Scroll Untuk Membaca

Olahraga

Lapangan Bantuan FIFA Di Aceh Tak Terawat

Lapangan Bantuan FIFA Di Aceh Tak Terawat
KONSULTAN sepakbola asal Malaysia, Jeysing Muthiah dan mantan manajer tim PON Aceh 2008 Qamaruzzaman Haqny. Waspada/Ist

BANDA ACEH (Waspada): Konsultan sepakbola asal Malysia, Jeysing Muthiah mengaku harus mengurut dada melihat lapangan sepakbola yang pernah dibantu federasi sepakbola dunia (FIFA) di Aceh usai tsunami 2004. Dia mengaku kecewa berat.

“Berhubung saya sedang di Aceh, saya melihat langsung beberapa lapangan yang pernah dibantu FIFA. Bahkan saya sudah ke Sigli melihat Lapangan Blang Paseh,” ungkap mantan Perwakilan FIFA untuk Asia itu ketika bincang-bincang dengan Waspada di Banda Aceh, baru-baru ini.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Lapangan Bantuan FIFA Di Aceh Tak Terawat

IKLAN

Jeysing Muthiah sudah seminggu di Banda Aceh. Ia menjadi Match Commisioner (pengawas pertandingan) laga Persiraja melawan dua klub asal Malaysia di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. Dua klub tersebut, Selangor FC dan PDRM FC.

Kesempatan itulah dipakai pria berpaspor Malaysia itu untuk bernostalgia ke beberapa lapangan sepakbola yang pernah difasilitasinya usai bencana tsunami melanda Aceh. Lapangan tersebut antara lain di Blang Paseh, Sigli, Samalanga, Lambhuk, Julok, Lampineung, Alue Peujareng, Carlos Lhoknga, Aceh Besar, Cot Darat Samatiga, dan Lamno, Aceh Jaya.

Jeysing mengatakan, lapangan yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar juga sudah dia kunjungi. “Dimurthala, Lapangan Carlos, Lhoknga itu masih bagus saya lihat. Masih ada perawatannya, meski ada kekurangan. Tapi tetap ada perawatan,” ujarnya dalam logat Malaysia.

Namun, sambung Jeysing, ia merasa kecewa ketika melihat lapangan Blang Paseh, Sigli, lapangan mini Lambuk dan lapangan Sintetis. “Lapangan Lambhuk itu bahkan tidak pernah disiram. Rumput-rumput pinggir lapangan sangat jelek,” ujar Jeysing sambil memperlihatkan foto-foto kondisi lapangan.

“Di Lampaseh, lapangan bagus, tapi di dalam banyak lembu-lembu yang merumput. Ada trek Sintetis. Katanya baru dibangun saat Pora lalu. Tapi tidak ada perawatan. Ini membuat saya harus mengurut dada,” ujar Jeysing didampingi tokoh sepakbola Aceh, Qamaruzzaman Hagny.

Kata dia, yang membuat dirinya miris ketika melihat lapangan Sintetis di Lhong Raya. “Cuba anda lihat foto-fotonya. Ini tidak ada perawatan sama sekali,” ungkap Jaysing lagi seraya menjelaskan pembangunan dan detail perawatan lapangan tersebut. “Padahal dulu kita juga sudah mendidik tenaga khusus untuk merawat lapangan ini,” sebut dia.

Dia berharap para pengurus klub atau pengelola lapangan untuk merawat lapangan yang sudah dibantu FIFA. “Kalau kita minta bantuan lagi itu akan mustahil dipenuhi, makanya yang sudah ada dirawat dengan baik,” pesan Jeysing yang mengaku merindukan sosok Alm Let Bugeh, mantan Ketua PSSI Aceh. (b04)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE