Kodrat Shah Beberkan Awal Mula Pegang PSMS

  • Bagikan

MEDAN (Waspada): Kisruh kembali terjadi di tubuh PSMS Medan. Hal ini terkait masalah penyelengaraan RUPS yang digelar tanpa dihadiri pemilik saham serta adanya penggunaan fasilitas negara, yakni Gedung T Rizal Nudin, Jl. Sudirman Medan.

Hal ini sebagaimana disampaikan Kodrat Shah (foto) selaku pemilik saham 49 % PT. Kinantan Medan Indonesia, perusahaan pemilik Klub PSMS Medan saat beberapa wartawan berkunjung ke kediamannya di Kompleks Cemara Asri, Minggu (17/4).

“Awal mulanya Edy (Rahmayadi) meminta saya ikut berperan dalam memajukan PSMS yang terlebih dulu dia ambil alih kepemilikannya. Saya waktu itu menolak, sebab saya bukan saja tidak memahami sepakbola, nonton bola saja pun saya tidak hobi,” tutur Kodrat.

“Namun dalam satu rapat di Medan Club, awal Maret 2017, Edy langsung menawarkan saya untuk menjadi Presiden PSMS dan dijawab peserta rapat “setuju”. Pada saat itu saya dengan terpaksa menerimanya,” terang Kodrat.

“Kemudian seiring dengan amanah yang saya terima tersebut, saya pun bergegas bekerja sepenuh hati, bahkan mengeluarkan “kocek” dari kantong saya sendiri dan hasilnya, Alhamdulillah PSMS kembali ke Liga 1 dari sebelumnya di Liga 2,” ucapnya.

Dikatakan, bersamaan dengan itu PSMS juga ikut bertanding di Piala Presiden, hingga di perempatfinal. Saat itulah dirinya melihat ada kejanggalan di pertandingan, misalnya ada pemain yang sudah berhadap-hadapan dengan kiper lawan.

“Eh nendang bolanya bukan malah ke arah gawang, ini kan aneh. Lantas saya minta ke Edy untuk mengganti beberapa pemain dan pelatih, tapi waktu itu Edy menolak. Saya pun menarik diri dan tidak aktif lagi mengurusi PSMS secara langsung sebagaimana sebelumnya,” lanjut Kodrat Shah yang juga Ketua Asprov PSSI Sumut.

“Namun begitu, pada saat akan dimulai Liga 1 saudara Dodi Taher dan Julius Raja mendatangi saya untuk meminjam dana yang dipergunakan untuk pembayaran kontrak pemain sebanyak Rp3 miliar, tetap juga saya berikan, kendatipun hingga detik ini, pinjaman tersebut belum dibayar lunas,” tutur Kodrat sambil tersenyum.

Pasca peristiwa tersebut, Kodrat tidak lagi mengurusi PSMS secara aktif, Edy lah yang kemudian menghandle PSMS dengan menunjuk pemain dan pelatih. Akhirnya PSMS turun kasta kembali, bertanding di Liga 2 hingga kini.

Meskipun tidak aktif lagi, Kodrat tetap memantau PSMS dari luar lapangan, sembari sesekali menerima para pengurus, mantan pelatih di kediamannya untuk bersilaturahim.

“Sampai saya kemudian menerima dua surat yaitu surat pemecatan sebagai pemegang saham dan Direktur Utama serta surat undangan RUPS tertanggal 25 Maret 2022 di Aula Tengku Rizal Nurdin Rumah Dinas Gubernur Sumut,” tambahhya.

Kedua surat tersebut langsung ditandatangani oleh Edy Rahmayadi atas nama komisaris PT Kinantan Medan Indonesia.

“Iya, saya menerima surat undangan untuk RUPS, tapi saya menolak datang karena ada aturan/mekanisme yang ditabrak. Saya kemudian mengirim kuasa hukum dengan membawa surat penolakan RUPS, ternyata di hari H, Edy juga tidak datang,” jelas Kodrat Shah.

“Tiba-tiba saya membaca berita online, katanya berdasarkan RUPS tanggal 25 Maret di Aula Rumah Dinas Gubernur, telah terjadi RUPS dengan merombak pengurus. Nah, pertanyaan saya, ini apa? Sejak dulukan RUPS itu singkatan dari rapat umum pemegang saham, bukan rapat umum “pembegal” saham. Masa iya ada rapat pemegang saham namun satu pun pemegang sahamnya tidak hadir, malah saya sendiri sebagai pemegang saham sudah menyatakan menolak dengan resmi. Eh, tiba tiba Edy umumkan hasilnya di media,” tuturnya.

“Nah, karena itu inkonstitusional, persis seperti seorang “begal” yang merampas hak dan kewenangan orang lain, saya pun mengambil sikap “pembegalan” ini akan saya lawan dan akan saya bawa ke ranah hukum. Ini bukan persoalan apa-apa, semata mata agar mata kita semua terbuka, siapapun tidak boleh bermain main dengan hukum apalagi mencoba merampas hak dan kewenangan orang lain. Di agama pun itu dilarang, maka ini akan kita lawan”, tegasnya.

“Inilah penjelasan saya terkait persoalan yang terjadi di tubuh PSMS, agar tidak menjadi simpang siur di tengah masyarakat,” tutupnya.

Sebelumnya, Edy Rahmayadi merespon penolakan Kodrat Shah mengenai hasil RUPS PT Kinantan Medan Indonesia tentang perombakan susunan direksi dan manajemen PSMS.

Ia merasa heran dengan protes yang disampaikan Kodrat Shah selaku pemilik 49 persen saham PSMS, bahwa RUPS yang digelar pada 25 Maret 2022 dianggapnya tidak pernah ada.

Namun begitu, Edy selaku pemilik saham mayoritas PSMS sebanyak 51 persen ini tidak terlalu mempersoalkan sikap penolakan Kodrat Shah. Edy menegaskan hanya ingin berpikir bagaimana caranya Ayam Kinantan memenangkan setiap pertandingan.

“Berusaha berpikir semua bagaimana caranya PSMS menang, oke. Tapi yang pastinya kita bersama-sama untuk membesarkan PSMS, oke,” pungkasnya. (m33)

  • Bagikan