karena mereka melihat sesuatu dari sisi yang positif dan lebih cerah, sehingga mereka akan merasa lebih bahagia. Orang yang optimis akan mengambil banyak hal yang bisa dipelajari dari suatu masalah. Meskipun masalah tersebut adalah masalah besar yang sedang dihadapinya. 

Kelima, jujur pada diri sendiri. Orang yang optimis tidak akan takut untuk mengakui kesalahannya. Hal sebaliknya, mereka akan secara terbuka mengakui apa yang menjadi kesalahan mereka. Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa orang yang bersikap optimis adalah mereka yang akan jujur pada diri sendiri. Jika membuat sebuah masalah, mereka tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahan tersebut. Mereka juga akan cukup merasa percaya diri dalam menerima bahwa mereka tidak selalu benar.

Dengan demikian, betapa pentingnya sikap optimis dapat dimiliki. Bulan Ramadan tahun ini merupakan bulan suci yang dapat dijadikan waktu dan konteks berlatih bersikap optimis karena di dalam bulan ini banyak pelajaran yang dapat dijadikan menuju terwujudnya sikap optimis.

Salah satunya kesabaran dan keikhlasan menahan lapar dan dahaga sampai kita berhasil menuju waktu berbuka puasa. Bila demikian, di bulan lainnya kita akan dapat memiliki sikap optimis dalam menghadapi segala persoalan hidup yang dinamis dan kompleks. Amin, semoga.

Penulis adalah Guru SMAN 1 Panyabungan & Dosen STAIN Mandailingnatal, Provinsi Sumatera Utara.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *